Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

ENDOPHTALMITIS OCULAR DEKSTRA

Disusun oleh :

RESTI ANGGUN PERTIWI 110.2001.227


Dr.HELMI MUCHTAR, Sp.M Dr. JUNITA SHARA, Sp.M Dr. PAULUS DWI MAHDI,Sp.M
Pembimbing :

SMF MATA RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG DESEMBER 2005

PRESENTASI KASUS
1. Identitas -Nama -Umur - Jenis kelamin - Pekerjaan - Alamat - Masuk RSUAM 2. Anamnesa Autoanamnesa dan alloanamnesa ( 12 -12-2005) Keluhan utama : Mata kanan tidak bisa melihat kepala nyut-nyut Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut dirasakan pasien setelah mata kanan tertusuk ranting sepanjang 2 cm pada saat sedang bermain dengan temannya. Keluhan ini terjadi secara bertahap yang semakin lama makin berat sehingga mata kanannya tidak bisa melihat sama sekali. Setelah kejadian tersebut pasien mengaku matanya berdarah dan penglihatannya menjadi buram lalu setelah 10 menit kemudian pasien tidak dapat melihat. Pasien juga mengeluh mata kanan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, merah, berair dan sakit kepala terasa nyut-nyut. Kemudian keluarga pasien mencoba berobat ke puskesmas terdekat, namun tidak dilakukan tindakan dan tidak diberi obat lalu pasien dirujuk ke RSAM karena puskesmas tidak mampu menanganinya. Pasien masuk tanggal 11 desember 2005 di UGD dan diberi ATS serta atas saran dr. Yunita pasien diberi diazepam (2mg 3x tablet), amoksisilin( 250mg 4x1 tablet) dan gentamisin ED 0,3% ( 1 tetes/jam) kemudian - Keluhan tambahan : Mata kanan terasa sakit, pedih, merah, berair dan sakit : An. A : 14 tahun : Laki- laki : Pelajar : Kota bumi : 11 Desember, pukul 17.00 WIB

pasien di pindahkan ke ruang anggrek untuk perawatan. Mata kiri pasien juga mengalami gangguan penglihatan yang perlahan-lahan semakin menurun hingga saat ini tidak bisa melihat akibat trauma ( kemasukan pasir ) yang terjadi pada saat pasien berusia 3 tahun dan tidak pernah diobati ke dokter, namun saat ini mata kirinya tersebut tidak menimbulkan keluhan. - Riwayat penyakit dahulu Pasien memiliki riwayat trauma ( kemasukan pasir ) pada mata kiri saat berusia 3 tahun Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi obat - Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit seperti ini. 3. Pemeriksaan Fisik (12 DESEMBER 2005, pukul 08.00 wib) Status Present - Keadaan umum - Kesadaran - Tekanan darah - Nadi - Pernafasan - Suhu : Tampak sakit sedang : Compos mentis : 110/80 mmHg : 80 x/menit : 24 x/menit : 36,4 C

Status Generalis - Kepala Bentuk Rambut Mata Telinga Hidung : Bulat, simetris : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut : Status Oftamologis : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-) : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, pernafasan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada.

Mulut

: Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis, Tidak ada perdarahan gusi.

- Leher Inspeksi Palpasi JVP - Toraks Inspeksi PARU Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Pergerakan nafas kanan-kiri simetris. : Fremitus taktil hemithorax kanan = kiri : Sonor pada kedua lapang paru : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-). JANTUNG Inspeksi Palpasi Perkusi : Ictus cordis tidak terlihat. : Ictus cordis teraba pada sela iga V garis midclavicula sinistra : Batas atas sela iga III garis midclavicula sinistra Batas jantung kanan sela iga V garis sternal dextra Batas jantung kiri sela iga V garis midclavicula sinistra Auskultasi - Abdomen Inspeksi : Cembung simetris : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-) : Bentuk simetris : Bentuk simetris, trakea tidak deviasi, kelenjar getah bening tidak membesar. : kelenjar getah bening tidak membesar. : tidak meningkat, 5 + 1 mmH20

Palpasi Perkusi Auskultasi - Genitalia Externa Kelamin - Ekstremitas Superior Inferior

: Turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans muscular (-). : Timpani. : Bising usus (+) normal.

