Anda di halaman 1dari 13

TEMA : KEJUJURAN SISWA

BERANI BERBUAT BERANI BERTANGGUNG JAWAB


Disebuah desa dipelosok Jakarta terdapat sebuah sekolah swasta yang telah berdiri sudah cukup lama, SMP 49 namanya. Tak disangka sekolah yang didirikan dengan bantuan dari donaturdonatur yang mau membantu karena senang dengan semangat belajar anak-anak didesa tersebut, kini SMP 49 menjadi sekolah yang berprestasi. SMP 49 selalu menjadi juara disetiap lomba apapun dan selalu dapat mengalahkan sekolah-sekolah kota yang lebih terkenal dan seharusnya lebih berprestasi. Namun walaupun hanya sekolah yang berdiri didesa, ternyata siswa-siswinya juga dapat membuktikan bahwa bukan hanya sekolah kota saja yang siswa-siswinya dapat lebih berprestasi melainkan anak-anak yang hanya dari desa juga dapat lebih berprestasi dari anak-anak kota dengan adanya semangat belajar dari anak-anak desa. AKU BISA!!!! Disetiap lomba apapun SMP 49 selalu dapat pulang dengan membawa piala kejuaraan. Disekolahanpun sudah banyak berbagai piala yang diraih. Akhirnya pemerintah menyadari bahwa sekolah itu dapat dijadikan sebagai sekolah yang dapat memberikan contoh yang baik bagi sekolah-sekolah lain. Kemudian pemerintah menjadikan

SMP 49 menjadi sekolah negeri dan saat itulah SMP 49 telah berganti nama menjadi SMP N 49 yang juga telah resmi menjadi sekolah negeri yang telah berstandar nasional dan bukan lagi

sekolah swasta desa yang selalu diremehkan. SMP N 49 dengan bantuan dari pemerintah juga dari donatur-donatur yang selalu setia membantu sekarang menjadi sekolah yang sukses dalam hal apapun, yang dulunya tidak punya apa-apa sekarang fasilitasfasilitasnyapun sudah memadai. Dan mulai saat itu juga setiap siswa yang berprestasi, tetapi kurang mampu akan mendapatkan beasiswa oleh pemerintah selama prestasinya selalu meningkat hingga lulus sekolah. Pada suatu hari ada seseorang siswa laki-laki yaitu bernama Triangga Nara Prasetya. Ia sering dipanggil Angga. Karena Angga sudah satu minggu lamanya tidak masuk sekolah, Angga juga tidak ada kabar sama sekali, dan teman-temannyapun tidak ada yang mengetahui bagaimana keadanyaannya. Maka Angga terancam akan kehilangan beasiswanya. Padahal Angga tersebut merupakan salah satu siswa yang paling berprestasi di SMP N 49. Akhirnya ibu Andhini, ia adalah wali kelas dari Angga. Bu Andhini adalah salah satu guru yang sangat perhatian terhadap Angga itu, sangat menyayangkan jika beasiswa muridnya tersebut akan dicabut. Kemudian ibu Andhini tersebut telah memutuskan akan menemui Angga, ia akan pergi ke rumah Angga dan ia juga ingin mengetahui

ada apa sebenarnya yang telah terjadi sehingga Angga tidak mengikuti pelajaran selama satu minggu lamanya. Tapi saat bu Andhini telah merencanakan ingin pergi ke rumah Angga siang ini sepulang sekolah, ternyata siang ini kebetulan para guru-guru ada rapat sehingga bu Andhini menunda Rencananya itu. Karena besok hari minggu bu Andhini berharap besok ada waktu longgar untuk pergi ke rumah Angga. Saat jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, bu Andhini baru selesai rapat. Sepulang rapat dari sekolahan ibu Andhini mampir pergi ke pasar terlebih dahulu. Tidak disangka dipasar ibu Andhini bertemu dengan Angga, ibu Andhinipun berfikiran ingin bertanya pada saat itu saja, apa masalah yang sedang dihadapi Angga sehingga ia tidak masuk sekolah akhir-akhir ini. Bu Andhinipun memanggil Angga. Hai . Angga? Teriak bu Andhini sambil mengayunkan

tangannya (dada). Tetapi si Angga malah lari, seperti orang ketakutan. Bu Andhinipun heran dan ia terpaksa harus ke rumah Angga besok pagi agar semua bisa dijelaskan. Keesokan harinya, Pukul 07.00 wib bu Andhini berbelanja dipasar, ia bertemu kembali dengan Angga. Karena kemarin si Angga lari, sekarang bu Andhini mencoba mendekatinya agar Angga tidak lari lagi. Perlahan-lahan bu Andhini mendekati Angga,

