Anda di halaman 1dari 14

PENTINGNYA NKRI Oleh

PANCASILA
SYAFRAN SOFYAN

BAGI

Tenaga Profesional Lemhannas RI.

Hari ini, tanggal 1 Juni 2011, kita selalu memperingati hari lahir Pancasila, dan sudah 66 tahun , Pancasila menjadi Ideologi Bangsa Indonesia, Dasar Negara, dan Sumber dari segala sumber hukum. Walaupun, masih ada perbedaan, dan perdebatan, kapan sebenarnya hari lahir Pancasila? Kalau kita mengacu kepada di sahkannya UUD 1945, secara formil, lahirnya Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kita Merdeka, yang mana di dalam Pembukaan UUD 1945, terdapat rumusan Pancasila. Setelah merdeka, Pancasila didalam pelaksanaannya, terjadi pasang surut di dalam eksistensinya, bahkan sejak pertama kali diucapkan oleh Bung Karno di depan BPUPKI, tanggal 1 Juni 1945, dan puncaknya di era reformasi ini, banyak dipertanyakan keberadaan, dan nilai-nilai Pancasila, apakah sudah pudar ditelan arus globalisasi? Gerakan Reformasi ( reform movement) yang bergulir di awal tahun 1998 di samping (by product) berupa porak porandanya

telah membawa angin segar berupa proses demokratisasi yang luar biasa manfaatnya, juga telah membawa hasil sampingan fundamental politik di jaman Orde Baru, yang semula diyakini kebenarannya sebagai paradigma yang dapat menyelesaikan persoalan bangsa yang sangat pluralistik , dimana penduduknya terdiri berbagai macam suku, budaya, agama, bahasa, dan watak yang berbeda-beda, disamping menguntungkan karena dapat saling berinteraksi, namun juga memiliki kerawanan dalam hal persatuan bangsa, karena memang bangsa ini dibangun bukan atas dasar alasan-alasan subyektif berupa ikatan primordial (primordial attachments) , namun atas dasar kesamaan penderitaan seluruh suku, agama, ras, golongan yang tersebar di kepulauan Nusantara karena dijajah oleh Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang, total lebih dari 350 tahun lamanya. Fundametal politik tersebut antara lain pemikiran bahwa UUD 1945 yang singkat sebagaimana aslinya akan memberikan kekuasaan yang besar bagi Presiden sebagai

Mandataris MPR untuk menjaga stabilitas politik, didukung oleh partai politik yang sedikit jumlahnya, dengan satu partai atau golongan yang memiliki suara mayoritas dan topangan Angkatan Bersenjata dan PNS yang monoloyalitas pada kekuasaan, yang sebenarnya juga bagian dari partai atau golongan yang dominan tersebut secara historis. Kondisi tersebut diperkuat dengan pemerintahan yang sentralistik yang menerapkan ideologi pembangunan (ekonomi) dan menempatkan stabilitas politik sebagai politik guna mengamankan pembangunan ekonomi berupa pertumbuhan dan pemerataan. Jargon stabilitas politik yang nantinya akan merupakan boomerang di masa krisis jargon

ekonomi, karena keduanya akan ber sinergi negatif, telah didramatisasi sedemikian rupa sehingga terbukti merupakan pelanggaran HAM, terutama hak- hak sipil dan politik, dan sumber penyalahgunaan kekuasaaan sebagai State Crime. The Founding Fathers telah dirumuskan (abuse of power) yang ditopang oleh KKN

Pancasila sebagai ideologi negara yang oleh

secara genius, telah dimanipulasikan dalam bentuk Doktrin Ekaprasetia Pancakarsa melalui TAP MPR No. II/MPR/1978, yang sebenarnya mengaburkan hakekat Pancasila tersebut sehingga menjadi justification terhadap penekanan terhadap hak-hak sipil warganegara demi kepentingan kolektif. Kondisi tersebut di masa Orde Baru hanya menimbulkan riak-riak kecil dalam kehidupan politik, karena intensitas pengamanan stabilitas oleh penguasa, di samping kondisi kesejahteraan ekonomi yang baik, sekalipun nantinya terbukti fundamentalnya juga lemah dan artificial. Di Era Reformasi yang penuh dengan tuntutan untuk mengaktualisasikan Principles of Democracy, manipulasi terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara Kesatuan RI (NKRI) dirasakan sebagai trauma politik yang dalam, sehingga atas dasar TAP MPR No. XVIII/MPR/1998, TAP tersebut di atas dicabut. Sejarah Ideologi Pancasila The Root

Pancasila itu benar adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: paca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu : Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahas a - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi. Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah : Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950

Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Kalau sekarang banyak orang membicarakan eksistensi Panc asila sebagai dasar Negara, filosofi bangsa, ideologi pemersatu sampai saat ini sudah memasuki gelombang ke empat; Ketika Pancasila disampaikan pertama kali saat pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 di depan BPUPKI, Ketika Konstituante, Pasca Pemilu 1955, hal tersebut berujung pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Pancasila dimanipulasi, disalahgunakan, dan hanya boleh diterjemahkan, bahkan sebagai alat untuk memukul musuh-musuhnya oleh kekuatan Orba. Era Reformasi, dampak buruk terhadap Pancasila, akibat manipulasi Pancasila pada zaman orde baru, sehingga makin dilupakan, di tambah lagi dari Pendidikan formal, yang mana kurikulum Pancasila dihilangkan.

PANCASILA SEBAGAI MARGIN APPRECIATION DI BIDANG HUKUM Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum akan mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum yang bernuansa making process ; struktur hukum yang banyak bersentuhan dengan law awareness . maupun budaya hukum yang berkaitan dengan law law enforcement

Di ketiga sub-sistem hukum tersebut, ketenteraman hidup beragama, rasa keagamaan dan agama dengan segala perangkatnya harus dihormati oleh sistem hukum (Sila Ketuhanan YME); sistem hukum harus selalu mempromosikan dan melindungi HAM, khususnya yang telah diadopsi dalam hukum positif atau atas dasar intrumen HAM universal yang telah diratifikasi (Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab) ; sistem hukum harus dapat menjamin constructive pluralism dan melihat nilai persatuan solidarity (Sila Persatuan Indonesia); bersifat kultural yang penuh dengan nuansa

Selanjutnya sistem hukum harus selalu mengapresiasi nilai-nilai dasar demokrasi values of democracy or index of democracy or the roots principle of democracy) prinsip Konstitusionalisme; pemilihan umum yang demokratis; desentralisasi kekuasaan/otonomi daerah; hukum harus aspiratif terhadap kepentingan rakyat; prinsip checks and balances; kekuasaan kehakiman yang merdeka; peranan kelompok kepentingan ( civil ; melindungi golongan minoritas; Hak masyarakat untuk society) tahu; civilian control to the militar y; asas supremasi hukum (Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan; dan yang terakhir sepanjang menyangkut keadilan sosial perlu dikaji pendapat Van Krieken (2002, hal. 14) sebagai berikut : Law could be defined as an instrument to regulate (potential) conflict, to prevent it from emerging, to prevent it from escalating and/or to find solution thereto. One should also recognize that justice in this context stands for equity, fairness and reasonableness, rather than the administration of law (German terminology : Recht and Gerechtigkeit). Law by definition, is a number of steps behind developments in the concept of juastice.Moreover, justice as a concept, is a product of continously changing ideas, perceptions and developments as well. Istilah keadilan sosial menunjuk nilai lebih dari moralitas sosial di atas moralitas sipil. Contohnya adalah dimungkinkannya restriksi hak-hak sipil yang bersifat rights atas dasar undang-undang dalam rangka pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan orang lain, moralitas, ketertiban umum keamanan nasional, dan kesejahteraan umum di masyarakat demokratis. Sebagai MoA di bidang hukum, Pancasila harus didukung oleh SDM yang tidak berfikir juridis normatif yang hanya melihat hukum sebagai tetapi hukum justru sebagai

(cor e seperti

derogable

the command of the sovereign . Dalam hal ini hukum harus law as it is in society

sociological jurisprudence

dilihat sebagai hukum yang ada dan berfungsi dalam masyarakat ( and what it is fuctioning in society). Tradisi kepribadian ilmu hukum sebagai hukum murni; jurisprudence atau

rechtslehr tidak e ditinggalkan , tetapi dengan mengesampingkan komitmen semata-mata sebagai ajaran Tata hukum tidak lagi berwatak positif sempit, tertutup, tetapi sebagai sistem terbuka yang ramah terhadap lingkungan sosial;

Socio legal judgement

mempengaruhi mulai dari pendidikan hukum, pembuatan hukum,

penegakan hukum dan penanaman kesadaran hukum masyarakat;Kritis terhadap masalah-masalah keadilan dan demokrasi ; Hukum harus dikembangkan sebagai alat untuk membela hak-hak sipil masyarakat sedara luas (litigasi dan non-litigasi); Pengembangan studi hukum yang doktrinal harus dilengkapi dengan yang non-doktrinal;. Mendorong terbentuknya di lingkungan hukum; Dalam hal ini Pancasila dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatk an kualitas jurisprudensi, pembuatan UU, penegakan hukum dan uji materiil (judic ial review). Dengan demikian menarik untuk dikatakan bahwa fungsi hukum dalam masyarakat modern dan demokratis adalah sebagai sarana mekanisme pengintegrasi kepentingan (law as a tool of integrative mechanism) , baik kepentingan budaya, ekonomi, politik , kepentingan individual, sosial dan kepentingan institusional (negara). Bahkan kepentingan regional dan global juga harus diapresiasi, misalnya dalam rangka penanaman modal asing ( foreign direct investment). intellectual integrity; academic freedom and academic culture

PANCASILA SEBAGAI MARGIN OF APPRECIATION DI BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN Secara universal persoalan pertahanan ( defence requirements defenc ) terkait dengan apa yang dinamakan e yaitu finding a balance between national expenditure on guns

and butter, the most appropriate balance between two necessities , the social and welfare needs and the security of the nation. These are to ensure the well-being and security of people. It can also be stated that givernments are in the business of creating the preconditions for the generation of wealth and prosperity and for ensuring the protection of such prosperity. The well-being of people and their security cannot be subdivided. Keamanan ( securit ) diartikan secara universal sebagai an all encompassing condition y in which individual citizens live in freedom, peace and safety; participate fully in the process of governance; enjoy the protection of fundamental rights; have access to

resources and the basic necessity of life; and inhabit an environment which is not detrimental to their health and well-being. Di tingkat nasional tujuan kebijakan keamanan (security policy) adalah mencakup consolidation of democracy; the achievement of social justice, economic development and a safe environment; and a substantial reduction in the level of crime, violence and political instability. Stability and development are regarded asinextricably linked and mutually reinforcing. Di tingkat internasional tujuan dari kebijakan keamanan mencakup promotion of regional security. Di Era refomasi sejak tahun 1998, telah terjadi perobahan signifikan yang memisahkan secara hitam putih antara fungsi pertahanan dan keamanan. Pasal 30 UUD NKRI tahun 1945 menegaskan bahwa TNI sebagai kekuatan utama sistem pertahanan rakyat semesta dan Kepolisian sebagai kekuatan utama sistem keamanan semesta dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Dalam menghadapi non-traditional security threat yang tidak jarang berskala besar dan bersifat transnasional, seperti terrorisme dan kejahatan transnasional terorganisasi. Dalam hal ini sistem perbantuan TNI terhadap kepolisian harus diatur secara sistematis untuk kepentingan bangsa dan negara, tanpa harus berbicara tentang UU Keadaan Bahaya (UU No. 23 Tahun 1959). Hal ini terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang pertahanan dan keamanan karena tujuan nasional berupa melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dst.nya merupakan alasan menyusun Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD Negara Indonesia1945 yang berlandaskan Pancasila. Khusus dikaitkan dengan Sila pertama (Ketuhanan YME) sistem pertahanan dan keamanan dihadapkan pada terrorisme yang bersifat transnasional dan dipengaruhi oleh radikalisme agama (apocalyptic terrorist who inspred by religious zalotry) . Dalam root cause hal ini pendekatan tidak hanya dilakukan secara koersif melalui pendayagunaan militer, polisi dan intelijen, melainkan secara simultan juga berusaha mengatasi melalui dialog dan pengembangan ajaran agama yang positif oleh tokoh-tokoh agama the defence of the sovereignity, territorial integrity and political independence of the state, and the th e

reformis dan moderat. Hal ini akan menyentuh agama, rasa keagamaan dan ketertiban hidup beragama; Dalam kerangka Sila Kedua (Perikemanusiaan yang adil dan beradab), antara lain sudah nampak dalam sikap Indonesia dalam merumuskan definisi HAM, yang menganggap HAM sebagai karunia Tuhan YME. Hal lain adalah sikap Indonesia dalam menghadapi humanitarian intervention dalam kerangka responsibility to protect, di mana Indonesia menentukan syarat agar lebih mendahulukan prinsip langkah unilateral dan diskriminatif. Penerapan Pancasila sebagai margin of appreciation pada Sila Ketiga (Persatuan Indonesia ) nampak dalam penyelesaian dampak pemisahan TNI dan Polri dalam non-traditional security threat . civilian control to the military yang bentuk perbantuan yang sistematis dalam menghadapi Konstitusi yang dilandasi prinsip demokrasi berupa muncul di Era Reformasi. Refleksi penerapan Pancasila Sila Kelim a dalam bidang pertahanan dan keamanan terlihat dalam konsep Ketahanan Nasional yang pada dasarnya merupakan usaha untuk menjaga keseimbangan antara Kesejahteraan ( (securit ) secara komprehensif-integral. y prosperity) dan keamanan non-use of force

dan aksi militer merupakan sarana terakhir atas dasar keputusan kolektif dan bukan

Dikaitkan dengan Sila Keempat, nampak dalam sikap TNI untuk taat pada perintah

Manfaat Ideologi Dalam Kerangka NKRI. Dalam kehidupan manusia baik individual maupun kolektif, peranan ideologi sangat penting, agar individu atau kolektivitas tersebut selalu konsisten dalam langkah dan pemikirannya serta tidak kehilangan arah. Sekalipun demikian harus pula diakui bahwa ideologi yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal yang dapat menjamin kehidupan yang bermartabat ( freedom to live in dignity) justru akan manimbulkan penderitaan totalitarianism yang menerapkan unrestricted power in government); kepada umat manusia. Contohnya ideologi kekuasaan pemerintahan yang tak terbatas (

Pendapat yang kurang lebih sama menyatakan bahwa Ideology refers to distinctive belief systems, ideas, and abstract ideals that are perceived as providing the true meaning of life. Communism, capitalism, fascism, Islam, Judaism, Christianity, fundamentalism, and the like all may represent political, religious, or economic belief system that provide to their adherents an underlying meaning and purpose of life. Ideologi seringkali membangkitkan fanatisme dan ketidaksesuaian ideologi di suatu negara bisa menimbulkan kejahatan politik (political crime), baik dalam bentuknya sebagai crimes against government maupun sebagai crimes by government. Di dalam masyarakat yang sangat pluralistik seperti Indonesia, mobilisasi untuk mencapai tujuan negara secara musyawarah dan mufakat sangat sulit. Negara Kesatuan RI (NKRI) saat ini mengalami ancaman yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri pasca amandemen UUD, yang mana 87,5 %merupakan hal yang baru /berubah, misalnya saja munculnya pemikiran federalisme di benak sementara orang, termasuk di sini ide untuk memperluas daerah-daerah Otonomi Khusus tanpa alasan yang masuk akal, padahal otonomi daerah yang ingin dijadikan filter terhadap gerakan separatisme, mendekatkan rakyat pada pengambil keputusan dan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan, ternyata telah menimbulkan hasil sampingan berupa raja-raja kecil di masa lalu, yang semakin jauh jarak antara Pusat dan Daerah, tapi juga antara Pemimpin dan rakyatnya. Belum lagi adanya pelbagai gerakan separatis (RMS, OPM, GAM) yang masih eksis saat ini . Selain itu juga keteledoran untuk menertibkan batas-batas negara RI yang berbatasan dengan negara lain. Dari luar negeri dalam bentuk usaha-usaha untuk membantu gerakan separatis dari negara lain, kemudian klaim negara-negara tetangga terhadap beberapa wilayah kepulauan RI . Selanjutnya sikap negara-negara lain untuk tidak menghormati prinsip negara kepulauan internasional, (Archipelagic Principle ) dengan memanfaatkan celah-celah hukum illegal fishing , campur tangan dari elemen Negara-negara lain untuk superpower tertentu untuk dan campur tangan internasional

mempersoalkan kembali status perjanjian internasional masa lalu (anggota Kongres AS terhadap Papua). Belum lagi langkah-langkah negara kemungkinan menerapkan anticipatory self defence

melalui PBB unuk melakukan

humanitarian intervention

apabila diduga telah terjadi

pelanggaran HAM berat terhadap penduduk sipil. Lebih-lebih postur Negara kepulauan yang memiliki akses yang tidak terbatas dan sulit diawasi. Yang juga sangat mengkhawatirkan adalah pengamatan para ahli yang menegaskan bahwa di masa datang, sumber perang atau konflik bersenjata ( tidak hanya Clash of Civilization and Identities (Huntington minyak, tanah, air dan mineral. (Michael Klar e, 2004). Belum lagi adanya kenyataan bahwa free , dan demokrasi liberal , yang mana market ekonomi kita saat ini lebih 50 % dikuasai asing, dan ethnis tertentu, apabila diterapkan tanpa integritas, justru akan menimbulkan kebencian ethnis, orang asing, kecemburuan agama dalam kehidupan negara-negara berkembang. Dengan menumpuknya kekayaan di tangan minoritas ethnik tertentu (market dominant minorirties). Contohnya adalah ethnis Cina di Asia Tenggara, Ethnis Kroasia di Bekas Jugoslavia, kulit putih di Amerika Latin dan Afrika Selatan dan India di Afrika Timur, orang Libanon di Afrika Barat dan Yahudi di Rusia. Mereka-mereka ini selalu menjadi sasaran kekerasan karena kecemburuan dan kebencian (Chua, 2004). Demikian pula bahaya globalisasi terhadap mencetak human security, langkah-langkah organisasi the resources of war , 2002), tetapi juga perebutan )

internasional (World Bank, IMF dan WTO) oleh aktivis anti globalisasi juga dianggap by product berupa celah yang semakin lebar antara yang kaya dan yang miskin baik antar negara maupun masyarakat dalam suatu negara; dan peningkatan degradasi lingkungan (Wilkinson and Hughes , 2002); Dalam kehidupan nasional, mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan globalisasi memilih untuk mencari perlindungan terhadap kelompok-kelompok tradisionalnya ( kelompok agama, dan ethnis. Idiologi menjadi semakin penting bagi suatu negara, mengingat sikap negara-negara tertentu (AS dan Inggris) yang setelah PD II usai menjadi pelopor HAM, demokrasi dan ketertiban dunia melalui hukum internasional, namun dalam perkembangannya justru telah meluluhlantakkan ketertiban dunia ( international rule of law) dan keadilan internasional, karena dianggap tidak lagi cocok dengan kepentingan dan kebutuhan traditional shelter), seperti

mereka. Contohnya adalah pelanggaran HAM di Abu Ghraib dan Guantanamo; pengingkaran terhadap Kyoto Protocol tentang Global Warming dan penolakan pre terhadap Statuta Roma 1998 tentang International Criminal Court serta penerapan

emptive terhadap Afganistan dan Iraq setelah peristiwa 9/11, seolah-olah dunia strike tidak lagi mempunyai aturan-aturan hukum (lawless world) (Sands, 2005). Ditambah lagi dengan sikap Amerika serikat yang mengkhianati Statuta Roma 1998 dengan cara mengadakan perjanjian bilateral dengan pelbagai negara berkembang dalam bentuk non-surrender or impunity aggreement. Demikian pula keengganan nya untuk berbicara tentang root causes of terrorism dan lebih memilih pendekatan militer, polisi dan intelijen yang seringkali menimbulkan pergeseran keseimbangan antara security, freedom and justice. (Van Krieken, 2002, hal. 4). Mantan Senator AS, Gary Hart menyatakan bahwa apabila AS ingin memperoleh simpati dan daya tarik masyarakat di dunia, maka dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya yang luas, di samping bertumpu pada kebijakan tradisionalnya di bidang politik, ekonomi dan militer, juga harus mengedepankan apa yang disebutnya sebagai The Fourth Power yaitu Power of American Ideals berupa asas-asas demokrasi (democratic principles) yang justru merupakan ideologi AS. (Hart, 2004). Ideologi menjadi semakin penting menyimak apa yang dikatakan oleh Sekjen PBB Koffie Annan bahwa ancaman kemanusiaan di dunia yang membutuhkan tanggungjawab bersama Negara-negara adalah sangat multidimensional yaitu kemiskinan, rasa takut dan bahaya terhadap kehidupan bermartabat meliputi :kemiskinan, konflik bersenjata antar dan intra negara, bahaya senjata nuklir, radiologi, kimia dan biologi, terorisme dan kejahatan transnasional terorganisasi (Annan, 2004). Untuk itu ideologi jelas akan sangat dibutuhkan oleh suatu negara, apalagi dengan mempertimbangkan postur Indonesia berupa negara kepulauan, sangat pluralistik dan berada pada posisi silang dunia. Idiologi Pancasila menempati posisi Idiologi dalam hal ini merupakan Value Defence dalam kerangka

