PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai proIesi kemampuan guru ini erat kaitannya dengan keberhasilan guru
sebagai seorang pendidik, dimana guru yang berkompeten maka guru tersebut
berpeluang menjadi pendidik yang proIesional. Dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia Indonesia, khususnya dalam wilayah otonomi daerah peran guru yang
proIesional punya andil dalam mewujudkannya. Oleh karena itu penulis perlu untuk
mengkaji apakah guru-guru kita ini sudah kompeten atau belum, sudah proIesional
atau belum dalam menjalankan proIesinya.
ProIesi kependidikan atau guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan
tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang proIesional. Walaupun
jabatan proIesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik
dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan proIesi guru, organisasi proIesi
yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru
sehingga ada sertiIikasi guru melalui Akta Mengajar.
Guru atau pekerja yang berproIesi kependidikan memiliki kemampuan bersikap,
berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain kompetensi itu
merupakan kemampuan unjuk kerja (ability to do) yang dilatarbelakangi oleh
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini mengandung arti bahwa
kualitas unjuk kerja itu ditentukan oleh kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Semakin tinggi kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan, semakin tinggi juga unjuk kerjanya, dan sebaliknya. Jadi ada korelasi
positiI tinggi antara tingkat penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan
kompetensi yang terbentuk. Maka dari itu guru harus memliki kompetensi dan
proIessional yang baik guna melakukan tugas mengajar dan menyelenggarakan
pembelajaran di sekolah. Kompetensi merupakan kemampuan bersikap, berpikir dan
bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dimiliki seseorang. Kompetensi proIessional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Dari uraian diatas, yang memberikan gambaran tentang proIesi pendidik yang
berkompetensi atau memiliki kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak secara
konsisten dalam mendidik. Maka untuk mengetahui proIesi yang didalamnya
memiliki kemampuan seperti yang disebut diatas maka sangatlah mendorong penulis
untuk menulis makalah ini dengan Iormulasi judul " Profesi Kependidikan".
1.2 Rumusan masalah
a. Bagaimana hakekat dan esensi dan perbedaannya dengan pekerjaan lain?
b. Bagaimana karakteristik ilmu proIesi dan karakteristik khusus proIesi guru?
c. Bagaimana kompetensi proIesi?
d. Bagaimana konsep legal proIesi guru (guru UU No.14 dan PP yang berkaitan)
?
e. Bagaimana prospek karir dan etika proIesi?
I. Bagaimana reward dan panishment proIesi?
g. Bagaimana tantangan karir dan proIesi?
h. Bagaimana aspek-aspek pidana dan perdata?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat dan Esensi Profesi dan Perbedaannya dengan Pekerjaan Lain.
A. Pengertian Profesi
Secara estimologi, istilah proIesi berasal dari bahasa Inggris yaitu proIession
atau bahasa latin, proIecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi
proIesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan
pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu proIesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. ProIesi adalah suatu pekerjaan
yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh
dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hakikat dari proIesi adalah Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan yang berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada
kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan manusia.
B. Ciri-Ciri atau Karateristik Profesi
a. ProIesi itu memiliki Iungsi dan signiIikansi sosial bagi masyarakat.
b. ProIesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan
dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
akuntabel/dapat dipertanggung jawabkan.
(altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas,
mempunyai sistem upah, dan budaya proIesional.
2.3 Kompetensi Profesi Guru
Departemen Pendidikan Nasional (2006 : 2) memberi pengertian kompetensi
adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Dengan kata lain kompetensi itu merupakan kemampuan unjuk kerja (ability to do)
yang dilatarbelakangi oleh penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini
mengandung arti bahwa kualitas unjuk kerja itu ditentukan oleh kualitas penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Semakin tinggi kualitas penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, semakin tinggi pula unjuk kerjanya, begitu pula
sebaliknya. Jadi ada korelasi positiI tinggi antara tingkat penguasaan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dengan kompetensi yang terbentuk.