Saat bu Andhini sampai tepat dibelakang Angga. Bu Andhini memulai pembicaraannya. Angga.? Ucap bu Andhini sambil memegang pundak Angga. Anggapun sangat terkejut, dan lebih kagetnya lagi setelah si Angga berbalik badan dan mengetahui bahwa yang memanggilnya adalah bu Andhini. a..a..ada apa bu ? Tanya Angga dengan suara seperti orang ketakutan. Bu guru mau tanya, kenapa satu minggu ini kamu tidak pernah masuk sekolah? Padahal ibu lihat kamu sehat-sehat saja? Kalau sampai besok kamu tidak masuk sekolah, maka kamu akan kehilangan beasiswa yang selama ini kamu peroleh Angga, dan ibu tidak menginginkan itu. Angga, besok kamu masuk sekolah ya? Pinta bu Andhini, menjelaskan apa yang ingin disampaikan kepada Angga. Anggapun menjawab oh iya bu. Maaf jika satu minggu ini saya tidak masuk sekolah. Jawab Angga sambil menitihkan airmatanya. Loh Angga, kenapa kamu malah menangis? Bu Andhini tidak marah kok sama kamu, bu Adhini hanya menginginkan kamu masuk sekolah lagi karna bu Andhini tidak ingin bila kamu kehilangan beasiswa kamu. Jelas bu Andhini. Tetapi kejadian seperti kemarin terulang kembali. Sekali lagi, saya minta maaf bu. Angga mengucapkan kata maaf sambil berlari meninggalkan bu Andhini. Bu Andhinipun kembali heran

dan menghela nafas sambil mengira-ngira ada apa sebenarnya

dengan Angga itu sehingga Angga sangat ketakutan setiap bertemu bu Andhini. Saat pagi hari dihari senin yang cerah ini telah menyapa, bu Andhini berharap semoga Angga sudah masuk sekolah. Kebetulan jam pelajaran setelah upacara bendera setiap hari senin dikelas Angga adalah mata pelajaran dari bu Andhini. Pukul 07.25 upacara bendera telah selesai, seusai bel tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi bu Andhini segera masuk kelas. Namun tetapi sebelum bu Andhini masuk ke kelas, ada seorang guru yang memanggilnya yaitu pak Aryo. Bu..bu..bu Andhini..?? Panggil pak Aryo kepada bu Andhini dari kejauhan sambil berlari mendekati bu Andhini. Bu Andhinipun menengok kebelakang. iya, ada apa pak..? Tanya bu Andhini. Begini bu, sebelum ibu mau ke kelas untuk mengajar, saya mau menyampaikan bahwa ibu dipanggil keruangan kepala sekolah. Jelas pak Aryo. Oh iya pak. Terima kasih sudah memberi tahu. Jawab bu Andhini. Bu Andhini segera menuju ruang KEPSEK. Setelah keluar dari ruang KEPSEK ternyata pak kepala sekolah menyampaikan bahwa beasiswa Angga akan segera dicabut karena Angga pada hari ini juga belum masuk sekolah. Bu Andhinipun terkejut, rupanya pada hari ini Angga belum masuk sekolah juga. Bu Andhini kecewa, padahal bu Andhini sudah berharap jika hari ini Angga akan masuk sekolah dan

beasiswanya tidak jadi dicabut. Karena bu Andhini sangat perduli dengan setiap muridnya begitu juga Angga, untungnya bu Andhini dapat mengatasi ini. Bu Andhini memohon kepada pak kepala sekolah agar memberi kesempatan kepada bu Andhini sampai besok lusa untuk membuat Angga masuk sekolah lagi. Jika sampai besok lusa bu Andhini tidak dapat membuat Triangga kembali masuk sekolah lagi, maka bu Andhinipun sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dengan berat hati, bu Andhini harus merelakan jika beasiswa Angga akan dicabut dan diberikan kepada murid yang lainnya. Dengan kesepakatan antara bu Andhini dan pak kepala sekolah tersebut, bu Andhini berfikir keras mencari akal agar ia dapat membuat Angga masuk sekolah lagi. Setelah itu, bu Andhini menuju ke kelas. Ia juga melihat bahwa bangku yang biasanya didudukki Angga masih kosong. Angga belum juga masuk sekolah. Akhirnya bu Andhini meminta tolong kepada salah satu siswi teman sekelas dengan Angga, yaitu Rana. Rana adalah seorang siswi yang cukup pintar juga namun keluarganya sudah cukup mampu dan tidak membutuhkan

beasiswa. Bu Andhini meminta bantuan kepada Rana karena Rana adalah salah satu siswa yang paling akrab dengan Angga. Ranapun menyanggupinya. Rana mau membantu bu Andhini. Bu Andhini minta kepada Rana agar Rana datang ke rumah Angga menemui Angga dan mendekati Angga agar Angga mau menceritakan

masalah apa yang sedang dihadapinya sehingga Angga tidak masuk sekolah. Karena jika bu Andhini sendiri yang datang ke rumah Angga, bu Andhini berfikiran bahwa Angga tidak mau bercerita padanya. Sepulang sekolah Rana ke rumah Angga. Ternyata Angga tidak ada dirumah, rumah Angga sepi. Rana menunggu Angga didepan rumah Angga. Saat menunggu Angga, Rana mendengar suara seorang ibu sedang batuk-batuk. Awalnya Rana tak menghiraukannya tapi lama-lama Rana merasa suara batuk itu terdengar dari dalam rumah Angga. Rana mencoba membuka pintu rumah Angga ternyata pintu rumah Angga tidak dikunci, Ranapun langsung masuk dan melihat siapa yang batuk dari dalam rumah Angga tersebut. Rana terkejut, karena yang batuk-batuk itu adalah ibu Angga yaitu ibu Aminah. Lebih terkejutnya lagi, Rana melihat ibu Aminah batuk-batuk hingga mengeluarkan darah. Tanpa fikir panjang Rana langsung minta tolong kepada warga sekitar untuk membawa ibu Aminah ke rumah sakit terdekat. Rumah sakit Harapan ibu. Sesampainya di rumah sakit Rana pergi ke wartel terdekat dan menelfon ayahnya agar segera datang ke rumah sakit Harapan Ibu. Saat ayahnya sampai dirumah sakit Rana

menjelaskan pada ayahnya apa yang terjadi dan Rana memohon pada ayahnya agar ayahnya mau membantu ibu Aminah melunasi

biaya rumah sakit. Karena ayah Rana sangat sayang kepada Rana maka ayah Rana menurutti permintaan Rana. Hitung-hitung untuk sedekah, itu yang ada difikiran ayah Rana. Saat ibu Angga dibawa ke rumah sakit, Angga tidak mengetahuinya. Sehingga ketika Angga pulang dari pasar Angga kaget. Dari ujung jalan ia melihat pintu rumahnya terbuka, padahal saat ia meninggalkan ibunya dirumah Angga merasa sudah menutup pintu rumahnya. Angga langsung lari menuju rumahnya. Angga melihat rumahnya kosong. Seketika Angga menjadi cemas. Ibuibu? Teriak Angga memanggil ibunya. Ketika Angga cemas memanggil-manggil ibunya ada seorang tetangganya yang datang dan bilang padanya bahwa ibu Angga dibawa ke rumah sakit Harapan Ibu. Angga langsung bergegas menuju rumah sakit. Setibanya dirumah sakit Angga bertemu Rana. Rana memanggil Angga, dan memberitahukan kepada Angga apa yang sudah terjadi pada ibu Aminah tadi. Angga sangat berterima kasih dengan Rana. Nah, disitulah Rana mengerti kenapa Angga tidak pernah masuk sekolah selama ini. Keesokan harinya, disekolahan Rana menemui bu Andhini dan menjelaskan kenapa Angga selama akhir-akhir ini tidak pernah masuk sekolah. Bu Andhini dapat menerima alasan itu, tetapi bu Andhini beranggapan seharusnya Angga tidak harus

mengorbankan sekolahnya. Bu Andhini akhirnya memutuskan akan menemui Angga ke rumah sakit sekalian menjenguk ibu Angga yang sedang sakit. Bu Andhini juga sangat berterima kasih atas bantuan Rana. Saat dirumah sakit, lagi-lagi setiap Angga bertemu dengan ibu Andhini, Angga selalu ketakutan dan ia pasti selalu menangis. Bu Andhini selalu heran, padahal bu Andini memaklumi apa yang telah dilakukannya, asal Angga mau masuk sekolah lagi. Bu Andhinipun menjelaskan kepada Angga. Angga ibu tidak marah dengan kamu, asalkan kamu besok masuk sekolah ya? Pinta bu Andhini. i..i..iya bu, insyaallah. Angga menyanggupinya tapi lagi-lagi Angga berkata dengan suara gemetaran dan ketakutan. Setelah bu Andhini memperingatkan Angga dan menjenguk ibu Angga, bu Andhini pulang. Karena sudah sore. Saat bu Andhini keluar dari ruangan rumah sakit, Angga menangis dipelukan ibunya. Ibunya bertanya pada Angga. Angga kenapa kamu tampak ketakutan seperti itu? Dan kamu juga kenapa menangis? Bu Andhinikan tidak marah sama kamu, dia malah baik sama kamu. Tanya ibu Aminah. Ibu Angga. iya bu karena kebaikan bu Andhinilah aku menangis terharu bu, dan aku merasa sangat bersalah ibu. Jawab Angga. Sudahlah yang penting kamu besok masuk sekolah ya? Ibu gak papa kok ditinggal

sendirian. Ibu juga sedih jika kamu terus-terusan tidak masuk sekolah. Pinta ibu Aminah. iya bu. Jawab Angga. Tak lama kemudian adzan sholat magrib berkumandang. Angga bergegas ke masjid untuk shalat magrib dan berdoa kepada allah. Meminta rezeki, memohon agar ibunya lekas sembuh, juga ia memohon agar dosa-dosanya serta dosa-dosa ibunya dapat diampuni. Keesokan harinya Angga sudah masuk sekolah. Pak kepala sekolah dan guru-guru lain sudah mengetahui juga. Sehingga beasiswa Angga tidak jadi dicabut. Ini semua berkat bantuan ibu Andhini. Tidak ada yang menyangka, tiba-tiba Angga pergi ke halaman sekolah sambil membawa alat pengeras suara dan ia berdiri diatas mimbar yang biasanya tempat pak kepala sekolah berdiri setiap upacara hari senin. Angga juga meminta agar seluruh siswa-siswi di SMP, bapak kepala sekolah, juga ibu Andhini beserta guru-guru yang lain untuk berkumpul dihalaman. Tentunya mereka semua bertanya-tanya. Karena Angga menganggap bahwa dirinya adalah laki-laki sejati sehingga ia harus berani mengakui dan bertanggung jawab dengan kesalahan yang telah ia perbuat. Disitulah Angga menceritakan masalahnya selama ini sehingga ia tidak masuk sekolah dan kenapa ia selalu ketakutan setiap bertemu bu

Andhini. Angga bercerita didepan umum bahwa Angga selama ini telah melakukan kesalahan yang besar karena keadaan terpaksa. Angga mengakui bahwa ia telah mencuri uang bu Andhini, namun bu Andhini tidak menyadari itu. Angga menggunakan uang itu

untuk membelikan obat ibunya, Angga merasa bersalah sekali dengan bu Andhini sehingga ia selalu ketakutan setiap bertemu bu Andhini. Tapi selama Angga tidak masuk sekolah Angga mencoba bekerja serabutan untuk mencari uang agar dapat mengembalikan uang bu Andhini yang telah ia curi. Angga menyadari walau bagaimanapun juga bahwa caranya itu salah dan tidak patut dicontoh. Namun Angga juga mengatakan bahwa Angga kini telah berhasil mengumpulkan uang hasil jiripayahnya dan Angga juga dapat mengembalikan uang bu Andhini yang telah dia curi. Angga turun dari atas mimbar dan menyerahkan sebuah amplop yang telah berisi uang untuk mengganti uang bu Andhini yang telah Angga curi. Melihat keberanian dan kejujuran yang telah Angga lakukan bu Andhini terpana dan terharu sehingga menangis. Bu Andhini tidak menyangka bahwa Angga berani mengakui kesalahannya didepan umum, didepan teman-teman dan guru-guru. Angga tidak takut jika ia akan dijauhi teman-temannya karena ke khilafan yang telah Angga lakukan. Bu Andhini tidak kecewa dengan Angga, karena usahanya untuk mempertahankan besiswa Angga itu tidak

sia-sia. Bu Andhini memaklumi jika Angga pernah mencuri uangnya, bu Andhini malah bangga dengan Angga, selain Angga anak yang cerdas, patuh terhadap orang tua, ia juga berani bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan. Dan beasiswa yang diperjuangkan mati-matian oleh bu Andhini memang pantas untuk tetap diberikan kepada Angga. Akhirnya bu Andhini memeluk Angga dengan erat sambil menitihkan air mata. Seluruh guru-guru, bapak kepala sekolah, dan teman-teman sekolah Anggapun juga ikut terharu. Keberanian dalam berkata jujur dan keberanian untuk bertanggung jawab yang telah dilakukan oleh Angga ini memang patut dicontoh. Setelah peristiwa ini terjadi semua siswa sangat bangga dengan Angga, semua siswa bangga mempunyai teman seperti Angga. Guru-guru yang lainpun juga bangga dan juga senang dengan sifat dan perilaku Angga kini. Guru-guru juga

mengharapkan semoga setelah kejadian ini siswa-siswinya dapat lebih dewasa dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan. Guru-guru juga berharap kelak siswa-siswinya mampu dan berani bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan dimanapun, dan kapanpun.

SEKIAN,
*TERIMA KASIH*

BIODATA PENULIS

NAMA TANGGAL, LAHIR SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH

: PUTRI NAMBA APRIYANI : KRA, 4 APRIL 1997 : SMP NEGERI 1 JATIPURO :JL. WALIKAN NO.1 TROMBOL, JATIPURWO, JATIPURO

ALAMAT RUMAH NAMA AYAH NAMA IBU NO.HP

: SANGEN, JATIPURO : SUGIYARTO : TITIK SRIYAMTINI, S.Pd : 081329785180

Anda mungkin juga menyukai