Anda di halaman 1dari 19

AHLUSSUNNAH (AL-ASYARY DAN AL-MATURIDI

Oleh: Dra.Lailatu Zahroh, MPdI

SALAF
Menurut Thablawi Mahmud..Salaf artinya ulama terdahulu; terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabii, tabi tabiI, para pemuka abad ke-3 H,dan para pengikutnya pada abad ke-4 H yang terdiri atas para muhadditsin dan lainnya Menurut As Syahrastani, ulama Salaf adalah yang tidak menggunakan takwil (dalam menafsirkan ayat Mutasyabihat) dan tidak mempunyai faham tasybih (anthropomorphisme)

W.Montgomery menyatakan bahwa gerakan Salafiyah berkembang-terutama- di Bagdad pada abad 13. Pada masa itu terjadi gairah menggebugebu yg diwarnai fanatisme kalangan kaum Hanbali Menurut Harun Nasution, Salafiyah bermula dari Imam Ahmad bin Hanbal, lalu ajarannya dikembangkan Imam Ibn Taimiyah, kemudian disuburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab. Di Indonesia, gerakan ini berkembang lebih banyak dilaksanakan oleh gerakan Persatuan Islam (Persis) atau Muhammadiyah

KHALAF
Digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir setelah abad 3 H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf, diantaranya tentang penakwilan terhdap sifat-sifat Tuhan yang serupa dengan makhluk pada pengertian yang sesuai dengan ketinggian dan kesucianNya

Ungkapan ahlussunnah (sering disebut dengan Sunni) dibedakan menjadi dua pengertian yaitu umum dan khusus Dalam pengertian umum: - lawan dari kelompok Syiah - dalam pengertian umum, Mutazilah masuk dalam barisan Sunni Dalam pengertian khusus: - madzhab yang berada dalam barisan Asyariyah dan lawan dari Mutazilah.

PENGERTIAN KEDUA INILAH YANG DIPAKAI DALAM PEMBAHASAN INI

Ahlussunnah banyak dipakai setelah munculnya aliran Asyariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran Mutazilah Harun Nasution : aliran Ahlussunnah muncul atas keberanian dan usaha Abu Al Hasan Al Asyary sekitar tahun 300 H

AL-ASYARI
Pendirinya: Abu Al Hasan bin Abi Musa Al
Asyari Berkat didikan ayah tirinya (Abu Ali Al Jubbai), Al Asyari menjadi tokoh Mutazilah. Ia sering menggantikan Al JubbaI dalam perdebatan menentang lawan-lawan Mutazilah, juga banyak menulis buku yang membela alirannya

Al Asyari menganut faham Mutazilah sampai ia berusia 40 tahun. Setelah itu ia tiba-tiba mengumumkan dihadapan jamaah masji Basrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mutazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya Latar belakangnya: pengakuan Al Asyari telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw sebanyak 3 kali yaitu pada malam ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadlan; dimana dalam mimpinya itu Rasulullah saw memperingatkannya agar meninggalkan faham Mutazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan beliau

DOKTRIN TEOLOGI AL ASYARI


1.

2.
3.

4. 5. 6. 7.

Tuhan dan sifat-sifatNya Kebebasan dalam berkehendak (Free-Will) Akal dan Wahyu dan Kriteria Baik dan Buruk Qadimnya Al Quran Melihat Tuhan Keadilan Kedudukan Orang Berdosa

TUHAN DAN SIFAT-SIFATNYA

Perbedaan pendapat dikalangan mutakallimin mengenai sifat-sifat Allah tak dapat dihindarkan walaupun mereka setuju bahwa mengesakan Allah adalah wajib. Al Asyari dihadapkan pada dua pandangan ektrim, yaitu: Mujassimah (antropomorfis) dan kelompok musyabbihah Mujassimah berpendpat bahwa Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan dalam Al Quran dan Sunnah dan sifat-sifat itu dipahami menurut arti harfiahnya Mutazilah berpendapat bahwa sifat-sifat Allah tidak lain selain esensiNya. Adapun tangan, kaki, telinga Allah atau Arsy atau kursi tidak boleh diartikan secara harfiah, melainkan harus dijelaskan secara alegoris

