Anda di halaman 1dari 16

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum Mengenai Penawaran Umum (IPO)
Dewasa ini, perusahaan perusahaan yang berkecimpung di dalam bidang apapun
semakin bergairah untuk memperluas sumber pendanaan, menambah keuntungan, dan
mempertahankan eksistensi perusahaan mereka dengan cara menjadikan perusahaan
tersebut menjadi perusahaan terbuka. Untuk menjadikan sebuah perusahaan sebagai
perusahaan terbuka atau (Tbk) hal yang perlu dilakukan adalah menjual saham saham
atau eIek lainnya yang dimiliki kepada masyarakat atau publik. AktiIitas inilah yang
dikenal sebagai IPO (Initial Public Offering) atau penawaran umum.
Pengertian dari IPO atau Initial Public Operating dapat ditinjau dari beberapa
sumber. Sumber yang pertama adalah dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal di dalam Pasal 1 ayat 15 menjelaskan bahwa :

Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk
menfual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-
undang ini dan peraturan pelaksanaannya.`
1

Sumber lainnya menyatakan bahwa IPO atau penawaran umum adalah aktiIitas
dikeluarkannya atau diterbitkannya suatu jenis eIek tertentu untuk pertama kalinya dan
melakukan pendistribusian eIek itu kepada publik atau masyarakat.
2

Untuk memahami secara mendalam mengenai IPO, maka ada beberapa hal yang
harus diketahui terkait dengan pelaksaanan dari IPO. Pertama tama adalah identiIikasi
dari apa yang dimaksud dengan pelaksanaan IPO dengan menggunakan poin poin yang
paling sederhana seperti what, who, dan how. Penjabarannya adalah sebagai berikut :
1. hat
Objek dari pelaksaan IPO adalah eIek. EIek yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
terdiri dari 2 macam, yaitu :
Efek yang bersifat Ekuitas, yaitu eIek yang berbentuk saham, eIek yang
mengandung hak untuk memperoleh saham, dan eIek yang member hak untuk
menperoleh saham.
3

Efek yang bersifat Utang atau Obligasi, yaitu eIek yang jatuh temponya satu tahun
atau lebih yang diterbitkan oleh perusahaan melalui penawaran umum, termasuk
eIek bersiIat utang yang dapat ditukar dengan saham, atau eIek bersiIat utang yang
mengandung hak untuk memperoleh saham.


entuk bentuk turunan atau derivatiI dari eIek seperti opsi, waran, rights, dan
lain lain.

1
Indonesia (1), Undang Undang tentang Pasar Modal, Nomor 8 Tahun 1999,
LN No. 6 Tahun 1995, Ps 1 angka (15).

2
M.Irsan Nasarudin, dkk. spek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 200),
hlm. 213.

3
Iswi Hariyani, S.H., M.H., Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta: Visimedia, 2010), hlm. 155.

Ibid.

. ho
Ada beberapa subjek yang saling berhubungan satu sama lain di dalam
pelaksanaan IPO, yaitu :
Emiten adalah pihak yang melakukan emisi eIek atau penawaran umum. Yang
dapat menjadi emiten adalah :
a. Perusahaan Pemerintah yang terdiri dari adan Usaha Milik Negara (UMN)
dan adan Usaha Milik Daerah (UMD).
b. Perusahaan Swasta yang terdiri dari perusahaan swasta nasional, perusahaan
swasta asing, dan perusahaan campuran (foint venture).
erdasarkan Iakta yang berada di lapangan dari jenis jenis perusahaan yang
ada, yang paling sering melakukan penawaran umum adalah perusahaan
perusahaan swasta.
Untuk perusahaan yang digolongkan menjadi emiten adalah perusahaan yang telah
melakukan penawaran eIek secara umum kepada minimal 100 pihak dan penjualan
eIek kepada minimal 50 pihak dimana penawaran umum tersebut dipublikasikan
melalui media massa. Hal ini didasari oleh penjelasan umum dari Pasal 1 utir 15
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnnya dimiliki sekurang
kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang
kurangnya Rp 3 Milyar,- atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
5

Di dalam pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan publik
adalah bentuk kelanjutan dari emiten. Dimana sebuah perusahaan publik atau
perusahaan terbuka sudah pasti dapat disebut sebagai emiten, tetapi emiten belum
tentu dapat disebut sebagai perusahaan publik.
Investor adalah badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan
go public. Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas namanya
sendiri melakukan penanaman modal (investasi), sedangkan pemodal badan

Ibid., hlm 156.

(lembaga) adalah investasi yang dilakukan atas nama lembaga, seperti perusahaan,
koperasi, yayasan, dana pensiun, dan lain-lain.
6

Perusahaan Penfamin Efek atau Underwriter adalah perusahaan yang ditunjuk
oleh emiten untuk menjadi penjamin pelaksana penawaran eIek. Perusahaan
penjamin eIek dapat menjadi penjamin tunggal atau menjadi penjamin bersama
sama dengan perusahaan lain yang ditunjuk juga oleh emiten. Perusahaan
Penjamin EIeklah yang nantinya wajib berperan dalam membuat prospectus
perusahaan.
Peran dari perusahaan yang menjadi underwriter secara umum adalah sebagai
pihak yang merancang inIo memo dari suatu perusahaan sampai dengan menjadi
sebuah prospectus dan menanggung atas tidak terjualnya saham yang dijual saat
penawaran umum berdasarkan suatu perjanjian yang bersiIat full commitment.
APEPAM-LK adalah adan Pengawas Pasar Modal yang bertugas untuk
mengawasi proses pelaksanaan IPO dari awal hingga akhir.

3. How
erdasarkan pengertian pengertian dari IPO yang telah dijabarkan pada bagian
awal, dapat disimpulkan bahwa gambaran umum dari pelaksanaan IPO adalah dimana
emiten atau perusahaan terbuka melakukan penawaran umum kepada investor untuk
menjadi pemegang eIek dari emiten atau perusahaan terbuka tersebut. Apabila sebuah
perusahaan terbuka atau emiten akan melakukan penawaran umum atau yang sering
juga disebu dengan o Public ,maka pada saat sebelum melakukan penawaran umum
perdana perusahaan atau emiten tersebut harus mendaItarkan perusahaannya kepada
APEPAM-LK dengan memberikan pernyataan pendaItaran. Pernyataan
Pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada APEPAM-LK, baik
oleh emiten maupun perusahaan public dalam rangka penawaran umum.

6
enediktus Sitohang, Pengertian, Fungsi, Instrumen, Jenis, dan Pelaku Pasar Modal`,
(http://www.ideelok.com/ekonomi/pengertian-Iungsi-instrumen-jenis-dan-pelaku-pasar-modal), 17 November 2010.

Setelah APEPAM-LK menyatakan eIektiI atas suatu emiten dan perusahaan


yang mendaItarkan badannya untuk o Public, kemudian emiten atau perusahaan
akan melakukan promosi kepada para investor dengan cara menerbitkan prospectus
perusahaan. Prospektus Perusahaan adalah setiap inIormasi tertulis sehubungan
dengan penawaran umum yang dibuat oleh emiten atau perusahaan public dengan
tujuan agar pihak lain berminat membeli eIek yang ditawarkan oleh emiten.
7

Hal ini dimaksudkan agar dalam proses pelaksanaan usaha di pasar modal harus
berpegang teguh pada prinsip keterbukaan dimana untuk menjadi sebuah perusahaan
yang o Public, maka perusahaan tersebut harus selalu memberikan inIormasi
material yang berkaitan dengan usaha atau eIeknya secara jujur, benar, dan tepat
waktu sehingga dapat mempengaruhi keputusan investor terhadap sebuah eIek sesuai
dengan undang undang pasar modal.
Pada penawaran perdana di pasar modal biasanya hanya berlangsung selama tiga
hari. Pada periode tersebut para investor dapat terjun langsung ke trading floor untuk
melakukan transaksi eIek. Setelah periode tersebut berlalu, bursa eIek akan mencatat
keseluruhan eIek dari emiten atau perusahaan public yang melakukan IPO dan
kemudian berlakulah mekanisme pasar terhadap harga dari eIek yang
diperjualbelikan.
Dengan adanya proses tersebut berdasarkan prinsip keterbukaan juga, emiten atau
perusahaan public wajib memberikan laporan tahunan dan laporan tengah tahun
kepada APEPAM-LK yang harus dipublikasikan melalui media massa dan dibuat
berdasarkan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku.
Penawaran umum atau IPO yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan public
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Penawaran Umum untuk Saham
Yaitu penawaran umum yang dilakukan dengan proses yang sebagaimana telah
dijelaskan pada paragraph awal dari poin ke tiga. Keseluruhan tahapan tersebut
terbagi menjadi 3, yaitu tahap pra-emisi, tahap emisi, dan tahap setelah emisi.
Penawaran Umum untuk Obligasi