Guru merupakan Iaktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan
Iormal pada umumnya karena bagi peserta didik, guru sering dijadikan tokoh teladan,
bahkan menjadi tokoh identiIikasi diri. Oleh karena itu, guru seiogionya memiliki
prilaku dan ompetensi yang memadainya untuk mengambangkan peserta didik secara
utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan proIesi yang
dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi kepribadian,
sosial dan proIesional.
Dalam undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 10
ayat 1) kompetensi guru di kelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu kompetensi
Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi proIessional.
ompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik. Termasuk ke dalam kemampuan ini antara lain sub-sub kemampuan meliputi
(1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap
peserta didik, () pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran,
(5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanIaatan teknologi
pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
ompetensi epribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, ariI dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi
kepribadian yang diperlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut :
Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada tuhan, sejalan dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru harus memsti beragama dan taat
dalam menjalankan ibadahnya.
Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu
dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki
potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapinya.
Guru senantiasa berhadapan dengan kemunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang
ditemuianya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyrakat.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
O Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
O Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika IilsaIat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
O Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang IilsaIat yang berbicara
mengenai nilaidan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan
baik dan buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptiI memberikan Iakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatiI memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI
merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika
sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan
isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal
merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
etik pada masyarakat proIesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada proIesi hukum
dikenal adanya maIia peradilan, demikian juga pada proIesi dokter dengan pendirian
klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.
Pada dasarnya kode etik proIesi dirancang dengan mengakomodasikan
beberapa prinsip etika seperti berikut:
1. Etika kemanIaatan umum (utilitarianism ethics), yaitu setiap langkah/tindakan
yang menghasilkan kemanIaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah
dipilih dan dijadikan motivasi utama;
2. Etika kewajiban (duty ethics), yaitu setiap sistem harus mengakomodasikan
hal-hal yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan
konsekuensi yang mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus
ditaati seperti jangan berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya.
Semua nilai moral ini jelas akan selalu benar dan wajib untuk dilaksanakan,
sekalipun akhirnya tidak akan menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri;
. Etika kebenaran (right ethics), yaitu suatu pandangan yang tetap menganggap
salah terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar
moralitas. Sebagai contoh tindakan plagiat ataupun pembajakan hak
cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap dianggap salah karena
melanggar nilai dan etika akademis;
4. Etika keunggulan/kebaikan (virtue ethics), yaitu suatu cara pandang untuk
membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik
(perilaku) dasar orang yang melakukannya. Suatu tindakan yang baik/benar
umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang baik pula.
Penekanan disini diletakkan pada moral perilaku individu, bukannya pada
kebenaran tindakan yang dilakukannya; dan
5. Etika sadar lingkungan (environmental ethics), yaitu suatu etika yang
ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja,
dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para
pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang
dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan
suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga
bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan
sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinIorcement yang
positiI; maka punishment sebagai bentuk reinIorcement yang negatiI, tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini
adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan
membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersiIat
pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.
Guru-guru yang mengajar mulai dari bangku SD, SMP, sampai SLTA, dan
malah juga para dosen di Perguruan Tinggi adalah juga orangtua bagi anak-anak
mereka di rumah. Sebagian dari mereka mungkin juga terkondisi melalui pendidikan
sosial sebelumnya untuk tidak royal dalam memberii perhatian, penghargaan atau
reward terhadap anak-anak didik mereka- tentu tidak semuanya yang begitu. Namun
cukup banyak ditemui guru yang berprilaku keras, sampai memperlihatkan wajah
bengis (atas nama mempertahankan suatu disiplin) pada anak kecil-kecil yang
usianya masih berkisar 7 1 tahun. Perilaku siswa di sekolah adalah perilaku
bawaan dari rumah dimana mereka dibesarkan dalam lingkungan yang jarang
memberiikan pujian dan perhatian, kecuali punishment/cacian, cemooh dan ancaman
telah tumbuh menjadi anak didik yang agresiI, sulit berkosentrasi, haus perhatian, dan
suka menganggu ketenangan teman. Dalam pandangan ilmu paedagogi lama bahwa
anak didik yang demikian (melakukan kegaduhan/gangguan) perlu untuk diberi
pengingkaran atas tanggung jawab proIessional guru. ProIesional guru bukan hanya
sekadar menguasai teknologi dan menajemen tetapi, seorang guru dituntut untuk
memiliki komitmen pada siswa dan PBM, menguasai secara mendalam mata
pelajaran yang diajarkannya, bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui
berbagai cara evaluasi, mampu berIikir sistematis, dan juga guru seyogianya
merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan proIesinya.
Tantangan yang dihadapi guru antara lain:
1. Apakah ruang belajar yang ada dapat menciptakan suasana belajar dengan baik?
Seperti yang sering kita dengar dan kita lihat melalui siaran televisi, banyak sekali
sekolah-sekolah yang kondisi Iisiknya sangat memprihatinkan. Apakah benar ruang
belajar serupa dapat membuat para peserta didik berkonsentrasi dalam belajar?
2. Guru yang baik tidak akan bisa melaksanakan tugasnya secara optimal apabila
tidak didukung dengan Iasilitas yang memadai, sementara kemampuan sekolah untuk
melengkapi Iasilitas pendidikan sangat terbatas (sesuai dengan dana yang disediakan
pemerintah pusat maupun daerah).Sedangkan kondisi masyarakat yang juga sebagai
salah satu unsur yang turut bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan
pada saat ini sedang menghadapi masa krisis, sehingga bantuan yang diberikan
kepada sekolah juga sangat terbatas.
. Latar belakang siswa juga sangat memengaruhi pekerjaan seorang guru. Latar
belakang orang tua siswa pada umumnya memilki korelasi terhadap motivasi belajar.
Peran orang tua dalam mendorong kegiatan anaknya untuk mencapai tujuan
terekspresi dalam perilaku siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang akhirnya
memengaruhi prestasi belajarnya.
4. Sistem birokrasi yang terbangun dalam otonomi daerah menyebabkan
ketidakjelasan reward dan punishment bagi proIesi seorang guru sehingga
menyebabkan apatisme.
perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta
benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersiIat perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem
hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum
Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-
negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya
Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem
hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata di Indonesia
didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada
masa penjajahan.
2.9 Penampilan Diri
Guru adalah proIesi strategis untuk menuju terciptanya pendidikan yang
bermartabat, yang pada gilirannya akan tercipta generasi yang memiliki SDM handal.
Tapi ada keanehan dan telah menjadi Ienomena pada masyarakat bahkan sekolah,
bahwa umumnya siswa cerdas enggan untuk memilih proIessi guru. Tidak jarang
sebagian guru sendiri yang menganjurkan anak didik mereka yang cerdas agar
memilih karir selain guru. Guru yang bersikap baik tetapi memiliki penampilan yang
tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi tidak akan dapat memberi teladan yang
baik kepada para anak SM-nya.
Penampilan guru sebagai seorang guru rohani yang adalah panutan bagi para
muridnya sebaiknya memperhatikan:
1. Pakaian yang dikenakan, pilih yang sederhana, sopan, namun berkesan baik
dan rapi.
2. Bagi guru wanita, pilih make up yang wajar dan menarik, tetapi tidak "menor"
(jangan berlebihan). Sebaiknya Anda juga tidak memakai perhiasan yang
berlebihan.
. Sesaat sebelum acara dimulai, jangan "sibuk" atau "mencari kesibukan", baik
dengan bersenda-gurau dengan guru SM lain, atau dengan berjalan hilir
mudik. Hal ini akan membuat Anda kelelahan dan kehilangan konsentrasi.
Lebih baik Anda duduk tenang, sambil berdoa dan membaca kembali
persiapan Anda. Juga gunakan waktumu untuk memastikan bahwa semua
perlengkapan sudah siap di tempat. Gunakan waktumu juga untuk berbincang-
bincang dengan anak-anak yang sudah datang.
4. Jangan lupa Anda harus istirahat secukupnya (tidur secukupnya) dan makan
secukupnya sebelum acara tersebut. Pastikan Anda pada kondisi "puncak"
pada saat Anda memimpin acara Sekolah Minggu tersebut sehingga Anda
tampak segar, bersemangat, dan dengan penampilan Anda dapat
membangkitkan semangat anak-anak dalam berbakti.
Tidaklah berdosa bila seorang guru juga mengejar dan memenuhi kebutuhan
penampilan. Guru juga manusia biasa, mereka juga punya kebutuhan mulai dari
kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan luks. Atau mereka juga perlu memenuhi
kebutuhan Iisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan psikologi sampai kepada kebutuhan
untuk aktualisasi diri. Dan selayaknya guru juga bisa meluncur dengan mobil sedan,
hingga sebutan 'Oemar Bakri yang pergi mengajar dengan mendayung sepeda
kumbang tidak melekat lagi. Tapi semua itu harus dibarengi juga dengan kepedulian
untuk menajamkan kemampuan kompetensi mereka sebagai guru yang proIessional
Untuk menjadi proIesional, seorang guru dituntut memiliki empat hal, yakni:
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini
berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini
meryupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
'ng Ngarso sung %ulodho elegi pembuka dari IilsaIat ini. Sebuah semboyan
yang berarti seorang |pemimpin| yang berada di depan haruslah selalu memberi
contoh. Sebuah contoh untuk dapat diikuti dan diamalkan terutama oleh dirinya dan
orang-orang yang dipimpinnya.
Bagian kedua IilsaIat ini adalah 'ng Madya Mangun arsa atau di tengah
|sebagai pengikut atau pengemban| seharusnya membangun karsa atau kehendak.
Para warga negara rakyat atau penngemban yang berada di tengah tidak hanya
diharapkan selalu mencontoh sang pemimpin tapi diharapkan juga mampu
membangun lingkungan atau suasana yang kondusiI. Dengan hadirnya contoh dan
lingkungan yang kondusiI diharapkan sebuah negara atau lingkungan dapat hidup dan
berkembang.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti
dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan
semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan
dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat
dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.
Tut Wuri Handayani, sebagai Iungsi ketiga, berarti agar para generasi penerus
atau generasi muda dapat selalu mengikuti contoh dan suasana kondusiI yang telah
ada. Sehingga diharapkan pada saatnya nanti tiba, yakni saat mereka memainkan
peran entah itu di depan (Ing Ngarso) atau pun di tengah (Ing Madya) mereka dapat
menjalankan Iungsinya dengan baik yakni untuk memberi teladan ataupun
menciptakan suasana yang kondusiI.
Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut
Wuri Handayani berarti Iigur seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri
tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan
memberikan dorongan moral dari belakang agar orang - orang disekitarnya dapat
merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga kita dapat menjadi manusia yang
bermanIaat di masyarakat.
Yang akan saya bahas pada postingan kali ini bukanlah mengenai IilosoIi dari
semboyan ini tetapi lebih ditekankan pada penerapannya pada kehidupan nyata.
Khususnya dunia pendidikan dewasa ini. Sedikit akan saya kritisi di sini. Dulu
mungkin saat Indonesia masih muda semboyan ini masih mungkin diterapkan karena
apa? Karena kedua elemen yang berada di atas tut wuri handayani ada. Saat itu masih
banyak pemimpin yang layak diteladani. Mampu memberikan contoh yang baik. Dan
bukan hanya itu perjuangannya memperjuangkan Indonesia layak diacungi jempol.
Mereka mau keluar masuk penjara, diasingkan, jauh dari keluarga, ditekan dari
berbagai penjuru hanya untuk memperjuangkan satu kata 'kemerdekaan. Bahkan
banyak dari mereka yang gugur hanya untuk menjaga kehadiran negara tercinta kita.
Pada saat itu pula para warga negara dan rakyat yang rela sepenuh hati
membantu perjuangan para pemimpinnya dengan harta, jiwa dan raga hanya untuk
menghadirkan karsa atau lingkungan yang kondusiI. Mereka berjuang dengan tulus
meskipun tidak pernah diekspose oleh berita. Walhasil dengan teladan dari pemimpin
dan dukungan dari warga negara maka kemerdekaan bisa diraih dan dipertahankan
sekian lama. Pada saat-saat itu wajar jika semboyan tut wuri handayani diterapkan.