Menghadapi dua kelompok itu, Al Asyari berpendapat bahwa : - Allah memang memiliki sifat-sifat itu, seperti mempunyai tangan dan kaki ; dan ini tidak boleh diartikan secara harfiah, melainkan secara simbolis (berbeda dengan kelompok sifatiah). - Sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip. - Sifat Allah berbeda dengan Allah sendiri,tetapi tidak terpisah dari esensiNya. Dengan demikian tidak berbeda denganNya

KEBEBASAN DALAM BERKEHENDAK (FREE-WILL)


Dalam hal apakah manusia memiliki kemampuan untuk memilih, menentukan serta mengaktualisasikan perbuatannya? Jabariah yang fatalistik dan menganut faham pradeterminisme semata-mata Mutazilah yang menganut faham kebebasan mutlak dan berpendapat bahwa manusia menciptkan perbuatannya sendiri Al Asyari membedakan antara khaliq dan kasb. Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib). Hanya Allahlah yang mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia)

AKAL DAN WAHYU


Walaupun Al Asyari dan orang-orang Mutazilah mengakui pentingnya akal dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al Asyari mengutamakan wahyu, sementara Mutazilah mengutamakan akal

KRITERIA BAIK DAN BURUK


Dalam menentukan baik buruk terjadi perbedaan. Al Asyari berpendapat bahwa baik dan buruk harus berdasarkan wahyu, sedangkan Mutazilah mendasarkannya pada akal

QADIMNYA AL QURAN
Mutazilah : Al Quran diciptakan (makhluk) sehingga tidak qadim Mazhab Hanbali dan Zahiriyah: Al Quran adalah kalam Allah (yang qadim dan diciptakan). Zahiriyah bahkan berpendapat bahwa semua huruf, kata dan bunyi Al Quran adalah qadim Al Asyari: walaupun Al Quran terdiri atas katakata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim

MELIHAT TUHAN

Al Asyari tidak sependapat dengan kelompok Zahiriyah yang menyatakan bahwa Allah dapat dilihat diakhirat dan mempercayai bahwa Allah bersemayam di Arsy Al Asyari tidak sependapat dengan Mutazilah yang mengingkari ruyatullah (melihat Allah) di akhirat Al Asyari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat tetapi tidak dapat digambarkan. Kemungkinan ruyat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan dapat dilihat atau bilamana Ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihatNya

KEADILAN
Pada dasarnya Al Asyari dan Mutazilah setuju bahwa Allah itu adil; mereka hanya berbeda dalam memandang makna keadilan Al Asyari tidak sependapat dengan Mutazilah yang mengharuskan Allah berbuat adil kepada orang yang berbuat baik. Menurut Al Asyari, Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah Penguasa Mutlak. Dengan demikian, jelaslah bahwa Mutazilah mengartikan keadilan dari visi manusia yang memiliki dirinya, sedangkan Al Asyari dari visi bahwa Allah adalah pemilik mutlak

KEDUDUKAN ORANG YANG BERDOSA

Al Asyari menolak ajaran posisi menengah yang dianut Mutazilah. Mengingat bahwa iman merupakan lawan kufr, predikat bagi seseorang haruslah salah satu diantaranya. Jika tidak mukmin, ia kafir. Oleh karena itu, Al Asyari berpendapat bahwa mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak munkgin hilang karena dosa selain kufr

AL MATURIDI

Abu Mansur al Maturidi dilahirkan di Maturid di Samarkand (sekarang Uzbekhistan) sekitar pertengahan abad ke-3 H Hidup pada masa khalifah Al Mutawakkil Karir pendidikannya lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi daripada Fiqh, ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi fahamfaham teologi yang berkembang yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara

Anda mungkin juga menyukai