7
Hariyani, Op.Cit., 160.

Pada penawaran umum untuk obligasi terdapat beberapa keunikan tersendiri yang
membedakan penawaran umum tersebut dari penawaran umum terhadap saham.
Terdapat 2 strategi untuk melakukan penawaran umum terhadap obligasi, yaitu
melalui private placement dan pasar modal.
8
Selain menggunakan perusahaan lain
sebagai penjamin eIek, penawaran umum untuk obligasi juga menggunakan jasa
wali amanat sebagai pihak yang mewakili para pemegang eIek yang bersiIat utang
baik di dalam maupun di luar pengadilan. Hal ini dikarenakan karena saham
dengan bentuk obligasi siIatnya relatiI lebih melindungi kreditur atau investor.
Dari penjelasan mengenai IPO yang telah dijabarkan secara umum, maka dibalik
usaha para emiten atau perusahaan public untuk melakukan IPO pasti ada motiI motiI
yang ingin dicapai dari proses penawaran secara umum tersebut. erikut adalah manIaat
dari pelaksanaan IPO :
1. Perusahaan akan mendapat tambahan dana dari hasil penjualan saham yang tidak
berakibat pada penambahan jumlah utang perusahaan. Jelas sekali hal ini akan
meningkatan keuntungan perusahan.
2. Hasil dari penjualan saham dapat dijadikan sebagai tambahan modal usaha atau untuk
pembayaran utang perusahaan.
3. Perusahaan dapat melakukan penawaran eIek di pasar sekunder (bursa eIek).
. Meningkatkan prestise dan bonaIiditas perusahaan di masyarakat sehingga prospek
masa depan bisnis jadi lebih baik.
5. Likuiditas keuangan perusahaan akan bertambah lancar sehingga meningkatkan nama
baik perusahaan.
6. Adanya opsi dapat memberikan sumbangan karyawan kunci.
7. Ada keterlibatan masyarakat sehingga perusahaan lebih dikenal.
8. eban kerugian menjadi beban bersama.
Selain itu, ada pun kerugian dari melakukan penawaran umum atau IPO adalah sebagai
berikut:

8
Nasarudin dkk, Op. Cit., 219.

1. Hilangnya kepemilikan sejumlah saham lama sehingga control dari perusahaan lama
terhadap menejemen menjadi berkurang.
2. Proses penawaran umum memakan banyak waktu dan biaya.
3. Adanya tambahan kewajiban yang harus dipikul sebagai emiten.
. Harus melakukan transparansi terhadap public secara terus menerus.
5. EIek yang ditawarkan ada kemungkinan tidak terjual seluruhnya.

2.2 Proses Pelaksanaan Penawaran Umum (IPO)
Secara umum proses yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yang akan
melakukan go public atau penawaran umum adalah:
1. Tahap Pra Emisi
Yaitu tahap dimana perusahaan melakukan kajian mendalam terhadap keadaan
keuangan, asset, kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban pihak lain terhadap
perusahaan dan rencana penghimpunan dana. Kemudian setelah itu yang harus
dilakukan adalah menyusun rencana penawaran umum yang wajib mendapat
persetujuan dari pemegang saham pendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Setelah mendapat persetujuan maka perusahaan harus menentukan
penjamin emisi atau sebutan lainnya adalah underwriter untuk membantu
menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan, antara lain:
- Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan public yang telah terdaItar di
apepam-LK.
- Anggaran Dasar, perjanjian-perjanjian dalam rangka go public dan notulen-notulen
rapat yang dibuat oleh notaries.
- Legal audit dari konsultan hukum yang terdaItar di apepam-LK.
- Laporan penilai independen (apabila ada).
- Prospectus penawaran umum.
- Dokumen-dokumen lain sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku.
Kemudian perusahaan menyiapkan seluruh dokumen dan perjanjian yang
diperlukan untuk melakukan go public. Lalu membuat kontrak pendahuluan dengan
bursa eIek. Setelah tahap tersebut selesai maka perusahaan melakukan public expose.

10

Dan perusahaan akan menyampaikan Pernyataan PendaItaran kepada apepam untuk


diteliti mengenai kelengkapan dokumen, cakupan dan kejelasan inIormasi dan
keterbukaan. Apabila selama periode 5 hari apepam tidak melakukan koreksi maka
pernyataan tersebut otomatis menjadi eIektiI.

2. Tahap Emisi
Apabila seluruh tahap pra emisi telah dipenuhi maka hal selanjutnya yang harus
dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk go public adalah penawaran oleh sindikasi
penjamin emisi dan agen penjual di pasar primer. Setelah itu melakukan penjatahan
kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten di pasar primer. Kemudian
penyerahan eIek kepada pemodal di pasar primer. Lalu emiten akan mencatatkan
eIeknya di bursa maka terjadi perdagangan eIek di bursa.

3. Tahap Setelah Emisi
9

Setelah tahap emisi selesai dilakukan maka emiten wajib menyampaikan inIormasi,
yaitu:
a. Laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan.
b. Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi, pergantian direksi.

2.3 Pengaturan Mengenai Proses Penawaran Umum (IPO) di Dalam Hukum Pasar
Modal Indonesia
Sebuah perusahaan yang ingin melakukan penawaran umum perdana, dan
menjadi perusahaan yang terbuka, maka perusahaan tersebut harus menundukan diri
terhadap peraturan yang mengikat yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 (UUPM).
Tetapi, apabila sebuah perusahaan tidak ingin ada pihak luar masuk ke dalam proses
pemodalan di perusahaanya, dan tidak mau melakukan proses go public, maka
perusahaan tersebut harus tunduk kepada Undang-undang Perseroan Terbatas, yang
memang siIatnya mengatur perusahaan yang tertutup dan terbatas.

9
Ibid.

11

Penawaran umum memberikan beberapa konsekuensi yang lebih besar dan luas
dari para emitenya. Karena sudah menjadi perusahaan yang terbuka, maka mereka harus
menerapkan segala konsep keterbukaan (disclosure) seluas-luasnya.
erdasarkan Pasal 1 angka 15 Undang-undang Pasar Modal tersebut menjelaskan
bahwa pengertian Penawaran umum adalah sebagai kegiatan penawaran eIek yang
dilakukan oleh Emiten untuk menjual EIek kepada masyarakat berdasarkan tatacara yang
diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Penjelasan dari pasal
tersebut ialah menyatakan Undang-undang memberikan beberapa persyaratan minimum
sehingga suatu penawaran eIek dapat dikategorikan sebagai suatu penawaran umum yaitu
adanya penggunaan media, wilayah penawaran dan kepada siapa penawaran umum
tersebut ditujukan. Ketiga persyaratan tersebut tidaklah harus ada ketiga-tiganya dalam
suatu penawaran umum, tetapi paling sedikit harus terdapat dua elemen untuk dapat
mengategorikan apakah suatu penawaran eIek merupakan suatu penawaran umum.
Selain itu, di dalam proses penawaran umum perdana, terdapat peran media
massa. Media massa sangat berperan penting terhadap penawaran umum. Undang-
undang merumuskan media massa sebagai surat kabar, majalah, Iilm, televisi, radio dan
media elektronik lainnya, serta surat , brosur dan barang cetak lain yang dibagikan
kepada lebih dari 100 pihak. Dengan demikian apabila terjadi penggunaan media massa
untuk melakukan penawaran atas eIek maka penawaran tersebut dengan sendirinya
dikategorikan sebagai penawaran umum, seperti yang dimaksud oleh Undang-undang
Pasar Modal. Suatu penawaran umum harus tunduk pada kewajiban untuk
menyampaikan pernyataan pendaItaran kepada APEPAM, dan penawaran eIek hanya
dapat dilakukan setelah pernyataan pendaItaran dinyatakan eIektiI. Pernyataan
pendaItaran (registration statement) diatur dalam Pasal 70-77 UUPM serta Keputusan
Ketua APEPAM No. 111 dan No. 3 jo. No. Tahun 1996. Yang dimaksud dengan
pernyataan pendaItaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada APEPAM
oleh emiten atau perusahaan publik dalam rangka penawaran umum.
10
Tujuan
pendaItaran emisi eIek adalah untuk memenuhi persyaratan disclosure (keterbukaan)


10
Asri Sitompul, S.H., Penawaran Umum dan Masalahnya, (andung: PT. Citra Aditya akti , 2000),
hlm. 26.

12

terhadap Iakta-Iakta penting (material facts) tentang kegiatan usaha emiten termasuk eIek
yang ditawarkan. Adapun material facts merupakan Iakta penting yang selayaknya perlu
diketahui publik/calon pemodal. Di Indonesia, pengaturan mengenai siapa saja yang
dapat melaksanakan penawaran umum perdana di bursa saham tidak selalu harus menjadi
besar, setelah itu baru melaksanakan penawaran umum, tetapi APEPAM-LK
melakukan upaya untuk mendorong usaha kecil agar berani masuk dan melakukan
penawaran umum, seperti yang terdapat di dalam Peraturan Nomor IX. C.7 mengenai
Penawaran Umum untuk Perusahaan Menengah dan Kecil. Perusahaan menengah dan
kecil di sini adalah perusahaan yang memiliki modal kurang dari Rp. 1.000.000.000,00
(seratus miliyar). Dan perusahaan tersebut tidak boleh teraIilisasi atau mengaIiliasikan
dirinya dengan perusahaan besar. Dan yang juga penting bukan merupakan perusahaan
reksadana. Selain persyaratan tersebut, Peraturan IX. C.7 juga mengatur bahwa
penawaran umum atas eIek yang dilakukan oleh perusahaan menengah dan kecil harus
mempunyai nilai keseluuruhan tidak lebih dari Rp.0.000.000.000,00 (empat puluh miliar
rupiah). Pada intinya, bahwa perusahaan manapun dapat melakukan penawaran umum
perdana, tanpa melihat besar atau kecilnya perusahaan asalkan dapat memenuhi
persyaratan yang diberlakukan oleh UUPM dan ditambah dengan Peraturan IX. C.7.

2.4 Akibat Hukum dari Pelaksanaan Penawaran Umum (IPO)
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus siap
memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan
pelaksanaan yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama atau
pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaan yang
didirikannya tersebut. Kenyataan ini harus diterima sebagai suatu sinergi untuk
melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain, bahkan pesaing sekalipun sebagaimana
yang diwajibkan oleh menteri keuangan nomor 15 KMK.013/1990, perusahaan publik
harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu :
1. Keharusan untuk melakukan keterbukaan (full disclosure)
Indikator pasar modal yang sehat adalah transparansi atau keterbukaan. Sebagai
perusahaan publik yang sahamnya telah dimiliki masyarakat harus menyadari
keterbukaan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Transparansi dalam pasar

13

modal berarti keharusan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk
kepada UUPM untuk menginIormasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat
seluruh inIormasi material mengenai usahanya atau eIeknya yang dapat berpengaruh
terhadap keputusan pemodal terhadap eIek yang dimaksud atau harga dari eIek
tersebut (UUPM pasal 1 angka 25). InIormasi atau Iakta material adalah inIormasi
atau Iakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau Iakta yang dapat
mepengaruhi harga eIek pada bursa dan atau keputusan pemodal/calon pemodal atau
pihak lain yang berkepentingan atas inIormasi atau Iakta tersebut. Emiten, perusahaan
publik, atau pihak lain yang terkait wajib menyampaikan inIormasi penting yang
berkaitan dengan tindakan atau eIek perusahaan tersebut pada waktu yang tepat
kepada masyarakat dalam bentuk laporan berkala dan laporan peristiwa penting
(UUPM pasal 86 ayat 1). Emiten wajib menyampaikan inIormasi secara lengkap dan
akurat. Dikatakan lengkap kalau inIormasi yang disampaikan itu utuh, tidak ada yang
tertinggal, atau disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan apa-apa atas
Iakta material. Dikatakan akurat jika inIormasi yang disampaikan mengandung
kebenaran dan ketepatan. Kalau tidak memenuhi syarat tersebut, maka inIormasi
dikatakan sebagai inIormasi yang tidak benar dan menyesatkan (UUPM Pasal 80 ayat
1) Dari segi lain, masalah keterbukaan bukan semata-mata tanggung jawab emiten
saja, akan tetapi akuntan publik ikut memikul tanggung jawab mengenai keterbukaan
khususnya kecukupan disclosure yang dimuat dalam laporan keuangan yang
diperiksanya.
2. Keharusan untuk mengikuti peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan
Setelah perusahaan go public dan mencatat eIeknya di bursa, maka emiten,
sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan
lain jika ada kejadian kepada apepam dan EJ. Seluruh laporan yang disampaikan
oleh emiten kepada bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan
dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman di lantai
bursa maupun melalui papan inIormasi. Ketentuan tersebut diatur jelas dalam pasal
86 UUPM. Masyarakat pemodal dapat memperoleh langsung inIormasi tersebut
ataupun melalui perusahaan piutang. Hal ini penting karena sebagian investor tidak
memiliki akses inIormasi langsung kepada emiten. Untuk mengetahui kinerja itu

keajiban pelaporan dimaksudkan untuk membantu penyediaan inIormasi sehinggan


inIormasi tersebut dapat sampai secara tepat waktu dan tepat guna kepada investor.
3. Keharusan mengubah manejemen perusahaan dari inIormal menjadi Iormal
Sebelum go public manajemen tidak mempunyai kewajiban untuk menghasilkan
laporan apapun, tetapi sesudah go public manajemen harus mempunyai komunikasi
dengan pihak luar, misalnya apepam, akuntan publik, dan stakeholder. Hubungan-
hubungan tersebut merupakan hubungan Iormal yang dilakukan kepada pihak luar
dan aturan-aturan yang berlaku merupakan aturan yang dapat digunakan oleh semua
pihak yang membutuhkan.
. Kewajiban membayar dividen
Pemodal membeli saham karena mengharapkan adanya keuntungan dalam hal ini
dividen yang dibagikan setiap periode. Manajemen menjual saham dengan
konsekuensi harus memenuhi tujuan pemodal. Hal itu merupakan kewajiban
manajemen terhadap pemodal. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi , kredibilitas
manajemen akan turun. Oleh karena itu, manajemen harus bekerja keras untuk
meyakinkan para pemodal dalam arti manajemen harus membayar dividen secara
konstan atau naik.
5. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Selain kewajiban membayar dividen, manajemen harus menunjukkan
kemampuannya untuk bertahan dalam dunia persaingan. Dari segi lain, manajemen
senantias berusaha keras untuk memenangkan persaingan dan hal itu semua
memerlukan dana. Jadi, manajemen harus mencapai titik optimal supaya dapat
membagi dividen yang memadai dan disamping itu dapat melakukan investasi secara
Iisik sesuai dengan lingkungan bisnis.



15

2.5 Kondisi PT. Indonesia Air Asia dalam Persiapan untuk Co Public
PT. Air Asia Indonesia bermula dari PT. AWAIR (Air Wagon International) yang
didirikan pada tahun 1999. Pada tahun 2000, PT. AWAIR memulai penerbangan untuk
beberapa kota di Indonesia dan kemudian diikuti oleh penerbangan ke Singapura. Akibat
ketatnya persaingan di bidang aviasi, PT. AWAIR sempat menghentikan operasinya
setahun kemudian. Pada tahun 200, PT. AWAIR diambil alih oleh AIR ASIA, sebuah
maskapai penerbangan berbiaya murah yang berpusat di andara Internasional Kuala
Lumpur. Di bawah manajemen baru, PT. AWAIR memulai penerbangan pertamanya
pada bulan Desember di tahun 200. Kemudian satu tahun setelah itu, mulai 1 Desember
2005, PT AWAIR berubah nama menjadi PT. Indonesia Air Asia
Sejak saat itu PT. Indonesia Air Asia terus berkembang dan memIoskuskan
strategi pasarnya sebagai maskapai penerbangan bertariI rendah. Pada Maret 2011, PT.
Indonesia Air Asia mengumumkan rencana Initial Public Offering (IPO) dengan
menunjuk dua perusahaan penjamin IPO yaitu CIMB Securities dan Credit Suisse sebagai
penjamin emisi gabungan.
Tujuan dari tindakan IPO adalah untuk mendapatkan dana sebesar US$150-
200 juta. Dana sebesar itu nantinya digunakan untuk membeli sejumlah armada pesawat
baru dan untuk menambah modal operasional perseroan.
PT. Indonesia Air Asia menargetkan akan menambah armada pesawat baru
menjadi 30 pesawat Airbus pada 2015, dari saat ini sebanyak 16 pesawat. Perusahaan
penerbangan tersebut kini mengoperasikan 16 unit pesawat jenis irbus 320 dan empat
unit pesawat jenis oeing 737 seri Classic. Namun pesawat pesawat tersebut bukanlah
benar benar pesawat milik PT Indonesia Air Asia, melainkan sewaan dari perusahaan
induknya yaitu Air Asia erhard yang berpusat di Malaysia. Hal ini menjadi masalah
karena menurut UU No. 1 tahun 2009 (NNo. 781 hal. 18-2dst) tentang
Penerbangan, perusahaan penerbangan harus memiliki paling sedikit 10 unit armada
dengan rincian 5 unit milik sendiri dan 5 unit lainnya boleh disewa. Dengan melakukan
IPO, nantinya diharapkan perusahaan dapat menambah jumlah pesawat yang dimiliknya
sehingga dapat memenuhi ketentuan di atas.
IPO juga dilatarbelakangi oleh Kondisi perekonomian Indonesia yang
diprediksi tetap tumbuh positiI pada tahun 2011. Indonesia adalah negara kepulauan

16

terbesar di dunia dengan populasi 20 juta jiwa. Hal ini membuatnya menjadi pasar yang
sangat potensial untuk industri penerbangan.
Saat ini, PT Indonesia Air Asia merupakan perusahaan yang cukup potensial
di dalam industri penerbangan. Pada akhir 2010 , PT Indonesia Air Asia menempati
urutan pertama dengan menguasai 39 pangsa pasar rute internasional dengan raihan
penumpang sebanyak 2.228.029 orang. Di akhir tahun yang sama, AirAsia Indonesia juga
mencatat total pendapatan sebesar Rp 2.76 miliar, meningkat 37 dari tahun
sebelumnya dan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 7 miliar, meningkat
351 dari tahun sebelumnya. Tingkat keterisian (load factor) rata-rata mencapai 77
dengan pertumbuhan tingkat penumpang sebesar 13 dibandingkan tahun
sebelumnya.Saat ini, komposisi saham perseroan sebanyak 9 persen dimiliki oleh
AirAsia erhad (Malaysia), dan 51 persen dimiliki oleh Indonesia antara lain sebanyak
20 persen dimiliki oleh Pin Haris, 10 persen oleh Fersindo Nusaperkasa, dan 21 persen
oleh PT Langit iru.
Hingga saat ini perseroan mengaku masih terlibat dalam pembicaraan
dengan berbagai pihak, diantaranya Kementerian Perhubungan, adan Koordinasi
Penanaman Modal (KPM) dan adan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(apepam LK) terkait hal-hal yang harus dipenuhi sebagai syarat pelaksanaan IPO.

2.6 Analisis Kasus

2.6.1 Identifikasi Masalah
erikut ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. Indonesia Air Asia terkait
dengan rencana IPO mereka:
1. Kepemilikan armada. Saat ini PT. Indonesia AirAsia hanya memiliki 1 pesawat.
Namun pesawat tersebut bukanlah benar-benar milik PT. Indonesia AirAsia
melainkan sewaan dari perusahaan induknya yaitu Air Asia erhad. Sedangkan
menurut UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, perusahaan penerbangan
harus memiliki paling sedikit 10 unit armada dengan rincian 5 unit milik sendiri dan 5
unit lainnya boleh menyewa. Hal ini berpengaruh terhadap proses IPO AirAsia
sebagai sebuah perusahaan penerbangan. Untuk itu, demi melancarkan proses IPO

17

tersebut harus juga merujuk kepada ketentuan yang berada di dalam UU Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan yaitu pasal 118 ayat (2) yang berbunyi:
11

Pesawat udara dengan fumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, untuk.
a. ngkutan udara niaga berfadwal memiliki paling sedikit 5 (lima) unit pesawat
udara dan menguasai paling sedikit 5 (lima) unit pesawat udara dengan fenis
yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute yang dilayani.

Jadi terdapat ketidaksesuaian antara bunyi pasal tersebut dengan keadaan PT.
Indonesia AirAsia saat ini. Akibatnya, PT. Indonesia AirAsia tidak memenuhi syarat
kelayakan untuk memegang izin angkutan udara niaga sesuai dengan UU Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan. Sehingga akan mengganggu tahapan due diligence
dalam pra emisi.

2. Kepemilikan saham majority lokal. Saham PT. Indonesia AirAsia saat ini dimiliki
oleh AirAsia International Limited (AAIL), anak usaha dari AirAsia erhad sebesar
1 dan saham lokal sebesar 51 yang terdiri 3 pemilik saham yang berbeda yaitu
Sendjaja Widjaja (21), keluarga Pin Harris (20) dan PT. Fersindo Nusaperkasa
(11). Hal ini bertentangan dengan ketentuan yang terdapat dalam UU Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan yaitu pasal 108 ayat (3) yang berbunyi:
Dalam hal modal badan usaha angkutan udara niaga nasional yang dimiliki oleh
badan hukum Indonesia atau arna Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat terbagi atas beberapa pemilik modal, salah satu pemilik modal nasional harus
tetap lebih besar dari keseluruhan pemilik modal asing (single mafority).
1

Melihat pada Iakta di atas, memang jumlah saham lokal lebih besar daripada
saham asing tetapi kepemilikan saham lokal tersebut terpisah menjadi tiga entitas yang
berbeda yaitu Sendjaja Widjaja, keluarga Pin Harris dan PT. Fersindo Nusaperkasa.

Indonesia (2), Undang Undang tentang Penerbangan, Nomor 1Tahun 2009,


LN No. 1 Tahun 2009, Ps 108 angka (3).

Ibid., Ps 118 angka (2).

18

Sehingga tidak memenuhi ketentuan pasal 108 ayat (3) karena mayoritas saham tetap
dipegang oleh AirAsia International Limited (AAIL).

2.6.2 Solusi
1. Mengingat bahwa PT. Indonesia AirAsia harus mengikuti prosedur Undang - Undang
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dalam rangka melakukan pendiriannya
sebagai perusahaan penerbangan niaga di Indonesia, maka menurut kelompok kami
PT. Indonesia AirAsia harus membeli sekurang-kurangnya 5 armada pesawat untuk
memenuhi ketentuan pasal 118 ayat (2) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan.

2. Mengenai kepemilikan saham PT. Indonesia AirAsia yang dimiliki oleh 3 perusahaan
lokal, untuk memenuhi ketentuan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, maka 3 perusahaan pemegang saham lokal tersebut harus meleburkan
diri menjadi satu entitas sehingga mayoritas saham akan dimiliki oleh satu entitas
lokal. Saat ini, para pemegang saham lokal telah menempuh proses merger dengan
target mulai berlaku eIektiI pada ulan Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai