Anda di halaman 1dari 8

Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.

Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai bagian dunia telah mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara. Miasalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ribuan mahasiswa berhasil memaksa Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya. Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas-kampus. Di luar negeri juga terdapat organisasi mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, yang beranggotakan pelajar dan mahasiswa Indonesia.

Organisasi kemahasiswaan intra kampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan kampus dan mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari kampus. Para aktivis Organisasi Mahasiswa Intra Kampus pada umumnya juga berasal dari kaderkader organisasi ekstra kampus ataupun aktivis-aktivis independen yang berasal dari berbagai kelompok studi atau kelompok kegiatan lainnya. Saat Pemilu Mahasiswa untuk memilih Pemimpin Senat Mahasiswa, pertarungan antar organisasi ekstra kampus sangat terasa. Berikut adalah beberapa organisasi kemahasiswaan Intra Kampus: Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa adalah Lembaga intra Kemahasiswaan tingkat Universitas. Dewan Mahasiswa ini sangat independen, dan merupakan kekuatan yang cukup diperhitungkan sejak Indonesia Merdeka hingga masa Orde Baru berkuasa. Ketua Dewan Mahasiswa selalu menjadi kader pemimpin nasional yang diperhitungkan pada jamannya. Dewan Mahasiswa berfungsi sebagai lembaga eksekutif sedangkan yang menjalankan fungsi legislatifnya adalah Majelis Mahasiswa. Di Fakultas-fakultas dibentuklah Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA), atau di beberapa perguruan tinggi disebut Senat Mahasiswa. Para Ketua Umum KODEMA atau Ketua Umum Senat Mahasiswa ini secara otomatis mewakili Fakultas dalam Majelis Mahasiswa. Keduanya dipilih secara langsung dalam Pemilu Badan Keluarga Mahasiswa untuk masa jabatan dua tahun. Sedangkan Ketua Umum Dewan Mahasiswa dipilih dalam sidang umum Majelis Mahasiswa. Masa Dewan Mahasiswa dan juga Majelis Mahasiswa di Indonesia berakhir pada tahun 1978-an ketika Pemerintah memberangus aksi kritis para mahasiswa dan Dewan Mahasiswa dibekukan. Kegiatan politik di dalam kampus juga secara resmi dilarang. Kebijakan itu dikenal dengan nama Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan pengganti lembaga tersebut adalah Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK).

Senat Mahasiswa Senat Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa intra universiter yang dibentuk pada saat pemberlakuan kebijakan NKK/BKK pada tahun [1978]. Sejak 1978-1989, Senat Mahasiswa hanya ada di tingkat fakultas, sedangkan di tingkat universitas ditiadakan. Di tingkat jurusan keilmuan dibentuk Keluarga Mahasiswa Jurusan atau Himpunan Mahasiswa Jurusan, yang berkoordinasi dengan Senat Mahasiswa dalam melakukan kegiatan intern. Pada umumnya Senat Mahasiswa dimaksudkan sebagai Lembaga Eksekutif, sedangkan fungsi legislatifnya dijalankan organ lain bernama Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Pada tahun 1990, pemerintah memperbolehkan dibentuknya Senat Mahasiswa tingkat Perguruan Tinggi namun model student government ala Dewan Mahasiswa tidak diperbolehkan. Senat Mahasiswa yang dimaksudkan adalah kumpulan para Ketua-Ketua Lembaga Kemahasiswaan yang ada: Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas, Ketua Umum BPM dan Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa. Model seperti ini di beberapa perguruan tinggi kemudian ditolak, dan dipelopori oleh UGM, Senat Mahasiswa memakai model student government. Senat Mahasiswa menjelma menjadi Lembaga Legislatif, termasuk di tingkat Fakultas. Lembaga Eksekutifnya adalah Badan Pelaksana Senat Mahasiswa. Belakangan nama Badan Pelaksana diganti dengan istilah yang lebih praktis : Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Awalnya BEM dipilih, dibentuk dan bertanggung jawab kepada Sidang Umum Senat Mahasiswa namun sekarang pengurus kedua institusi sama-sama dipilih langsung dalam suatu Pemilihan Umum. Unit Kegiatan Mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para aktivis yang ada di dalamnya. Unit Kegiatan Mahasiswa sebetulnya adalah bagian/organ/departemen dari Dewan Mahasiswa. Ketika dilakukan pembubaran Dewan Mahasiswa, departemendepartemen Dewan Mahasiswa ini kemudian berdiri sendiri-sendiri menjadi unit-unit otonom di Kampus. Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari tiga kelompok minat : Unit-unit Kegiatan Olahraga, Unit-unit Kegiatan Kesenian dan Unit Khusus (Pramuka, Resimen Mahasiswa, Pers Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, Unit Kerohanian dan sebagainya). Badan Perwakilan Mahasiswa Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) adalah organisasi mahasiswa Intra Universiter di Indonesia yang dibentuk pada saat pemberlakuan kebijakan NKK/BKK pada tahun 1978. Sejak 1978-1989, Badan Perwakilan Mahasiswa hanya ada di tingkat Fakultas bersamasama dengan Senat Mahasiswa. Ada kerancuan istilah BPM dengan Senat Mahasiswa karena sama-sama berarti wakil. Hanya saja menurut aturan main, BPM dianggap berfungsi sebagai badan legislatif sedangkan Senat Mahasiswa menjalani fungsi eksekutif.

Akhirnya, karena ketidakjelasan fungsi BPM itu ketika era Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi atau SMPT fungsi BPM digantikan Senat Mahasiswa. BPM sendiri dihapuskan. Senat Mahasiswa yang tadinya badan eksekutif berubah menjadi badan legislatif. Sedangkan badan eksekutifnya dibentuk Badan Pelaksana Senat Mahasiswa, yang lantas diubah lagi menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM. Istilah ini bertahan hingga saat ini. Badan Eksekutif Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ialah lembaga kemahasiswaan yang menjalankan organisasi serupa pemerintahan (lembaga eksekutif). Dipimpin oleh Ketua/Presiden BEM yang dipilih melalui pemilu mahasiswa setiap tahunnya. Di beberapa kampus seperti Universitas Indonesia, masih digunakan nama Senat Mahasiswa (SM). Himpunan Mahasiswa Jurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang terdapat pada jurusan keilmuan dalam lingkup fakultas tertentu. Umumnya bersifat otonom dalam kaitannya dengan organisasi mahasiswa di tingkat Fakultas seperti Senat Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa. Kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan umumnya dalam konteks keilmuan, penalaran dan pengembangan profesionalisme. Nama lain Himpunan Mahasiswa Jurusan adalah Keluarga Mahasiswa Jurusan atau Korps Mahasiswa Jurusan. Sebagai contoh : Himpunan Mahasiswa Budi Daya Pertanian (Fakultas Pertanian), Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (Fakultas Teknik), Himpunan Mahasiswa Sejarah (Fakultas Ilmu Budaya), Korps Mahasiswa Komunikasi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Himpunan Mahasiswa Jurusan kelompok sejenis banyak yang membentuk jaringan dengan HMJ lainnya di lain Perguruan Tinggi sehingga seperti juga Senat Mahasiswa maka ada Ikatan Himpunan Mahasiswa Jurusan sejenis skala nasional. Sebut saja nama Ikatan Mahasiswa Komunikasi Indonesia yang menghimpun HMJ Komunikasi Fisip, beberapa diantaranya berstatus Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi. Atau Ikatan Mahasiswa Administrasi Indonesia. Juga ada Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia atau IMAHAGI.

Sejak tahun 1998 ketika genderang reformasi di tabuh seluruh elemen termasuk gerakan mahasiswa (GM) turut meramaikan pesta akbar demokrasi tersebut. Dampak reformasi ini pun dirasakan juga oleh mahasiswa sebagai salah satu aktor dalam runtuhnya rezim orde baru dan munculnya rezim reformasi. Kampus-kampus pun ramai dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Dari mulai aksi sosial sampai dengan aksi politik. Dari sanalah mahasiswa menobatkan dirinya sebagai sebuah pergerakan yang mengusung perubahan kala dihadapi kondisi yang tidak ideal di masyarakat. Muncullah tiga istilah yang merepresentasikan jiwa mahasiswa, tiga istilah inilah yang kemudian mahasiswa menyebutnya sebagai peran dan fungsi mahasiswa dalam pergerakan politik di Indonesia. Tiga peran itu adalah Agent of Change, Moral Force, dan Iron Stock. Agent of change menisbatkan bahwa mahasiswa sebagai sekelompok orang yang siap merubah kondisi-kondisi tidak ideal yang terjadi di lingkungannya menjadi kondisi ideal yang bisa membuat orang-orang hidup sesuai hak dan kewajibannya. Moral force menjadikan mahasiswa sebagai gerakan moral yang mengingatkan semua orang akan nilai-nilai keadilan, kebersamaan, kejujuran, kebenaran dan persamaan hak. Sedangkan Iron stock, bahwa mahasiswa sebagai cadangan masa depan bangsa yang akan memegang tampuk kekuasaan di negeri ini, dinobatkan sebagai pewaris-pewaris negeri yang dengan idealismenya membangun bangsa ini. Sewindu sudah reformasi bangsa ini berjalan, sewindu sudah GM menapakan kaki-kakinya dijalanan, di ruang-ruang diskusi, di parlemen bahkan di pemerintahan. Akan tetapi, tidak ada titik terang bagi kemajuan bangsa ini. Jika kita perhatikan sebenarnya apa yang salah dengan GM. Sungguh peran dan fungsi mahasiswa yang telah diuraikan di atas seharusnya bisa mengobati lubang-lubang luka bangsa ini, tapi luka-luka itu belum terobati oleh GM. Apa yang terjadi dengan GM???? Sebuah tinjauan analitis timbul, mungkinkah sikap pragmatisme gerakan dari GM yang membuat GM tidak bisa menonjolkan dirinya (baca : memiliki bargaining position). Pragmatisme Gerakan??? Istilah baru memang, tapi sebenarnya istilah ini tidak asing lagi bagi GM, sikap hanya reaktif ketika ada kondisi tidak ideal, itulah pragmatisme gerakan. GM seakan-akan kehilangan visi saat rakyat mulai menerima dengan kondisi seperti ini. Yang terjadi GM menjadi sebuah sepeda yang tidak pernah bergerak dari tempatnya. Dia menghabiskan energi hanya untuk bergerak ditempat, jikalau bergerak satu langkah mungkin dia akan kembali ke tempat semula bahkan mungkin mundur dua langkah. Inilah kondisi yang terjadi, sehingga dampaknya barisan orangorang yang toleran dan simpati terhadap GM yakni kaum intelektual mahasiswa menjadi berkurang. Mereka turut jenuh bahkan apatis karena orang-orang yang menjadi pendukungnya saja apatis terhadap visi gerakan. Kesimpulannya, GM tidak mempunyai visi yang jauh ke depan untuk memfasilitasi semua orang baik itu yang toleran, simpatisan, yang berminat maupun yang mendukung. GM di atmosfer IPB

Kemudian apa yang terjadi di salah satu kampus besar di Indonesia, yaitu Institut Pertanian Bogor. Kampus yang menjadi pusat pergerakan mahasiswa Indonesia (red : katanya) selama 3 tahun terakhir. Kampus ini memang merupakan kampus teramai dengan kegiatan-kegiatan mahasiswanya. Bahkan riset salah satu LSM pendidikan mengenai citra Universitas di Indonesia, menempatkan IPB sebagai universitas yang memiliki citra yang baik dikarenakan oleh kiprah mahasiswanya di tingkat nasional. Dengan kelembagaan yang terstruktur rapi dari mulai kelembagaan tingkat pusat dan fakultas, dana kemahasiswaan yang mencapai 900 juta rupiah per tahunnya, jumlah kegiatan sampai 1100 kegiatan pertahunnya, prestasi IPB di tingkat nasional (PIMNAS, PPKM, LKTM dan lan sebagainya) dan dukungan institusi terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, membuat kelembagaan mahasiswa di IPB menjadi sangat hidup. Bagaimana dengan pergerakan mahasiswa? Memang jika kita berbicara masalah pergerakan mahasiswa maka main stream kita langsung diarahkan kepada yang namanya aksi demonstrasi. Padahal jika kita melihat kembali peran dan fungsi mahasiswa maka seharusnya main stream kita dari mulai sekarang harus berubah. Pergerakan mahasiswa harus ditujukan kepada tiga peran dan fungsi mahasiswa tersebut dan didasarka kepada tri darma peguruan tinggi. Sehingga kita tidak akan terkotak-kotakan masalah peran. Semua elemen mahasiswa mempunyai peran yang sama, hanya metode yang dilakukan sesuai dengan kondisi organisasi dan karakter organisasi kemahasiswaan itu sendiri. Kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, keilmiahan, roundtable discussion, pengabdian masyarakat dan lain-lain selain aksi demonstrasi juga merupakan pergerakan mahasiswa. Akan tetapi memang, kita tidak boleh meninggalkan peran kita sebagai moral force dengan menjadikan GM sebagai pressure group kepada pemerintah. Terlihat setelah 8 tahun reformasi, hanya sedikit perubahan yang terjadi di IPB. Rasanya peran kelembagaan mahasiswa dalam ini GM belum banyak terasa oleh mahasiswa. Hal ini disebabkan karena kelembagaan mahasiswa IPB tidak memiliki visi yang jelas dan terealisasi. Jika pun ada visi itu hanya menjadi sebuah pajangan legalitas sebuah AD ART saja. Apakah ini pertanda bahwa GM di atmosfer IPA akan semakin redup. Akan tetapi sebuah titik terang muncul di tengah kebingungan GM IPB, sebuah konsep gerakan pertanian mahasiswa IPB di hadirkan walau pemunculan ini tidak dirancang dari awal sehingga gemanya belum terasa. Hal ini dikarenakan GM di IPB setengah hati melaksanakan itu semua. Walaupun sunguh-sungguh tapi GM IPB tidak punya cukup waktu untuk mengurusi hal itu, karena tadi semua itu tidak direncanakan dengan matang di awal. Dari semua yang terjadi itu, semuanya akan berujung pada kebosanan kader-kader GM yang selama ini setia. Mungkin saja akan menurun, karena mereka semakin sibuk dengan aktfitas akademisnya. Hal ini harus diwaspadai oleh kader-kader inti GM itu sendiri. Menuju Lembaga yang Kritis, Dinamis dan Peduli

Tentunya kita tidak bisa hanya berbicara tanpa memberikan solusi untuk permasalahan kita semua. Karena hanya orang bodoh saja yang bisa memberikan sebuah kritikan tapi tidak memberikan pemecahan masalah, karena kita semua bukan problem speaker tapi kita semua problem solver. Sebuah rekomendasi untuk GM IPB bahwa mereka harus memiliki visi yang konkrit yang akan direalisasikan setiap tahunnya. Visi sangat tergantung dari pemimpinnya, pemimpin yang memiliki visi dan ambisi yang besar untuk berkontribusi terhadap negara. Tentunya selain visi GM IPB harus memiliki sebuah langakh operasional dalam bergerak. Maka dari itu konsep good governance sangat baik diterapkan pada sistem GM IPB. Ada sepuluh prinsip yang harus di pegang oleh GM IPB dalam menerapkan good governance. Prinsip Pertama adalah Visi strategis, Pemerintahan mahasiswa dalam hal ini lembaga kamahasiswaan harus memiliki visi dan strategi yang jelas serta terarah. Sehingga memberikan arah dan fokus kerja lembaga kemahasiswaan serta efektifitas penggunaan sumber daya. Visi dan strategi yang disusun oleh masing-masing lembaga kemahasiswaan harus disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan untuk mencapainya. Prinsip Kedua adalah Partisipasi, dalam hal ini partisipasi mahasiswa. Semua mahasiswa mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan baik di tingkat Fakultas maupun Universitas. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Maka dari itu, lembaga legislatif harus meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam Sidang Umum kelembagaan mahasiswa, Sidang Tengan Tahun, Sidang Istimewa yang diadakan oleh DPM/BPM sebagai lembaga legislatif. Partisipasi mahasiswa yang lain, yang harus diperhatikan oleh pemerintahan mahasiswa khususnya lembaga eksekutif dalam hal ini BEM dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) adalah partisipasi mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa. BEM dan HIMA harus meningkatkan kinerja dan program kerja yang inovatif, berdasarkan aspirasi mahasiswa dan dapat dirasakan oleh seluruh mahasiswa. Prinsip Ketiga adalah Tegaknya legislasi kelembagaan mahasiswa, di sinilah peran lembaga legislatif dalam hal ini DPM/BPM untuk membuat regulasi kelembagaan mahasiswa. Baik dari segi sistem keuangan, sistem suksesi, sistem reward and punnisment, dan ketetapan-ketetapan lain yang mengatur sistem pemerintahan mahasiswa berjalan dengan lancar. Prinsip Keempat adalah Transparansi, Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan mahasiswa, lembagalembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh mahasiswa, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau oleh mahasiswa. Semua informasi tentang kebijakan penyelenggaraan pemerintahan mahasiswa harus dapat diakses oleh mahasiswa. Seperti ketetapan-ketetapan DPM/BPM, keputusan presiden mahasiswa, hasil-hasil lokakarya mahasiswa, hasil-hasil

sidang mahasiswa, Standar Operating Procedure (SOP) yang diterapkan di masing-masing lembaga kemahasiswaan, dan lain-lain yang sifatnya harus diketahui oleh seluruh mahasiswa. Untuk memudahkan penyampaian informasi maka pemerintahan mahasiswa dalam hal ini kelembagaan mahasiswa harus menyediakan fasilitas informasi yang terpusat, inovatif, dan mudah diakses oleh seluruh mahasiswa. Prinsip Kelima adalah Kesetaraan, Pemerintahan mahasiswa harus menjamin tidak adanya kesenjangan antara mahasiswa yang kaya dengan yang miskin. Sehingga kesejahteraan mahasiswa terjamin. Lembaga kemahasiswaan bisa menyediakan sarana beasiswa untuk mahasiswa yang kurang mampu, bisa dengan subsidi silang atau bekerja sama dengan donatur. Selain itu, bisa juga lembaga kemahasiswaan membantu secara proaktif pihak institusi dalam menyampaikan informasi-informasi beasiswa dan memastikan beasiswa itu sampai ke tangan yang berhak menerimanya. Prinsip Keenam adalah Peduli terhadap Stakeholders, Stakeholders mahasiswa sangat banyak antara lain mahasiswa itu sendiri, masyarakat, lingkungan dan masih banyak lagi. Pemerintahan mahasiswa khususnya BEM dan HIMA harus peduli terhadap permasalahan-permasalahan Stakeholders-nya. Ini wujud dari pelayanan umum, bahwa pemerintahan mahasiswa adalah public service. Untuk masyarakat BEM dan HIMA bisa mengadakan program pengabdian masyarakat sebagai representatif dari tri darma perguruan tinggi. Bentuknya bisa bermacam-macam seperti binsa desa, gerakan peduli lingkungan, pembinaan anak-anak jalanan, pembinaan UKM masyarakat, penyuluhan dan lain-lain. Prinsip Ketujuh adalah Berorientasi pada konsesus, Tata pemerintahan mahasiswa harus menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kehidupan mahasiswa, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakankebijakan dan prosedur-prosedur bisa melalui lokakarya kemahasiswaan. Prinsip kedelapan adalah Efektifitas dan efisiensi, Proses-proses penyelenggaraan lembaga-lembaga kemahasiswaan harus membuahkan hasil sesuai kebutuhan mahasiswa dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Misalnya penentuan program kerja yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan sifatnya menjual, artinya program kerja itu harus bisa menggandeng perusahaan sebagai sponsor (ini salah satu indikator efektifnya program). Selain itu, dalam hal penggunaan dana kemahasiswaan yang efektif dan efisien sehingga tidak ada dana kemahasiswaan yang kurang optimal penggunaannya. Prinsip kesembilan adalah Akuntabilitas dan pengawasan, Seluruh lembaga-lembaga pemerintahan mahasiswa dalam hal ini kelembagaan formal mahasiswa harus mempertanggungjawabkan hasil kerja mereka kepada seluruh mahasiswa. Maka dari itu setiap lembaga kemahasiswaan harus menentukan parameter keberhasilan lembaganya masing-masing di awal kepengurusan.

Selain itu perlu dibentuk sisitem audit dan pengawasan di setiap lembaga kemahasiswaan atau terpusat di lembaga legislatif. Sektor kerjasanya luas dari mulai audit dana kemahasiswaan sampai kinerja kelembagaan. Hasil audit dan pengawasan lembaga kemahasiswaan, harus dipublikasikan kepada mahasiswa, dan dapat diakses dengan mudah melalui fasilitas-fasilitas informasi yang disediakan oleh lembaga kemahasiswaan. Prinsip Kesepuluh adalah Profesionalisme, seluruh lembaga kemahasiswaan sebagai penyelenggara pemerintahan mahasiswa di kampus harus meningkatkan kemampuan dan moral peneyelengaraan roda lembaga kemahasiswaaan. Bisa dengan cara melakukan up grade pengurus dengan halhal yang bisa meningkatkan kemampuan teknik, penalaran dan kepemimpinan. Masing-masing lembaga kemahasiswaan memiliki kurikulum pengembangan pengurus, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masin-masing lembaga kemahasiswaaan. Sehingga dalam memberikan pelayanan kemahasiswaan dapat dilaksanakan dengan cepat dan bersahabat. Juga dalam penyelenggaraan kegiatan, tidak terkesan lagi asal-asalan dalam pelaksanaannya. Ini merupakan image building kelembagaan mahasiswa IPB di mata stakeholders

Anda mungkin juga menyukai