Karena dua elemen di atasnya ada dan menjalankan Iungsinya dengan benar. Output
dari semboyan ini adalah muncul pejuang-pejuang baru yang siap menggantikan
pemimpin ataupun laskar pejuangnya. Sehingga kesinambungan perjuangan akan
tetap terjaga.Yang menjadi pertanyaan adalah implementasi tut wuri handayani saat
ini khususnya di dunia pendidikan. Apakah masih tepat dan relevan. Apalagi
mengingat dua elemen di atasnya sudah tidak lagi menjalankan Iungsinya
sebagaimana mestinya.Sejak negara ini diperintah oleh pemimpin yang isunya sejak
muda sudah menggelapkan kayu ke luar negeri dan memperoleh tahtanya dari hasil
merampas kekuasaan dari pemimpin yang sah, negeri ini jadi kehilangan sosok
pemimpin yang bisa 'sung tulodho. Tentunya teladan ke arah kebaikan.
a) Prinsip SertiIikasi
Dilaksanakan secara objektiI, transparan, dan akuntabe. ObjektiI yaitu
mengacu kepada proses perolehan sertiIikat pendidik yang impartial, tidak
diskriminatiI, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Berujung pada
peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan
kesejahteraan guru. SertiIikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam
meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru.
Guru yang telah lulus uji sertiIikasi guru akan diberi tunjangan proIesi sebesar satu
kali gaji pokok sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil
(PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta).
Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan.
b) Tujuan dan ManIaat SertiIikasi
SertiIikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun manIaat ujian sertiIikasi guru dapat
diperikan sebagai berikut:
Melindungi proIesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat
merusak citra proIesi guru. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan
yang tidak berkualitas dan proIesional. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK
dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan. Menjaga
lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan
eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku memperoleh
tujangan proIesi bagi guru yang lulus ujian sertiIikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
ProIesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hakikat dari proIesi adalah Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada
kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan proIesi bagi seseorang
yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatiI secara
terpola, Iormal dan sistematis. Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
proIesional yang diperoleh melalui pendidikan proIesi. Kompetensi dari deIinisikan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direIleksikan dalam
kebiasaan berIikir dan bertindak.
ProIesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan proIesi. Sebuah tantangan proIessional guru yang telah terjadi cukup lama
adalah saat para guru membiarkan perampasan kompetensi proIesionalnya dirampas
begitu saja oleh sebuah komputer bodoh melalui Ujian Nasional untuk menentukan
kelulusan para siswa yang bertahun-tahun dididiknya. Ujian Nasional merupakan
salah satu perangkat kebijakan paling menonjol dalam proses penggerusan
kewibawaan guru, dan penghancuran proIesionalisme guru. Membiarkan hal ini terus
terjadi merupakan pengingkaran atas tanggungjawab proIessional guru.
Organisasi proIesi guru merupakan conditio sin aqua non. UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, khususnya Pasal 41 menegaskan bahwa (1)
Guru dapat membentuk organisasi proIesi yang bersiIat independen; (2) Organisasi
proIesi berIungsi untuk memajukan proIesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan kependidikan, perlindungan proIesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat; () Guru wajib menjadi anggota organisasi proIesi. Dengan demikian
tidak ada alasan bagi guru untuk menyampaikan aspirasinya terhadap berbagai
permasalahan pendidikan kepada partai politik atau lembaga lainnya. Sebab,
organisasi proIesi guru itu sendiri punya kewenangan untuk menetapkan dan
menegakkan kode etik guru, memberikan bantuan hukum kepada guru, memberikan
perlindungan proIesi kepada guru, melakukan pembinaan dan pengembangan proIesi
guru.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan dan kesimpulan diatas, maka kami mengajukan
beberapa saran yakni:
1. Untuk mahasiswa keguruan diharapkan bisa menjdi pengajar proIessional dan
memiliki ketrampilan atau kemampuan bersikap, berpikir kritis dan konsisten
terhadap proIesinya.
2. Untuk para guru kami berharap agar dapat menerapkan kompetensi proIessional
dalam menggunakan proIesinya.
. Untuk pemerintah agar kiranya lebih memperhatikan para proIessional terutama
proIesi pendidik atau yang berproIesi kependidikan.