Main Security Policy untuk menghadapi

bahaya dari luar berupa kedaulatan, integritas teritorial dan kemerdekaan politik , bahkan dalam menentukan kebijakan keamanan regional, dan bahaya dari dalam berupa konsolidasi demokrasi, keadilan sosial yang harus dicapai, kendala

pembangunan ekonomi dan degradasi lingkungan serta kejahatan, kekerasan dan ketidakstabilan politik. (le Roux, 2002). Dengan demikian istilah Kesatuan dalam NKRI harus diartikan dalam arti fisik, psikis aggregasi yang atomistik national solidarity . , tidak dalam arti integrasi integrasi kultural yang

dan kultural. Tidak dalam arti mengandung di dalamnya

struktural, tetapi kesatuan yang memiliki derajat tertinggi yaitu

Pada akhirnya akan nampak bahwa fungsi ideologi bagi suatu bangsa adalah mendeklarasikan jati diri bangsa tersebut. Jati diri akan sangat kondusif bilamana jati diri tersebut telah membuktikan diri dapat bersinergi positif dengan nilai-nilai universal. Bagi bangsa lain, ideologi suatu bangsa menjadikan bangsa lain yakin dan dapat memprediksi dan meramalkan ( hubungan dengan bangsa lain. Sebagai contoh adalah nilai kemanusiaan yang adil dan beradab yang telah teruji melalui ratifikasi pelbagai instrumen HAM internasional. Demikian pula nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang telah diuji melalui index demokrasi yang diterapkan secara gradual semenjak Era Reformasi mulai tahun 1998. Contoh di atas menunjukkan bahwa AS yang dulunya adalah kampiun HAM dan demokrasi, demi kepentingan nasionalnya, apalagi semenjak tragedi September 11 menjadi semakin unpredictable. Bangsa Indonesia harus selalu sebagai margin of appreciation concerned terhadap nilai-nilai yang terkait dengan , dan UUD Negara Kesatuan RI 1945; NKRI dan nstruments of national pattern of predictablability ) perilaku bangsa tersebut dalam

kesepakatan nasional yang sudah final dalam kehidupan bangsa, yaitu Pancasila Bhineka Tunggal Ika, yang berfungsi sebagai i maintenance dan instrumeh of goal attaintment.

Apalagi perumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan UUD NKRI 1945, yang bersifat untouchable. Bagi suatu bangsa Konstitusi merupakan cornerstone, yang menciptakan symbol and myth; Konstitusi memberikan kepada negara unity, purpose

and pride, yang sama sekali tidak boleh underestimated. Constitution is the supreme law of the land, constitution must be respected, because constitution is a nastional symbol (Dye and Ziegler, 2003, hal. 51-53). Dalam hal ini Ideologi merupakan the crown of the constitution. Hal-hal tersebut di atas harus tersurat dan tersirat dalam politik hukum nasional. Penutup. Bangsa Indonesia mempunyai Pancasila sebagai Dasar Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, nilai dan norma yang terkandung di dalamnya merupakan keinginan dari bangsa Indonesia yang harus di amalkan. Pengamalan Pancasila secara subjektif akan memperkuat pengamalan Pancasila secara objektif. Pengamalan Pancasila ini harus di lakukan dalam berbagai bidang kehidupan di negara Indonesia agar Pancasila benar-benar berperan sebagaimana Fungsi dan kedudukannya dan supaya tujuan serta cita-cita bangsa Indonesia mudah terwujud. Bila benar Pancasila itu masih ada pada setiap sanubari kita, Insya Allah persatuan dan kesatuan negeri ini tetap ada. Dan memang bila benar Pancasila itu masih melekat kuat di jiwa raga kita ini, Insya Allah kita selalu mau untuk bertoleransi dalam kehidupan yang damai dan indah. Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap ada, tidak menjadi kenangan diwaktu yang akan datang Data Singkat Penulis: * Tenaga Profesional Bidang Politik Lemhannas RI * Dosen Fak. Hukum Univ. Semarang (1995 sd sekarang) * Dosen Pasca Sarjana Hukum & Magister Kenotariatan Univ.Jayabaya. * Dosen/nara-Sumber Perbankan/BUMN * Dosen/Nara Sumber Jimly School & Government * Petatar P4 (1995 sd 1998). * Pendiri/Dewan pakar ISHI (Ikatan Sarjana Hukum Indonesia) * Pengurus IKAL Pusat.

Anda mungkin juga menyukai