Anda di halaman 1dari 13

1

MENGAPA WANITA BUKAN PEMIMPIN?


Alasan Pertama; Pemimpin wanita pasti merugikan
Abu Bakrah berkata,
' . ~ _ ' ~
~' - ~ ' _ - - .' , ~ - +- = ' ~ ~ ' .-
'Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia
mengangkat putri Kisro (gelar rafa Persia dahulu) menfadi rafa, beliau shallallahu alaihi wa
sallam lantas bersabda, `1idak akan bahagia suatu kaum apabila mereka menyerahkan
kepemimpinan mereka kepada wanita`. (HR. Bukhari )

Alasan Kedua; Wanita kurang akal dan agama
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

' ~= ~ ' =' = ' -~ , - ~ , .- = ' - ' - ~ - ' ~ .
'Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat
menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.` (HR.
Bukhari no. 304)

Alasan Ketiga; Wanita ketika sholat berjama`ah menduduki shoI paling belakang
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

' + ' - ~ ' - = -' ~ -' - - - - = ' - = ' - ~ ' + .' = ' - - - - =
'Sebaik-baik shof untuk laki-laki adalah paling depan sedangkan paling feleknya adalah paling
belakang, dan sebaik-baik shof untuk wanita adalah paling belakang sedangkan paling feleknya
adalah paling depan.` (HR. Muslim no. 440)

Alasan Keempat; Wanita tidak dapat menikahkan dirinya, tetapi harus dengan wali
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,
_ ` _' - `
'Tidak ada nikah kecuali dengan wali.` (HR. Abu Daud no. 2085, Tirmidzi no. 1101 dan Ibnu
Majah no. 1880. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
didalam al-Qur`an terdapat petunjuk yang sangat jelas bahwa laki-laki adalah pemimpin
bagi kaum wanita. "Para lelaki menjadi pemimpin atas kaum wanita" (An-Nisa' 34). Benar, ayat
ini memang berbicara tentang keluarga, dan kepemimpinan laki-laki atas wanita dalam sebuah
rumah tangga. Lalu apa hubungannya dengan persoalan negara? Dengan pendekatan tasyri' min
2

baabi al-aula (keharusan yang lebih utama), bila untuk mengatur rumah tangga saja lelaki harus
menjadi pemimpin, apalagi "rumah tangga besar" dalam wujud sebuah bangsa atau negara tentu
lebih diharuskan seorang laki-laki. Bila untuk mengatur urusan yang lebih kecil seperti urusan
rumah tangga, Allah menetapkan laki-laki sebagai pemimpin atas wanita, maka terlebih lagi
masalah negara yang lebih besar dan kompleks, tentu lebih wajib dise- rahkan kepada laki-laki.
Menurut Dr. YusuI Qardawi bahwa kaum muslimin dilarang mengangkat wanita sebagai imam
al-ud:ma (khalifatu al mukminin) sebagaimana ijma` ulama yang mereka pahami dari hadits
rosul Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan)
mereka kepada seorang wanita" (HR. Bukhari). Hanya saja menurut beliau sejak khilaIah
Islamiyah digugurkan oleh MusthoIa Kamal tahun 1924 umat Islam tidak memiliki khaliIah.
Negara-negara Islam saat ini tidak dapat disamakan dengan khaliIah, namun lebih layak
disetarakan dengan propinsi. Dalam masyarakat demokrasi, seorang pemimpin tidak memiliki
kekuasaan mutlak. Presiden adalah satu dari sekian lembaga pemerintah sehingga wanita
sebagai presiden hanya bagian dari mereka saja. Ia hanyalah wakil dari partai, jika partai
menghendaki turun ia harus turun.
Dr. Abdul Mahdi Abdul Qadir dosen hadits kairo melihat ada dua aliran penaIsiran atas hadits
shahih yang diriwayatkan imam Bukhari diatas. Aliran pertama memandang hadits secara
tekstual (d:ohiri) dimana perempuan tidak sah memimpin negara. Dalam hal ini imam Ali bin
Abi Thalib berkata, Jika saja perempuan boleh menjadi seorang khaliIah tentu Aisyah sudan
menjadi khaliIah. Aliran ini bersandar pada Iirman Alah, Kaum laki-laki itu adalah pemimpin
bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka ((laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka...`(QS. An Nisaa`: 34). Juga Iirman Allah, ...Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang lelaki (diantaramu). Jika tak ada dua orang laki-laki maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya fika seorang
lupa maka seorang lagi mengingatkannya...( QS. Al Baqarah.282) Dua ayat diatas
menunjukkan kelemahan seorang perempuan, bahwa perempuan itu lebih rendah dari laki-laki.
Dalam hukum Iiqih dikatakan, Tidak boleh seorang perempuan menjadi imam sholat laki-laki.
Inipun dapat dijadikan argumen perempuan dilarang menjadi imamah al ud:ma (khaliIah).
Aliran yang kedua menganggap hadits diatas turun pada kejadia tertentu. Ketika Rosul SAW
mengatakan pada bangsa Persi, Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan
urusan (pemerintahan) mereka kepada seorang wanita" (HR. Bukhari)`, sama sekali tidak ada
hubungannya dengan hukum larangan kepemimpinan wanita.
Namun Dr. Abdul Mahdi memilih aliran pertama. Menurutnya argumentasi aliran pertama lebih
kuat dan lebih realis karena imamah al udzma memang dibutuhkan sikap kelaki-lakian dan
kepribadian yang meiliki kemauan keras. Nampaknya dalam hal ini laki-laki lebih berkompeten
dibanding perempuan. Bagaimanapun cerdiknya dan kuatnya seorang perempuan, namun tetap
3

saja kaki-laki lebih kuat. Umat hendaknya memilih seorang laki-laki terpandai dan terbaik untuk
diangkat menjadi immah al udzma. Dan tetap saja lelaki lebih layak dibanding perempuan.

ijma` para ulama salaf
Mantan anggota DPR Mesir Syaikh YusuI Albadri berkata, Ulama kontemporer
berselisih pendapat mengenai hadits Rosul SAW, Akan hancur suatu bangsa fika dipimpin oleh
seorang perempuan`, dalam riwayat lain dikatakan, Tidak akan pernah beruntung suatu kaum
yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada seorang wanita" (HR. Bukhari).`
Sedangkan para ulama salaI sepakat bahwa hadits di atas wajib diyakini kebenarannya sereta
direalisasikan secara tekstual. Menurutnya hadits tersebut tidak hanya berlaku pada peristiwa
tertentu, namun juga berlaku dalam peristiwa secara umum sebagaimana kita lihat dari bentuk
(shighah) bahasa arab. Kalimat dalam hadits diatas menggunakan uslub perintah terkuat
meskipun berbentuk fumlah khobariyah. Dan uslub seperti ini tidak asing bagi para ulama ushul
sebagaimana mereka juga merealisasikan sejak masa turunnya wahyu hingga saat ini.
Selanjutnya beliau menambahkan, Islam tidak menjadikan perempuan sebagai pemimpin bagi
dirinya sendiri, artinya kepemimpinan atas dirinya terbatas. Ini adalah hukum Allah sejak zaman
dahulu sehingga para nabi ataupun rosul tidak dari kalangan perempuan. Sebagaimana diketahui
bahwa imamah al-kubra, yaitu pemimpin negara mencakup semua kepemimpinan, termasuk juga
imamah ash-shughra atau imam sholat. Menurut Ijma` ulama haram hukumnya bagi perempuan
menjadi imam sholat. Jika imam as sughra diharamkan, bagaimana dengan imamah al kubra?
Sayidah AsyiIa Binti Abdullah pernah meminta kepada Rosulullah SAW agar diizinkan adzan,
namun Rosulullah s.a.w melarangnya. Lalu beliau mengutus seorang laki-laki tua untuk beradzan
serta memerintahkan Sayidah AsyiIa untuk menjadi imam shalat bagi kaum wanita di rumahnya.
Selanjutnya Saikh YusuI Albadri mengutip perkataan Imam al Mawardi; pengarang kitab al-
ahkam ash-shulthoniyah yang berpendapat bahwa larangan pemimin wanita dalam Islam
bersumber dari nash yang dikuatkan oleh pendapat para ulama. Perempuan pada dasarnya harus
tertutupi, dan dalam posisi ia sebagai kepala negara memungkinkan ia untuk selalu bersama
orang yang bukan muhrimnya (ikhtilat)
. Bahkan para ulama memakruhkan berdagang dengan mereka serta mempersempit ruang gerak
selain tugas untuk merawat anak kecil. Ia hanya boleh menjadi saksi dalam perkara yang
berhubungan dengan harta saja serta melarang mereka menjadi saksi dalam perkara hudud.
1







1
hLLp//karangfulmulLlplycom/[ournal/lLem/10
4

ADITS TENTANG SEMUA AMAL KEBAIKAN ADALA SEDEKA

- = -' - ~ = : _ - -' . ~ -' =- ~ '~' - ~ -= -'
.- - ~ -' . ~ ' - ~ - = -' _ - - ' ' ' ~ - - = `' ` ~'
.' + ' ~ . - - ~ - - - ' ~ ~ - - - - : -' . = ~ -
~ - - ' ~ : , - . ~ - , =- ~ . ~ - , ~- ~= . ~ -
~ = _- ~ - , - ~ = , + - ~ - - ~' , ~ ~ - , - + .
' ' ~ - : ' +- - + ~ ' - ~ = - -' . ~ ' - .' = : -
= ' . ` =' ' + - ' ~ = ~ - = ' , ' = ' + - .
| ~~ -' |
Terjemah hadits / ~--=-' -=, :
Dari Abu D:ar radhiallahuanhu . Sesungguhnya sefumlah orang dari shahabat Rasulullah
shollallohu alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam. ' Wahai
Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka
shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka
bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya).
(Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam) bersabda . Bukankah Allah telah menfadikan bagi
kalian falan untuk bersedekah ? . Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap
takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah,
amar maruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah.
Mereka bertanya . Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang
menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda . Bagaimana pendapat kalian seandainya hal
tersebut disalurkan difalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya fika hal
tersebut diletakkan pada falan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala.
(Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / ~--=-' ,- --';--' :
1. Sikap bijak dalam menanggapi berbagai kondisi serta mendatangkan kabar gembira
bagi jiwa serta menenangkan perasaan.
2. Para shahabat berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.
3. Luasnya keutamaan Allah ta`ala serta banyaknya pintu-pintu kebaikan yang dibuka
bagi hamba-Nya.
4. Semua bentuk zikir sesungguhnya merupakan shodaqoh yang dikeluarkan seseorang
untuk dirinya.
3

5. Kebiasaan-kebiasaan mubah dan penyaluran syahwat yang disyariatkan dapat menjadi
ketaatan dan ibadah jika diiringi dengan niat shalih.
6. anjuran untuk meminta sesuatu yang dapat bermanIaat bagi seorang muslim dan yang
dapat meningkatkan dirinya ke derajat yang lebih sempurna.
7. Didalam hadits ini terdapat keutamaan orang kaya yang bersyukur dan orang Iakir
yang bersabar.

Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di
falan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tufuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus bifi. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha
Luas Karunia-Nya lagi maha Mengetahui. (QS.Al Baqarah.27)
Cakupan sedekah atau sodaqoh sangatlah luas. Sedekah itu tidak harus dengan harta karena
segala amal kebaikan adalah sedekah. Sehingga mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah
shadaqah, memberi naIkah kepada keluarga adalah shadaqah, beramar maa`ruI nahi munkar
adalah shadaqah, menumpahkan syahwat kepada isteri adalah shadaqah, dan tersenyum kepada
sesama muslim pun adalah juga shadaqah.
Al Jurjani memberikan deIinisi sedekah ialah suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang kepada orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.
Hal tersebut juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridho Allah.
Dalam sebuah tausiahnya, Ustadz YusuI Mansur menyampaikan bahwa sedikitnya ada empat
keutamaan bersedekah. Pertama, mengundang datangnya rezeki. 'Allah berIirman dalam salah
satu ayat Alquran bahwa Dia akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10
kebaikan. Bahkan di ayat yang lain dinyatakan 700 kebaikan. Ali bin Abi Thalib pernah
menyatakan, 'Pancinglah re:eki dengan sedekah`.
Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah pernah bersabda, 'Bersegeralah bersedekah,
sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.`
Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah menganjurkan, 'Obatilah
penyakitmu dengan sedekah.`
Keempat, menunda kematian dan memperpanjang umur. Rasulullah mengatakan,
'Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa memanfangkan umur`. Mengapa semua itu bisa
terjadi? Hal tersebut bisa terjadi karena Allah mencintai orang-orang yang bersedekah.
Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi oleh manusia.
Kalau Allah sudah mencintai seseorang, maka tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan,
tidak ada kebutuhannya yang Allah tidak kabulkan, tidak ada dosanya yang Allah tidak ampuni,
dan dia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (baik).
6

Sahabat Rasulullah telah mencontohkan bersemangat untuk bersedekah di jalan Allah.
Sedemikian menggeloranya semangat itu, seakan semangat bersedekah mengalir di aliran darah
para sahabat.
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah, umat Islam menghadapi ancaman agresi imperium
Romawi dalam perang Tabuk. Menyambut agresi tersebut Rasulullah segera mengumumkan
perang. Menyambut pengumuman perang, bersegeralah sahabat untuk berperan serta dan
menyedekahkan harta mereka di jalan Allah. Abu Bakar As-Sidiq yang pertama kali
menyerahkan hartanya untuk disedekahkan, memberikan seluruh hartanya dan menyisakan Allah
dan Rasulullah untuk keluarga beliau. Umar Bin Khatab menyusul dengan menyedekahkan
setengah hartanya dan Adburrahman bin AuI menyedekahkan unta-untanya hingga seratus ekor.
Sahabat yang lain berbondong-bondong menghadap Nabi untuk mensedekahkan apa yang
dimiliki walaupun hanya tenaga (untuk bertempur) saja.
Allah pun melukiskan semangat berjihad tersebut dengan Iirmannya : 'dan tiada (pula)
berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka
kendaraan, lalu kamu berkata: 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu. lalu
mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka
tidak memperoleh apa yang akan mereka naIkahkan (At Taubah : 92)
Dari segi bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi pemberian dalam bentuk uang,
tetapi sejumlah amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim, termasuk sedekah sebagaimana
hadis dari Abu Musa r.a. berkata bahwa nabi saw. bersabda, Tiap Muslim wajib bersedekah.
Sahabat bertanya, Jika tidak dapat? Nabi menjawab, Bekerjalah dengan tangannya
yang berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah. Sahabat bertanya lagi, Jika tidak dapat,
jawab Nabi, Membantu orang yang sangat membutuhkan. Sahabat bertanya lagi, Jika tidak
dapat? Jawab Nabi, Menganjurkan kebaikan. Sahabat bertanya lagi, Jika tidak dapat? Nabi
menjawab, Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri.
Hadis tersebut menggambarkan 4 tingkatan. Pertama, bekerja dan berusaha dengan
kemampuannya sehingga ia mendapat keuntungan dan dari keuntungan itu ia dapat bersedekah.
Keutamaan seorang Muslim jika ia bekerja dengan tekun penuh keikhlasan, ia akan kuat secara
ekonomi yang dipandang oleh Allah lebih baik dan lebih dicintai. Kepada Muslim yang diberi
rezeki oleh Allah kemudian ia menyedekahkannya di jalan Allah kita patut meneladaninya
sebagaimana hadis dari Abdullah bin Mas`ud riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah
bersabda, tidak ada iri hati yang diperbolehkan, selain terhadap dua hal, yaitu, terhadap seorang
Muslim yang dianugerahi harta benda dari Allah, lalu tergeraklah hatinya untuk
menghabiskannya menurut jalan yang hak dan terhadap seorang Muslim yang telah diberi ilmu
yang bermanIaat oleh Allah, lalu ia menggunakannya untuk mengadili manusia dan
mengajarkannya.
Kedua, membantu orang yang sangat butuh bantuan. Sangat dianjurkan sebagai salah satu
bentuk kepedulian kemanusiaan, Allah berIirman dalam surat Al-Baqarah ayat 280, Dan jika
7

orang yang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia memiliki kelapangan
dan kemampuan. Dan bersedekahlah sebagian atau seluruh piutangnya itu lebih baik bagimu jika
kamu betul-betul tahu.
Ketiga, menyuruh kepada kebaikan. Kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena
perintah dari seorang Muslim akan menjadi sedekah karena siapa yang menunjukkan kepada
kebaikan, maka seolah-olah ia melakukan kebaikan sebagaimana seseorang melakukan kebaikan.
Keempat, menahan diri dari perbuatan yang buruk yang dapat menjerumuskan seseorang pada
kezaliman sebagai bentuk sedekah, karena menahan diri adalah sikap yang cukup sulit untuk
dilakukan dan hanya orang yang sudah terlatih saja yang akan mampu menahan diri dari segala
bentuk kejelekan. Sedangkan latihan menahan diri hanya dapat dilakukan oleh orang yang
sedang berpuasa.
Dari penjelasan hadis di atas, sedekah tidak mesti dengan hanya mengeluarkan sejumlah
materi atau uang, tetapi semua amal kebajikan yang dilakukan seorang Muslim, seperti
menciptakan kebersihan lingkungan, bersikap santun, memberikan pendidikan agama kepada
anak dan istri dan bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah (H.R. Baihaqi).
Ketiga, menyuruh kepada kebaikan. Kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena
perintah dari seorang Muslim akan menjadi sedekah karena siapa yang menunjukkan kepada
kebaikan, maka seolah-olah ia melakukan kebaikan sebagaimana seseorang melakukan kebaikan.
Keempat, menahan diri dari perbuatan yang buruk yang dapat menjerumuskan seseorang pada
kezaliman sebagai bentuk sedekah, karena menahan diri adalah sikap yang cukup sulit untuk
dilakukan dan hanya orang yang sudah terlatih saja yang akan mampu menahan diri dari segala
bentuk kejelekan. Sedangkan latihan menahan diri hanya dapat dilakukan oleh orang yang
sedang berpuasa.
Sedangkan keutamaan sedekah di bulan Ramadan berdasarkan argumentasi sebagai
berikut. Pertama, bersedekah mesti dalam keadaan sehat dan sangat ingin karena sedekah yang
dilaksanakan pada saat menjelang kematian tidak ada gunanya. Hadis dari Abu Hurairah yang
diriwayatkan Al-Bukhari bahwa seseorang berkata kepada Nabi saw., Sedekah yang mana yang
lebih utama itu? Nabi bersabda, Engkau bersedekah dalam keadaan sehat (shahih) dan
berkeinginan (harish).

UAL BELI IN
Di tengah masyarakat ada parktik jual beli dengan sistem ijon? Apakah hukum jual-beli
dengan sistem ini?

awaban :
= ` - ~ - _ = ~ `' _- = _ + - ~ -= -' _- -'
Sesungguhnya Nabi saw. telah melarang untuk menfual buah hingga mulai tampak
kelayakannya (HR Muslim, an-Nasa`i, Ibn Majah dan Ahmad).
8

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Yahya bin Yahya, Yahya bin Ayyub, Qutaibah dan
Ibn Hujrin; semuanya dari Ismail bin Ja`Iar, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibn Umar. Dari jalur
Ahmad bin Utsman an-NawIali dari Abu Ashim; dari Muhammad bin Hatim, dari Rawh, dan
keduanya (Rawh dan Abu Ashim) dari Zakariya` bin Ishaq, dari Amru bin Dinar, dari Jabir bin
Abdullah.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Abdullah bin al-Harits, dari Siblun, dari Amru bin Dinar,
dari Jabir bin Abdullah, Ibn Umar dan Ibn Abbas. An-Nasai meriwayatkannya dari Qutaibah bin
Said, dari SuIyan dari az-Zuhri, dari Salim, dari Ibn Umar.
Ibn Majah meriwayatkannya dari Hisyam bin Amar, dari SuIyan, dari Ibn Juraij, dari Atha`,
dari Jabir bin Abdullah.
Makna
Manthuq (makna tekstual) hadis ini menunjukkan larangan menjual buah (ats-tsamar [hasil
tanaman]) yang masih berada di pohonnya jika belum mulai tampak kelayakannya. Sebaliknya,
mafhum al-mukhalafah (pemahaman kebalikannya) hadis ini menunjukkan bolehnya menjual
buah yang masih di pohonnya jika sudah mulai tampak kelayakannya.
Maksud yabduwa shalahuhu (mulai tampak kelayakannya) dijelaskan oleh riwayat lainnya.
Dalam riwayat dari Jabir bin Abdullah ra. dikatakan 'hatta yathiba (hingga masak) (HR al-
Bukhari dan Muslim), atau 'hatta yuthama (hingga bisa dimakan) (HR Muslim dan an-Nasa`i).
Dalam riwayat yang lain, Jabir ra., menuturkan:

.' _ -~ ' ~ .- - _ -~ _ = ~ `' _' ~ -= -' _- -' _ + -
' +- ~ . - ' -- ' ~=
Nabi saw. melarang buah difual hingga tusyqih, Ditanyakan, 'Apa tusyqih itu?` Beliau
menfawab, 'Memerah dan menghifau serta (bisa) dimakan darinya.` (HR Bukhari dan
Muslim).

Ibn Abbas menuturkan:
- _ = - ~ . - - ~ . - _ = .= -' _- = ~ -= -' _- -' _ + -
Nabi saw. telah melarang menfual kurma hingga bisa dimakan darinya atau orang bisa
makan darinya dan hingga bisa ditimbang (HR al-Bukhari).
Jadi, batasan buah yang masih ada di pohonnya bisa dijual adalah jika sudah layak dimakan.
Tanda-tanda buah itu sudah bisa dimakan berbeda-beda sesuai dengan jenis buahnya.
Hal itu telah diisyaratkan di dalam riwayat Anas bin Malik ra.:

=' _- = ~ ~ - _ = - ' _- = _ + - ~ -= -' _- ' . ~ ~ ~ - _ =
9

Rasulullah saw. melarang menfual anggur hitam hingga warnanya menghitam dan menfual
bifi-bifian hingga sudah keras (HR Abu Dawud).
Dalam hal buah-buahan, secara umum terdapat dua jenis. Pertama: buah-buahan yang ketika
sudah tua/cukup umur bisa dipetik dan selanjutnya bisa masak, seperti mangga, pisang, pepaya,
dsb. Jika sudah ada semburat warna merah atau kuning yang menandakan sudah cukup tua, buah
itu bisa dipetik dan nantinya akan masak. Jika belum tampak tanda-tanda seperti itu buah dipetik
maka tidak bisa masak. Buah-buahan jenis ini, jika sudah tampak tanda-tanda perubahan warna
itu, yakni sudah cukup tua untuk dipetik, maka sudah boleh dijual meski masih di pohonnya.
Kedua, buah-buahan yang harus dipetik ketika sudah masak seperti semangka, jambu, salak,
jeruk, anggur, rambutan dan sejenisnya. Jika sudah seperti itu maka buah yang masih
dipohonnya boleh dijual. Batas tersebut bisa diketahui dengan mudah oleh orang yang
berpengalaman tentangnya.
Ada juga tanaman yang kebanyakan dari jenis sayuran seperti ketimun, buncis, kacang
panjang, dsb, yang jika bunganya sudah berubah menjadi buah, maka saat itu sudah mulai layak
untuk dikonsumsi. Buah tanaman sejenis ini, jika bunga sudah berubah menjadi buah, sudah
boleh dijual. Adapun jenis biji-bijian, seperti padi, kedelai, jagung dan sebagainya, maka sesusai
hadis Anas di atas, sudah boleh dijual ketika sudah keras.
Tampaknya kelayakan buah untuk dikonsumsi itu tidak harus terpenuhi pada seluruh
buah di kebun. Hal itu adalah sangat sulit. Sebabnya, buah di satu kebun bahkan satu pohon
memang tidak memiliki tingkat ketuaan yang sama dan tidak bisa masak secara bersamaan.
Ketuaan dan menjadi masak itu terjadi secara bertahap hingga seluruh buah di kebun menjadi
tua/masak. Karena itu, maksud yabduwa shalahuhu itu adalah jika ada sebagian buah sudah
layak dikonsumsi, maka buah yang sama di satu kebun itu boleh dijual semuanya, baik yang
sudah mulai masak maupun yang belum. Batas mulai layak dikonsumsi itu bergantung pada
masing-masing jenis buah. Misalnya jika sudah ada sebagian mangga yang masak maka semua
mangga yang ada di satu kebun itu boleh dijual. Jika ada sebagian semangka yang sudah layak
dikonsumsi maka seluruh semangka jenis yang sama di kebun itu boleh dijual, termasuk yang
masih muda. Jika sudah ada sebagian bunga ketimun yang berubah menjadi buah maka semua
ketimun di seluruh kebun itu boleh dijual. Jika ada sebagian tongkol jagung manis sudah layak
dipetik maka seluruh jagung manis di kebun itu boleh dijual. Begitulah.
Jika buah yang masih di pohon itu dijual, lalu terjadi bencana cuaca seperti hujan, angin,
hawa dingin, angin kering/panas, dsb, maka penjual wajib menarik diri dari harga buah yang
mengalami cacat atau rusak dan mengembalikannya kepada pembeli. Jabir ra. menuturkan
bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
.' ~ ~ = ' -- ~ - ~ ~ = = . = - ` = -' = ' - ' ~ ` =- = ~
= - =- =
10

Jika engkau menfual buah kepada saudaramu, lalu terkena bencana, maka tidak halal
bagimu mengambil sesuatu pun darinya karena (ketika itu) engkau mengambil harta
saudaramu tidak secara haq (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasa`i).
Namun, jika bencana itu bukan bencana cuaca seperti pencurian, kekeringan karena kerusakan
pompa, gempa, banjir, kebakaran, dsb, maka penjual tidak harus melepaskan harganya. Bencana
seperti itu tidak termasuk dalam cakupan makna hadis tersebut.

UAL BELI DENGAN CARA AL-INA
Jual beli dengan cara Al-Inah adalah seseorang menjual suatu barang dengan harga
tertentu secara kredit lalu ia kembali membelinya dari pembeli dengan harga yang lebih sedikit
secara kontan.
Hakikatnya ia tidaklah dianggap sebagai jual beli, melainkan hanya sekedar pinjaman
riba yang disamarkan dalam bentuk jual beli dan termasuk bentuk hilah (tipu daya) orang-orang
yang senang melakukan riba.
Contoh : Ahmad menjual barang kepada Muhammad dengan harga Rp. 1.000.000,-
secara kredit selama satu bulan, kemudian Ahmad atau yang mewakilinya kembali datang
kepada Muhammad membeli barang tersebut dengan harga Rp. 800.000,- secara kontan.
Kasus ini banyak terjadi di zaman ini, seperti seseorang yang hanya memegang uang
sebesar 20 juta sedang ia mempunyai kebutuhan yang sangat mendesak sebesar 200 juta, maka
datanglah orang tersebut ke sebuah perusahan mobil yang mempunyai bagian penjualan dan
bagian pembelian kemudian mengkredit dari bagian penjualan sebuah mobil senilai 220 juta
dengan membayar panjar menggunakan uang yang dia pegang sebanyak 20 juta. Setelah
mengambil mobilnya ia datang kepada bagian pembelian dan menjual mobil tersebut dengan 200
juta. Inilah yang disebut dengan jual beli dengan cara Al-Inah.
Jadi ukurannya, kapan barang tersebut jatuh kembali kepada pihak penjual maka ia
terhitung sebagai jual beli dengan cara Al-Inah. Demikian pula hilah (tipu daya) segitiga yang
disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim dengan contoh seorang Iakir
yang butuh uang lalu ia pun datang seorang seorang pedagang. Oleh si pedagang ia diajak ke
toko untuk mengambil barang apa saja yang ia inginkan. Si Iakir mengambil sebuah barang
dengan harga Rp. 1.000.000,-, yang oleh si pedagang dinilai 1.200.000,-. Karena si Iakir
sebenarnya hanya butuh uang maka barang tersebut kembali dijual kepada pemilik toko dengan
harga yang lebih rendah dari 1.000.000,-.
ukumnya
Jual beli secara Al-Inah adalah haram dan tidak diperbolehkan menurut Jumhur ulama
(kebanyakan ulama). Hal tersebut diriwayatkan dari Aisyah, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ibnu
Sirin, Asy-Sya`by, An-Nakh`iy dan juga merupakan pendapat Al-Auza`iy, Ats-Tsaury, Abu
11

HaniIah, Malik, Ahmad dan Ishaq. Disisi lain Imam Asy-SyaIi`iy dan pengikutnya
membolehkan jual beli dengan cara Al-Inah.
Tarjih
,-; , ,-- _~, = '-|-- J'- : -~ J;~, = _-~ = ^---
-~; J;-- ) '- ' - ---' , -=; ~'-- -' ,- , ,; ~ - _,,-' , -,;
=-' | -' =-~ =' ---- V- V ^-,-- _= ';=, _- ---- (
bnu Umar Radliyallaahu anhu berkata. Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda. "Jika engkau sekalian berfual-beli dengan nah (hanya sekedar mengefar
keuntungan materi belaka), selalu membuntuti ekor-ekor sapi, hanya puas menunggui tanaman,
dan meninggalkan fihad maka Allah akan meliputi dirimu dengan suatu kehinaan yang tidak
akan dicabut sebelum kamu kembali kepada agamamu." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari
Nafi, dan dalam sanadnya ada pembicaraan. Ahmad meriwayatkan dari Atho dengan perawi-
perawi yang dapat dipercaya dan dinilai shahih oleh bnu Qoththon.
Dalam hadits yang lain Dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW bersabda,
~'+=' ' ' -'-~ '' --' '-' -~' '--~' '-' - '~
+--~ '='- _= - `- ` + -' .- -' .-~ -
'Jika manusia menfadi kikir karena uang dinar dan dirham, dan melakukan fual beli dengan
cara aynah dan mereka telah mengikuti syeitan. Meninggalkan fihad di falan Allah, maka Allah
akan menurunkan bala kepada mereka. Dia tidak akan menghilangkan bala tersebut sebelum
mereka kembali kepada agama mereka.` (HR. Ahmad, Abu Daud, Thabrani dan Shahih menurut
bnu Qaththaan)
Tidak diragukan bahwa yang benar dalam masalah ini adalah haramnya jual beli dengan
cara Al-Inah. Adapun Imam Asy-SyaIi`iy dan pengikutnya, mereka berdalilkan dengan Hadits
Abu Sa`id dan Abu Hurairah riwayat Al-Bukhary dan Muslim :
'Sesungguhnya Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam mempekerfakan seorang
di Khaibar. Maka datanglah dia kepada beliau membawa korma Janib (korma dengan mutu
sangat baik) maka Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam bertanya . 'Apakah
semua korma Khaibar seperti ini ? ia menfawab . 'Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, kami
mengganti satu sho dari (korma Janib) ini dengan dua sho (dari korma fenis lain) dan dua
shonya dengan tiga sho. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda
12

. Jangan kamu lakukan seperti itu, fuallah semua dengan dirham (mata uang perak) lalu dengan
dirham itu belilah korma Janib.`
Sisi pendalilannya : Sabda beliau 'fuallah semua dengan dirham (mata uang perak) lalu
dengan dirham itu belilah korma Janib` berlaku umum sehingga kalau korma jelek itu dibeli
oleh pemilik korma Janib lalu dengan uang dari hasil penjualan korma jelek itu oleh pemiliknya
kembali dibelikan korma Janib, berarti uangnya kembali kepada pemiliknya.
Dan tentunya pendalilan diatas tidaklah kuat karena tipu daya riba nampak dengan sangat
jelas pada jual beli dengan cara Al-Inah tersebut, apalagi telah datang hadits yang sangat tegas
tentang haram jual beli secara Al-Inah sehingga harus dijadikan sebagai dalil khusus yang
membatasi keumuman dalil yang disebutkan oleh Imam Asy-SyaIi`iy dan pengikutnya.
Ibnul Qoyyim dalam Tahdzibus Sunan menerangkan dalil-dalil tentang haramnya jual beli
dengan cara Al-Inah. Diantara yang beliau sebutkan adalah hadits Ibnu Umar radhiyallahu
anhuma, Rasulullah shollallahu alahi wa ala alihi wa sallam :
'Apabila kalian telah berfual beli dengan cara Al-nah dan kalian telah ridho dengan
perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian meninggalkan fihad, maka
Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya
sampai kalian kembali kepada agama kalian`. (HR. Abu Daud dan lain-lainnya dan dishohihkan
oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah No. 11).
Hadits diatas adalah ancaman yang sangat keras dan peringatan yang sangat tegas berupa
kehinaan bagi orang yang melakukan pelanggaran yang tersebut dalam hadits yang diantaranya
adalah jual beli dengan cara Al-Inah. Bahkan seakan-akan pelakunya sama kedudukannya
dengan orang yang keluar dari agama sehingga di akhir hadits dikatakan, 'maka Allah akan
menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian
kembali kepada agama kalian`. Semua ini menunjukkan haramnya jual beli dengan cara Al-
Inah. Demikian keterangan Ash-Shon`any dan Asy-Syaukany.
Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali
Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Jika kalian berdagang
dengan sistem 'inah dan kalian telah disibukkan dengan mengikuti ekor sapi (membajak sawah)
serta ridha dengan bercocok tanam, maka Allah timpakan kehinaan atas kalian dan tidak akan
mencabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian'," (Hasan, HR Abu
Dawud |3462|, Ahmad |II/28,42 dan 84|. Ad-Dulabi dalam al-Kunaa walAsmaa' |II/65|, al-
Baihaqi |V/136|, Ibnu Adi dalam al-Kaamil |V/1998|, Abu Umayyah ath-Thurthusi dalam
Musnad Ibnu 'Umar |22|, ath-Thabrani |13583 dan 13585|, Abu Ya'la |5659| dan Abu Nu'aim
dalam Hilyah |I/313-314|).
13

Kandungan Bab:
1. Jual beli 'inah adalah si (A) menjual barang kepada si (B) dengan pembayaran bertempo.
Si (A) menyerahkan barang kepada si (B). Kemudian si (A) membeli kembali barang
tersebut dari si (B) dengan harga yang lebih murah secara kontan. Tujuannya adalah
untuk mendapat keuntungan, yaitu uang tunai.
2. Inah adalah wasilah kepada riba bahkan termasuk wasilah (sarana) yang paling dekat
kepadanya. Wasilah kepada perkara haram, maka hukum-nya adalah haram.
3. 'Inah termasuk hiyal (siasat licik) terhadap hukum syari'at. Oleh karena itu, syari'at
mengharamkan siasat licik yang dapat membolehkan sesuatu yang telah diharamkan
Allah atau menggugurkan perkara yang telah diwajibkan Allah.
Guru kami, yakni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, menyebutkan alasannya bahwa jual
beli seperti ini mengandung unsur paksaan. Biasanya orang yang membeli dengan pembayaran
bertempo (kredit) disebabkan tidak mampu membelinya secara kontan. Jika seorang penjual
tidak menjual barangnya kecuali dengan pembayaran bertempo (kredit), maka jelas
menguntungkan pihak pembeli yang sangat membutuhkan barang tersebut. Namun, jika ia
menjualnya dengan dua pilihan, tunai dan kredit, maka akan menguntungkan pihak penjual.
Ada bentuk kelima dari jual beli 'inah -ini merupakan bentuk yang paling buruk dan
sangat diharamkan- yaitu dua orang (A dan B) bersepakat melakukan praktek riba, keduanya
mendatangi seseorang yang memiliki barang (C). Lalu orang yang butuh barang si (A)
membelinya dari si (C) untuk si (B) dengan harga kontan. Lalu (B) menjualnya kepada si (A)
dengan pembayaran bertempo (kredit) dengan harga yang telah disepakati oleh keduanya.
Kemudian si (A) mengembalikan barang tersebut kepada si (C) dengan memberikan sesuatu
(upah) kepadanya. Ini disebut tsulatsiyah, karena melibatkan tiga orang. Jika barang itu berputar
antara dua orang saja disebut tsuna-iyah. Dalam praktek tsulatsiyah dua belah pihak
memasukkan orang ketiga dengan anggapan orang ketiga ini dapat menghalalkan bagi keduanya
riba yang telah diharamkan oleh Allah. Kedudukannya sama seperti muhallil nikah, ia disebut
muhallil riba. Sementara yang pertama tadi adalah muhallil kehormatan wanita. Tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi atas Allah, Dia Mahatahu pandangan yang khianat dan apa yang
terselip dalam hati manusia."
Ibnu Qayyim al-Jauziyah telah mengulas panjang lebar dalam kitab Tahdziib as-Sunan
(V/100-109), beliau menjelaskan dalil-dalil haramnya praktek 'inah. Silahkan membacanya
karena sangat berguna. Praktek tsulutsiyah dan tsuna-iyah yang beliau isyaratkan di atas justru
banyak dipraktekkan oleh bank-bank yang berlabel Islam. Hanya kepada Allah saja kita
mengadu.
2


2
uladapLasl darl Syalkh Sallm bln led alPllall AlMooooblsy 5yotlyyob fll 5bobllbls 5oooob ooNobowlyyob aLau
oslklopeJl lotooqoo meootot AlOotoo Joo As5oooob Ler[ Abu lhsan alALsarl (usLaka lmam Syafll 2006) hlm
1/248230

Anda mungkin juga menyukai