: laki - laki, tidak ada kelainan

: tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

STATUS OFTALMOLOGIS

OCULUS DEXTRA 0 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan normal Tidak ada kelainan Tidak ada Edema (+),hiperemis(+) Edema (+),hiperemis(+) Chemosis Conjungtiva Chemosis Conjungtiva Chemosis Conjungtiva Tidak ikterik Keruh,Perforasi (+) Perdarahan ( +) 2/3 bagian, pus (+)1/3 bagian COA Prolaps iris Sulit dinilai

VISUS KOREKSI SKIASKOPI SENSUS COLORIS BULBUS OCULI SUPER CILLIA PARESE/PARALYSE PALPEBRA SUPERIOR PALPEBRA INFERIOR CONJUNGTIVA PALPEBRA CONJUNGTIVA FORNICES CONJUNGTIVA BULBI SCLERA CORNEA CAMERA OCULI ANTERIOR IRIS PUPIL

OCULUS SINISTRA 1/~, proyeksi sinar buruk Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan normal Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan tenang tenang tenang Tidak ikterik Keruh,sikatrik(+),Penonjolan ke depan (+) Dangkal

Gbrn kripta baik, sinekia(-) Sulit dinilai

Sulit dinilai Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sulit dinilai Tidak dilakukan

LENSA FUNDUS REFLEKS CORPUS VITREUM TENSIO OCULI SISTEM CANALIS LACRIMALIS

Sulit dinilai Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal (palpasi) Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin Hb Leukosit Hitung jenis LED Trombosit : 12,2 gr/dl : 12800/mm3 : 0/0/0/87/11/12 : 15 mm/jam : 312000/iu

Masa perdarahan : 3 menit Masa protrombin : 11 menit.

RESUME Pasien laki- laki datang dengan keluhan mata kanannya tidak bisa melihat sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit ( 10 desember 2005) setelah tertusuk ranting sepanjang 2cm, terjadi bertahap yang semakin lama bertambah berat yang pada akhirnya pasien tidak bisa melihat. Pasien juga mengeluh mata kanannya tersebut sakit seperti ditusuktusuk, merah, berair, sakit kepala.terasa nyut- nyut. Mata kiri pasien juga mengalami gangguan penglihatan akibat trauma ( kemasukan pasir) pada usia 3 tahun , namun saat ini pasien tidak mengeluh pada mata kirinya tersebut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Status present : Dalam batas normal Status generalis : Dalam batas normal Status oftalmologi Occular dekstra : Visus :0

Palpebra superior dan inferior : edema (+) dan hiperemis (+) Konj. palpebra Konj. fornices Konj. bulbi Cornea COA Iris Pupil Lensa : chemosis conjungtiva : chemosis conjungtiva : chemosis conjungtiva : Keruh, perforasi kornea (+) : Hipopion di 1/3 bagian COA Hifema di 2/3 bagian COA : prolaps iris : sulit dinilai : sulit dinilai

Occular sinistra : Visus Kornea COA : 1 /~, proyeksi sinar buruk : keruh, sikatrik (+), penonjolan ke depan (+) : dangkal

Pemeriksaan Penunjang Darah rutin Anjuran Pemeriksaan 1. Pemeriksaan mikrobiologi/ mikrobakteri dengan pewarnaan gram ( sediaan apus dari pus di dalam COA ) 2. Kultur dan resistensi Tes 3. Tes flouresent 4. Tes fistel 5. Slit lamp Diagnosa Kerja Endoptalmitis + hifema + Hipopion ec. Trauma tajam ocular dekstra Leukoma adherens ocular sinistra Therapy 1. Bed rest ( posisi kepala membentuk sudut 30 dengan lantai) 2. Diet ; Nasi biasa 3. Medikamentosa 1. Gentamicin ED 0,3 % 1 tetes / 2 jam OD 2. Pondex 3 x 250 mg 3. Cefotaksim 500 mg inj. / 12 jam IV 4. Operatif eviserasi - Prognosa - Quo ad vitam - Qou ad functionam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dalam batas normal

FOLLOW UP Tanggal Occular dekstra Visus Bulbus Oculi Palpebra Superior Palpebra Inferior Konjungtiva Palpebra Konjungtiva Fornices Konjungtiva Bulbi Sklera Kornea COA Iris Pupil Lensa Tensio Oculi Terapi chemosis conjungtiva Tidak ikterik Keruh, Perforasi (+) hipopion di1/3 bagian COA hifema di 2/3 bagian COA Prolaps iris Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Bed rest ( kepala 30 dengan lantai) Amoksisilin 250 mg ( 4x1 tab) Diazepam 2mg ( 3x tab) Gentamisin ED 0,3 % ( 1 tetes/ jam) jam OD Pondex 3 x 250 mg Cefotaksim 500 mg inj. / 12 jam IV chemosis conjungtiva Sulit dinilai Keruh, Perforasi (+) hipopion di 1/3 bagian COA hifema di 2/3 bagian COA Prolaps iris Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Bed rest ( kepala 30 dengan lantai) Gentamicin ED 0,3 % 1 tetes / 2 chemosis conjungtiva chemosis conjungtiva 12 Desember 2005 0 Kedudukan normal Edema (+)& Hiperemis(+) Edema (+)& Hiperemis(+) chemosis conjungtiva 13 Desember 2005 0 Kedudukan normal Edema (+)& Hiperemis(+) Edema (+)& Hiperemis(+) chemosis conjungtiva

Tanggal

13 desember 2005

14 desember 2005

Occular Sinistra Visus Bulbus Oculi Palpebra Superior Palpebra Inferior Konjungtiva Palpebra Konjungtiva Fornices Konjungtiva Bulbi Sklera Kornea COA Iris Pupil Lensa Tensio Oculi Terapi chemosis conjungtiva Tidak ikterik Keruh, Perforasi (+) hipopion di1/3 bagian COA hifema di 2/3 bagian COA Prolaps iris Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Bed rest ( kepala 30 dengan lantai) 2 jam OD Pondex 3 x 250 mg jam IV jam OD Gentamisin inj. 40 mg/ml / 8 Pondex 3 x 250 mg Cefotaksim 1g inj. / 12 jam IV chemosis conjungtiva Tidak ikterik Keruh, Perforasi (+) hipopion di1/3 bagian COA hifema di 2/3 bagian COA Prolaps iris Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Bed rest ( kepala 30 dengan lantai) chemosis conjungtiva chemosis conjungtiva 0 Kedudukan normal Edema (+)& Hiperemis(+) Edema (+)& Hiperemis(+) chemosis conjungtiva 0 Kedudukan normal Edema (+)& Hiperemis(+) Edema (+)& Hiperemis(+) chemosis conjungtiva

Gentamicin ED 0,3 % 1 tetes / Gentamicin ED 0,3 % 1 tetes / 2

Cefotaksim 500 mg inj. / 12 jam IV

TRAUMA MATA

Trauma pada mata merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda. Meskipun mata mempunyai sistem yang perlindungan yang baik, seperti rongga orbita, kelopak, jaringan lemak retrobulbar,serta refleks memejam dan mengedip, tetapi trauma dari luar kemungkinan besar masih dapat terjadi. Keadaan keadaan yang sering menyebabkan trauma pada mata antara lain ; kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas. Pada anak- anak sering terjadi akibat peluru senapan mainan, ketapel mainan, tusukan gagang mainan. Trauma dapat menyebabkan kerusakan pada kelopak mata, bola mata, rongga orbita, bahkan dapat mengenai saraf mata. Kerusakan pada mata biasanya akan menimbulkan gejala penurunan tajam penglihatan. Pemeriksaan awal pada trauma mata : pengukuran tajam penglihatan pemerikasaan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek Trauma mata terdiri dari : 1. trauma kimia Merupakan keadaan yang sangat urgen pada kedaruratan mata.. trauma basa dan asam dapat meyebabkan penurunan visus hingga terjadinya kebutaan. Prognosa tergantung pada parahnya kerusakan yang terjadi tetapi juga penanganan yang tepat untuk kasus ini. Etiologi : zat pemutih Pembersih mobil detergent desinfektan zat basa kalsium hidroksida ( sebabkan kekeruhan superfisial pada kornea ) sodium hidroksida ( sebabkan kekeruhan stroma yang dalam ) amonium hidroksida ( kerusakan lebih dalam hingga mencapai endotel kornea dan katarak)

Zat basa menyebabkan kerusakan yang lebih dalam serta penetrasi yang cepat setelah dilakukannya irigasi, namun ph kembali mormal secara lambat. Kerusakan tergantung banyaknya zat yang masuk dan lamanya kontak Terapi periode akut : irigasi dengan air ledeng atau cairan saline selama paling sedikit 30 menit debrideman untu mengankat partikel yang tersisa antibiotika, gentamisin 0,3% salep mata 3 kali sehari sikloplegi bila telah terjadi iritis ( atropin tetes mata 1 %) sekali sehari kortikosteroid topikal pada minngu pertama( prednisolon asetat) bila TIO meningkat maka diberikan timolol maleat 0,25% 2 kali sehari dan asetazolamid 250 mg 4 kali sehari 2. trauma tumpul a. pada segmen anterior, menyebabkan terjadinya : hifema, terdapatnya darah di dalam bilik mata depan. Tanda klinisnya berupa penurunan visus, pupil ireguler, TIO meningkat, segmen posterior tidak terlihat dengan oftalmoskop. Terapi bed rest dengan posisi kepala membentuk sudut 30 derajat dengan lantai. TIO yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi di kornea iridodialisis, disinsersi akar iris dari badan siliar luksasi dan subluksasi lensa, sehingga bilik mata depan jadi dangkal ruptur sklera abrasi kornea, terangkatnya sebagian atau seluruh lapisan endotel kornea. Menimbulkan rasa nyeri, lakrimasi, dan blefarospasme.disebabkan oleh benda asing, lensa kontak laserasi korneosklera, mengakibatkan bola mata menjadi lunak. Tandanya berupa penurunan visus, COA dangkal, chemosis konjungtiva, prolaps isi bola mata.

3. trauma tajam

ENDOPHTALMITIS

Endoptalmitis merupakan peradangan pada seluruh lapang pandang mata bagian dalam, cairan dalam bola mata ( humour vitreus) dan sklera yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Endoptalmitis non infeksi juga dapat tejadi akibat adanya agent toksik yang menimbulkan sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam bola mata dan struktur di dalamnya. Ada dua tipe endoptalmitis, yaitu :
1. Endoptalmitis endogen ( berasal dari infeksi bakteri, jamur

maupun parasit yang menyebar lewat darah; hematogen,contohnya pada endocarditis)


2. Endoptalmitis

eksogen ( akibat komplikasi pembedahan mata,

benda asing, atau karena trauma mata) Bakteri yang merupakan menyebabkan endoptalmitis adalah stfilokok, streptokok, pneumokok, pseudokok, psudomonas, dan basil subtilis. Jamur yang sering menyebabkan endoptalmitis adalah aktinomices, aspegilus, fikomikosis. Pembedahan mata yang dapat menimbulkan komplikasi berupa endoptalmitis adalah operasi katark, oprasi retina, glaukoma, radial keratotomi. Endoptalmitis merupakan penyakit yang memerlukan parhatian pada tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tajam atau akibat pembedahan mata intraokular.

Peradangan oleh bakteri akan memberikan gambaran klinis rasa sakit yang sangat, kelopak mata bengkak danmerah, kelopak sulit dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh kadang disertai adanya hipopion. Kekeruhan maupun ataupun abses di dalam badan kaca ini akan memberikan refleks pupilberwarna putih, sehingga seperti gambaran pada retinoblastoma, pseudoretinoblastoma. Endoptalmitis endogen sekitar 60 % berasal. Komplikasi operasi , Post traumatik 2-7 % . kasus endoptalmitis akibat infeksi lebih byak terjadi pada daerah pedesaan darpada kota. Kasus endoptalmitis dengan beda asing alam mata terjadi sekitar 7-31 %. Faktor- faktor predisposisi endoptalmitis : imunitas tubuh menurun ( DM, autoimun, pengguna umur pasien ( makin tua umur mak fungi lapisan air mata alat operasi yang tidak steril kombinasi operasi ( glaukoma dengan katarak) steroid jangka panjang, malnutrisi, penderita rheumatoid juga menurun)

Gejala klinik yang sering di alami pasien adalah:


o

Gangguan tajam penglihatan

Nyeri dan iritasi pada mata Sakit kepala Photophobia Berair

Dalam pemeriksaan biasa ditemukan :


Mata berair dan eritem Injeksi konjungtiva dan injeksi sclera

Hypopyon

Vitreitis Chemosis Papillitis Infeksi pada kornea dan edema kornea Lesi putih di choroid and retina Uveitis kronis Sekret purulen Demam Bila dalam endoptalmitis sudah terdapat hipopion maka prognosisnya

buruk maka itu diagnosis dini dan cepat harus sudah dibuat untuk mencegah kebutaan pada pasien. Endoptalmitis akibat kuman yang kurang virulen

terlihat dalam satu minggu sampai beberapa minggu. Endoptalmitis yang disebabkan olahjamur mempunyai masa inkubasi yang lambat, kadang kadang hingga14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. Didalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, abses satelit di badan kaca dengan proyeksi sinar baik. Endoptalmitis diobati dengan antibiotika melalui periokuler atau sub konjungtiva. Antibiotika topikal dan sistemik ampisilin 2 gram/ hari dan kloramfenikol 3 gram /hari. Antibiotika yang sesuai diberikan pada endoptalmitis yang disebabkan oleh stafilokokus ( basitrasin- topikal ) dan metisilin ( subkonjungtiva dan iv). Bila penyebabnya streptokokus, streptokokus dan pneumokokus maka obatnya adalah penisilin-G ( subkonjungtiva dan iv), neisseria diberika obat penisilin G, pseudomonas diobati dengan gentamisin, iv dan subkonjungtiva)penyebabnya jamur dapat diberikan amfoterisin B 150 mikrogram subkonjungtiva. Sikloplegi diberikan tiga kali sehari sebanyak satu tetes.

Kortikosteroid dapat diberikan dengan hati- hati. Apabila pengobatan gagal maka dilakukan tindakan bedah berupa eviserasi ( operasi pengangkatan isi bola mat dengan menyisakan bagian skleranya). Enukleasi tidak dapat dilakukan karena proses ini merupakan proses peradangan sehingga ditakutkan adnya penyebaran infeksi saat pembedahan berlangsung ke otak melalui pembuluh darah. Penyulit endoptalmitis adalah adanya proses peradangan yang mengenai ketiga lapisan mata, yaitu retina, koroid, dan sklera serta badan kaca maka akan mengakibatkan terjadinya panoftalmitis.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan : - darah lengkap - kultur bakteri dari humour akueous dan vitreus - USG - Foto thoraks - Slit lamp Endoptalmitis fakoanafilaktik merupakan endoptalmitis unilateral maupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh ( lensa) sendiri. Akibat jaringan lensa yang tidak terletak didalam kapsul (membran basalis lensa). Pada badan terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala ini. Bila masa lensa pada katark hipermatur dan lensa ini menimbulkan reaksi makrofag dan menyebabkan tertutupnya saluran keluar cairan mata yang akan menimbulkan glaukoma maka akan terjadi glaukoma fakolitik. Kadang penyakit ini berjalan bersama trauma lensa yang menimbulkan uveitis fakoanafilaktik.

DAFTAR PUSTAKA Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Jakarta ; Widya medika 2000 Sidartha llyas, Prof.Dr, Sp.M, endoptalmitis dalam buku Ilmu Penyakit Mata; BP FKUI, edisi dua, jakarta, 2002 Perhimpunan Dokter Ilmu Mata ; Ilmu penyakit mata, airlangga, university press www.emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai