Anda di halaman 1dari 3

II.

KALIUM PERMANGANAT (KMnO4)


Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi. Reagen
ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali
untuk larutan yang ama t encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah
muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi.
Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat
menjalani beragam reaksi ki mia, karena mangan hadir dalam kondisi -kondisi oksidasi 2,
3, 4, 6, 7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan -larutan yang bersiIat amat asam, 0,1 N atau lebih besar. Permanganat bereaksi
secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi
membutuhkan pemanasan dan penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat
reaksi(Underwood, 2002).
Kalium permanganat, selain sebagai oksidator dalam suasana asam, juga dapat
berlangsung dalam suasana basa maupun netral. Dalam suasana asam atau |H| 0,1 N, ion
permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :
MnO4- 8H 5e-Mn2 4H2O Eo 1,51 Volt
Dalam suasana basa, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion
manganat yang berwarna hijau seperti reaksi berikut :
MnO4- e-MnO42- Eo 0,56 Volt
Dalam suasana netral, MnO4 direduksi menjadi MnO2 yang mengendap.
Reaksinya :MnO4- 4H 3e- MnO2 2H2O Eo 1,70 V
(AnnisanIushie, 2008).
Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya
perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah
kalium permanganat dalam air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian
3
endapan MnO2 yang terbentuk disaring, lalu dibakukan dengan zat
baku utama (larutan standar primer) ( R i va i, 1994).
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-
jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada
dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal- kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas
yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika
disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama
beberapa bulan( Dind a, 2008).
Ada beberapa standar primer untuk standarisasi permanganat,
yaitu :
A. Arsen (III) Oksida
Senyawa As2O3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan-larutan
permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopis, dan tersedia dengan tingkat kemurnian
yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam larutan Natrium hidroksida, dan larutan kemudian
diasamkan dengan asam klorida dengna titrasi permanganat :
5HAsO2 2MnO4- 6H 2H2O 2Mn2 5H3AsO4
Reaksi ini berjalan lambat pa da suhu ruangan terkecuali sebuah katalis ditambahkan. Kalium
iodida, KI, kalium iodidat, KIO3, dan iodin monoklorida, ICl, telah dipergunakan sebagai
katalis.
B. Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4, juga merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian
yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan
permanganat agak sedikit rumit, dan meskipun banyak penyelidikan telah dilakukan,
mekanisme tapatnya tidak pernah jelas. Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan,
sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai
4
60oC. Bahkan pada suhu tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebutautokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan eIek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (3 atau 4), dimana
ada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen .
persamaan reaksi yamg terjadi :
5C2O4- 2MnO4- 16H10CO2 2Mn2 8H2O
Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulIat, karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi
kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini mengakibatkan
dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi de
ngan arsen (II) oksida, antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam sulIat
justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai