Anda di halaman 1dari 9

1

A. KONSEP KEBUTUHAN MANUSIA


Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan menuju ke jenjang kedeupan sedewasaan,
kehidupan seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan social psikologis semakin
banyak dibandingkan dengan kebutuhan Iisik karena pengalaman kehidupan
sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul karena adanyadorongan-dorongan
(motiI). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu ( Sumadi,
1971:70; LeIton, 1982:137)
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan
primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan
kebutuhan biologis atau oranik dan didorong oleh motiI asli.
Kebuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh
motiI yang dipelajari, seperti kebutuhan untuk mengejar pengetahuan, kebutuhan
untuk meliputi kebutuhan pola hidup bermasyarakat, alat transportasi, dan
semacamnya.

B. KEBUTUHAN DASAR INDIVIDU
!ada bayi, perilakunya didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan biologis ,
yakni kebutuhtan mempertahankan diri. Kebutuhan ini disebut diIenciency need
artinya kebutuhan untuk pertumbuhan dan memang diperlukan untuk
hidup(survival).
Remaja sebagai individu atau manusia pada umumnya juga mempunyai
kebutuhan dasar seorang individu. Dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan individu untuk mendapatkan teman sejawat.
2. Kebutuhan individu untuk mengembangkan diri dan memiliki benda yang
disenangi.
3. Kebutuhan individu untuk berhasil dan munculnya kebutuhan untuk
bersaing.
4. Kebutuhan individu untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta kasih.
Keempat macam kebutuhan tersebut bersiIat hierarki, dari kebutuhan
yang bertingkat rendah, yaitu kebutuhan jasmaniah, sampai dengan kebutuhan
yang bertingkat tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut lewis dan lewis(1993),kegiatan remaja atau manusia itu di
dorong oleh berbagai kebutuhan,yaitu:
a. Kebutuhan jasmaniah,
b. Kebutuhan psikologis,
c. Kebutuhan ekonomi,
2

d. Kebutuhan social,
e. Kebutuhan politik,
I. Kebutuhan penghargaan,dan
g. Kebutuhan aktualisasi diri.
. KEBUTUHAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH
(REMA1A) DAN PEMENUHANNYA.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa.
Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasiIikasikan menjadi
beberapa kelompok kebutuhan,yaitu:
1. Kebutuhan organic,yaitu makan,minum,bernapas,seks;
2. Kebutuhan emosional,yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan
pengakuan dari pihak lain dikenal dengan n`AII.
3. Kebutuhan berprestasi atau need oI achievement (yang dikenal dengan
n`Ach), yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikoIisis;
dan
4. Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-
kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Upaya untuk mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakkan menjadi
sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai,
baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan.
2. Sering para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-
perubahan Iisiknya. Hanya sedikit saja remaja yang merasa puas dengan
tubuhnya.
3. !erkembangan Iungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan
remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan
perilaku yang menentang norma.
4. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu
mendambakan kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu
untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi
masalah terutama masalah penyesuaian emosional, seperti perilaku yang
over acting, 'lancing, dan semacamnya.
5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan hidup mandiri secara
social, ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk
menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan.
3

6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat


merupakan masalah tersendiri bagi remaja; sedang dipihak remaja, ia
merasa memiliki nilai dan norma kehidupan yang dirasa lebih sesuai.
D. KEMANDIRIAN SEBAGAI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA
REMA1A
1. Pengertian Kemandirian
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya dan
ketergantungan dengan orang lain khususnya orang tua, yang dengan seiring
waktu berlalu dan perkembangan selanjutnya setiap individu akan perlahan lebih
mandiri. Kondisi demikian dinamakan proses alamiah yang dialami oleh semua
makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Bagi para orang tua diharapkan dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya, belajar mengambil inisiatiI, mengambil keputusan mengenai apa
yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
Dengan demikian anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang
sepenuhnya bergantung pada orang tua menjadi mandiri.
Menurut Sutari Inan Barnadib (1982), kemandirian itu meliputi 'perilaku
inisiatiI, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan
dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.. Robert Havighurst
(1972) juga berpendapat bahwa kemandirian itu terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
a. Kontrol emosi
b. Atur kondisi ekonomi
c. Kemampuan intelektual / mampu mengatasi masalah
d. Sosial / mampu berinteraksi sosial
Jadi, kemandirian itu merupakan sikap individu secara kumulatiI selama
perkembangan, dan menghadapi berbagai situasi sehingga mampu berIikir dan
bertindak sendiri untuk mengatasi berbagai situasi tersebut, dan dengan hal
tersebut diharapkan menjadi individu yang berkembang dan menjadi lebih
mantap.

4

. Proses Perkembangan Kemandirian


Ada berbagai runtutan proses dalam membentuk dan mengembangan
kemandirian seorang individu, diantaranya akan secara jelas terdeksripsi dalam
gambar D.1.







Gambar D.1 Skema !roses !erkembangan Kemandirian
. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja
Memperoleh kemandirian / kebebasan merupakan tugas bagi para remaja
untuk belajar dan melatih diri untuk lebih mampu bertanggung jawab atas
hidupnya masing-masing. Dalam pencarian identitas diri, remaja cenderung untuk
melepaskan diri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orang tuanya. Erikson
(dalam Hurlock, 1992) mengemukakan proses tersebut adalah proses mencari
identitas ego / pencarian diri sendiri. Dalam mencapai keinginan untuk mandiri
banyak juga terdapat hambatan-hambatan yang disebabkan masih adanya
kebutuhan untuk tetap bergantung pada orang lain. Misal, jika mengikuti
kehendak orang tua, dari segi ekonomi (biaya sekolah) akan terjamin karena orang
tua pasti akan membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan
orang tua bisa jadi orang tuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi ini
disebut keadaan yang ambivalensi dan akan menimbulkan konIlik pada diri
remaja.
kLSLMA1AN
UN1Uk
8LkkLM8ANG
LA1InAN SLCAkA
1LkUS MLNLkUS
DAN DILAkUkAN
SLIAk DINI SLSUAI
DLNGAN USIA
DAN
kLMAMUAN
MASINGMASING
MLMLkCLLn
nASIL MAMU
8LkIIkIk C8ILk1II
1IDAk MUDAn
DILNGAkUnI
8LkANI AM8IL
kLU1USAN
SLNDIkI LkCAA
DIkI 1IDAk LAGI
8LkGAN1UNG ADA
CkANG ] INDIVIDU
LAIN DLL (I1ULAn
ANG DISL8U1
MANDIkI)
5

Hambatan tersebut dapat mempengaruhi proses perkembangan


kemandirian sehingga menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya, ada pula yang Irustasi, memendam kemarahan, dll. Oleh
karena itu, pemahaman orang tua diperlukan dalam upaya mendapatkan titik
tengah penyelesaian konIlik-konIlik yang dihadapi remaja.
. Peran Orang Tua terhadap Pembentukan Kemandirian Remaja
Meskipun dunia pendidikan (sekolah) turut berperan dalam memberikan
kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama
dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Dan di dalam keluarga, orang
tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan
anak untuk menjadi lebih mandiri. Berikut ini adalah hal yang seharusnya
dilakukan orang tua dalam menyikapi tuntutan kemandirian seorang remaja.
a. Komunikasi dua arah
b. Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan permasalahan
yang sedang dihadapi anak
c. Mempupuk rasa tanggung jawab
d. Konsistensi dalam menerapkan disiplin dan menanamkan nilai-nilai /
aturan-aturan positiI sejak dini pada anak.
E. KEPERAYAAN DIRI SEBAGAI KEBUTUHAN REMA1A
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positiI seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positiI, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya/ situasi yang dihadapinya. Rasa percaya
diri yang tinggi hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut bahwa ia merasa memiliki kompetensi, yakin mampu dan
percaya bahwa dia bisa yang didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi,
serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.


6

. Karakteristik Individu yang Percaya Diri


Berikut ini adalah ciri karakteristik individu yang memiliki rasa percaya
diri.
a. !ercaya pada kemampuan diri
b. Tidak mewujudkan sikap konIormis demi diterima orang lain/kelompok
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan / berani jadi diri sendiri
d. !unya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil)
e. Internal Locus oI Control (memandang keberhasilan atau kegagalan itu
bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada
keadaan)
I. Bercara pandang positiI
g. Memiliki harapan yang realistik pada diri sendiri
. Perkembangan Rasa Percaya Diri
a. Pola Asuh
Meskipun banyak Iaktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
seseorang, Iaktor pola asuh dan interaksi di usia dini merupakan Iaktor yang amat
mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Anak dicintai dan dihargai bukan
bergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, naming karena eksistensinya.
b. Pola Pikir Negatif
!ola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan :
O Menekankan keharusan pada diri sendiri, dan jika gagal maka akan
merasa hancur.
O BerIikir dualisme dan totalitas, 'kalo saya gagal berarti saya jelek!
O !esimistik yang Iuturistik
O Tidak kritis dan selektiI terhadap selI-critism
O Labeling dengan sebutan negative 'saya itu bodoh
O Sulit menerima pujian
O Sering mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri
7

. Memupuk Rasa Percaya Diri


Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional individu harus
memulainya dari dalam diri sendiri. Yang harus dipertimbangkan saat mengalami
krisis kepercayaan diri.
a. Evaluasi Diri




Gambar E.1 Skema Evaluasi Diri
b. Beri Penghargaan yang 1ujur terhadap Diri
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang
dimiliki, dan ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi,
dan transIormasi diri sejak dulu hingga kini.
c. Positive Thinking
!erangilah semua persepsi negatiI yang muncul dalam benak. Katakan
pada diri sendiri bahwa NOBODYS PERFECT dan ITS OKAY IF I MADE A
MISTAKE. Jangan biarkan pikiran negatiI menguasi pikiran dan perasaan. Hati-
hatilah agar masa depan kita tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan
oleh pikiran yang keliru.
d. Self-Affirmation
Ini berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri
e. Berani Ambil Resiko (No Risk, No Gain)
Sebenarnya pasti ada banyak hal lain yang lebih eIektiI dan yang dapat
dipertimbangkan dan dilakukan dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Dengan
Belajar
menilai
diri dari
sisi negatiI
dan sisi
positiInya
!elajari
kendala
penghalang
dalam proses
perkembangan
diri
Hasil analisis
dan pemetaan
terhadap SWOT
(Strenghts,
Weaknesses,
Obstacles,
Threats)
Strategi
pengembangan
diri yang lebih
realistik
8

demikian, diharapkan akan terbebas dari krisis kepercayaan diri, namun tidak over
conIidence.
. IMPLIKASI PEMENUHAN KEBUTUHAN REMA1A TERHADAP
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
!emenuhan kebutuhan Iisik atau organik merupakan tugas pokok.
Kebutuhan ini harus dipenuhi karena merupakan kebutuhan untuk
mempertahankan kebutuhan agar tetap tegar (survival). Banyak jenis pendidikan
yang harus diterapkan dalam lembaga pendidikan / sekolah dalam menunjang
pemenuhan kebutuhan remaja (peserta didik) diantaranya pendidikan seksualitas
(agar peserta didik memahami tentang permasalah seksual lebih dini agar tidak
menyimpang dalam proses perkembangan diri khususnya dalam kebutuhan
seksual) dengan mengenalkan norma agama, norma hokum, norma sosial, ilmu
kesehatan tentang bahaya penyimpangan tindakan seksual dan lainnya.

9

KONSEP KEBUTUHAN DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi, Perkembangan Pesdik Smst. I )





Disusun oleh:
KELOM!OK 4 KELAS 1H
FITRI ANDRIYANI (1.11.08.0199)
RISKA RAMADHINI (3.11.08.0002)














S1 - KIP EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG 1ATI
IREBON
11

Anda mungkin juga menyukai