Anda di halaman 1dari 7

1.

Pendahuluan
Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra
tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Karya-karya sastra lama yang berbentuk puisi
adalah Mahabharata, Ramayana dari India yang berbentuk puisi atau kavya (kakawin) (Waluyo,
2003: 1). Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi
irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatiI). Walaupun singkat dan
padat, tetapi berkekuatan. Karena itu, salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang
memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu memiliki makna yang lebih luas dan lebih
banyak (Ibid, 2003: 1).
Karya-karya agung dalam banyak kesusastraan dunia selalu memberi pencerahan. Ia
mengajak kita untuk senantiasa bersikap kritis dalam menanggapi dunia sekitar kita atau
merangsang pembacanya agar tumbuh kepekaan emosional ketika hakikat manusia dilecehkan.
Puisi, mengingat bentuknya yang lebih padat dan ekspresiI, konon paling mewakili kegelisahan
emosional. Konon juga, manusia sering kali merasa lebih mudah mengungkapkan kegalauan
perasaan dan pikirannya lewat puisi daripada ragam sastra yang lain (Mahayana, 2005: 259).
Puisi yang baik lazimnya menawarkan serangkaian makna kepada pembacanya. Untuk
menangkap rangkaian makna itu, tentu saja pembaca perlu masuk ke dalamnya dan mencoba
memberi penaIsiran terhadapnya. Langkah dasar yang dapat dilakukan untuk pemahaman itu
adalah ikhtiar untuk mencari tahu makna teks. Sebagai sebuah teks, puisi menyodorkan makna
eksplisit dan implisit. Makna eksplisit dapat kita tarik dari perwujudan teks itu sendiri; pilihan
katanya, rangkaian sintaksisnya, dan makna semantisnya. Pilihan kata atau diksi menyodorkan
kekayaan nuansa makna; rangkaian sintaksis berhubungan dengan maksud yang hendak
disampaikan. Adapun makna implisit berkaitan dengan interpretasi dan makna yang meyertai di
belakang puisi bersangkutan (Mahayana, 2005: 260).
Dalam sejarah kesusastraan modern, TauIiq Ismail dikenal sebagai salah seorang tokoh
Angkatan 66 yang memiliki pengaruh cukup populer dalam masyarakat. Popularitas ini tidak
mungkin dapat diraih oleh TauIiq jika ia tidak memiliki karya puisi dan mempublikasikannya
melalui berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Penyair yang mempublikasikan
puisi pertamanya di majalah Bangkit pada tahun 1954 ini, sampai kini telah menghasilkan
ratusan puisi. Meski TauIiq telah menrbitkan banyak kumpulan puisi, dalam perkembangan
terakhir ini hanya dua buku antologi puisi yang terkenal secara luas, yaitu %irani dan
Benteng serta Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (Sayuti, 2005: 7).
Puisi 'Dengan Puisi, Aku dalam antologi puisi berjudul %irani dan Benteng menarik
untuk dianalisis maknanya karena isinya kurang lebih mengungkapkan kecintaan TauIiq Ismail
terhadap puisi. Bagi TauIiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai
akhir hayat (Sayuti, 2005: 9).

. Puisi ~Dengan Puisi, Aku

DENGAN PUISI, AKU

Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
NaIas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya

1965
(%irani dan Benteng, hlm. 62)


. Pembahasan
Analisis yang dilakukan pada puisi 'Dengan Puisi, Aku mencakup beberapa aspek atau
unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan (4)
penaIsiran puisi.
.1 1enis Puisi
Puisi 'Dengan Puisi, Aku karya TauIiq Ismail ini termasuk dalam jenis puisi diaphan.
Hal ini karena pembaca dapat dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan TauIiq
Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang menyebabkan bahasa kias tetapi
pembaca masih dapat dengan mudah menerjemahkan isi dari puisi tersebut. Berikut penggalan
puisi yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat dipahami isinya oleh pembaca.
engan puisi aku bernyanyi
engan puisi aku bercinta
engan puisi aku mengenang
engan puisi aku menangis

. Bunyi dan Rima
..1 Bunyi
Dalam sebuah puisi, bunyi tidak hanya memperindah bacaan puisi bersangkutan.
Tetapi juga dapat meciptakan gambaran dalam angan-angan pembacanya. Bunyi juga dapat
menciptakan suasana, sehingga kesedihan, keterpencilan, kerisauan, dan suasana-suasana yang
lain yang diharapkan dapat dirasakan oleh pembacanya dapat terpenuhi akibat pemilihan bunyi
pada puisi bersangkutan (Suharianto, 2005: 22).
Dalam puisi 'Dengan Puisi, Aku pembaca diharapkan merasakan bagaimana
kecintaan TauIiq Ismail dalam berpuisi. Karena Bagi TauIiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan
ia berniat bernyanyi sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenangkan
pendengarnya (Sayuti, 2005:9).


.. Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk menambah
keindahan suatu puisi. Dalam persajakan rima dapat dibedakan menurut: bunyi dan letak dalam
baris.
...1 Rima Awal
Dengan puisi aku bernyanyi
.............................................
Dengan puisi aku bercinta
.............................................
Dengan puisi aku mengenang
.............................................
Dengan puisi aku menangis
............................................
Dengan puisi aku mengutuk
.........................................
Dengan puisi aku berdoa
.........................................

... Rima Akhir

Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
NaIas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
. Citraan
Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau angan-angan pembaca puisi
atau karya sastra umum. Gambaran dalam angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh
penyair agar hal-hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana khusus
dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Citraan yang biasanya muncul dalam puisi antara lain:
citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan gerak, dan
citraan pencecapan.
..1 Citraan penglihatan
Citraan ini merupakan citraan saat penglihatan digugah untuk mencoba merasakan apa
yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi 'Dengan Puisi, Aku tidak terdapat citraan jenis ini.
.. Citraan Pendengaran
Citraan ini merupakan citraan manakala indra pendengaran akan digugah untuk
merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair. Dalam puisi 'Dengan Puisi, Aku tidak
terdapat citraan jenis ini.
.. Citraan Perabaan
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra peraba, sehingga dapat
merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.
..................................
Jarum waktu bila kejam 2engiris
..................................
Pembaca diharapkan merasakan seperti teriris ketika mendengar dan membaca baris puisi
tersebut.
..4 Citraan Penciuman
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra penciuman, sehingga
dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.
.........................................
afas za2an yang busuk
.........................................

..5 Citraan Gerak
Citraan jenis ini merupakan citraan yang menggambarkan gerak, atau menggambarkan
sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Dalam puisi
'Dengan Puisi, Aku tidak terdapat citraan jenis ini.
..6 Citraan Pencecapan
Citraan ini merupakan citraan saat pencecapan digugah untuk mencoba merasakan apa
yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi karya TauIiq Ismail ini tidak terdapat citraan jenis
ini.

.4. Penafsiran Puisi
engan puisi aku bernyanyi
Sampai senfa umurku nanti
Puisi ini adalah ungkapan seorang TauIiq Ismail, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat
bernyanyi sampai akhir hayatnya, karena nyanyian yang indah dapat menyenangkan
pendengarnya.
engan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Puisi adalah cinta, yang luas maknanya karena cinta itu universal dan bisa disampaikan melalui
puisi.
engan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan atang
Puisi adalah bagian dari keimanan, aku mengenang artinya mengingat sang Pencipta
untuk Keabadian yang akan datang, untuk mengingatkan diri agar tak lekang mengenang hari
akhir yang abadi.
engan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kefam mengiris
Puisi juga media untuk meratap, menangis, bila kesedihan tak tertahankan yang
diakibatkan diiris oleh waktu. Ketika waktu itu terlewati dengan hal-hal yang tidak bermanIaat
tentunya kita akan menyesal bagai teriris pisau.
engan puisi aku mengutuk
Nafas :aman yang busuk
Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan dan kesewenang-wenangan yang terasa
buruk dan busuk, sekaligus sebagai saksi dari berbagai peristiwa sejarah.
engan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan diri dengan sepenuh hati
kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.
4. Penutup
Analisis yang dilakukan pada puisi 'Dengan Puisi, Aku mencakup beberapa aspek atau
unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan (4)
penaIsiran puisi. Jenis puisi pada puisi 'Dengan Puisi, Aku karya TauIiq Ismail ini berjenis
puisi diaphan karena kata-kata kias pada isi puisi mudah dipahami oleh pembacanya. Bunyi dan
rima puisi 'Dengan Puisi, Aku terdapat pada penempatan rima yang khas, seperti terdapat rima
awal dan rima akhir. Citraan yang digunakan dalam puisi 'Dengan Puisi, Aku hanya ada dua
citraan yaitu citraan penciuman dan citraan perabaan. PenaIsiran puisi 'Dengan Puisi, Aku
adalah sepenuhnya bagaimana kita sebagai pembaca puisi dapat memanIaatkan media puisi
sebagai media yang baik dan bermanIaat untuk kehidupan di sekitar kita.

5. Daftar Pustaka
Mahayana, Maman S. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening
Publishing.
Sayuti, Suminto A. 2005. %aufiq Ismail. Karya dan unianya. Jakarta: PT Grasindo.
uharianto, S. 2005. 'Pengkajian Puisi. Buku Afar Mata Kuliah Pengkafian Puisi. Semarang:
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai