Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat
terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada
anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan eIektiI dari suatu bronkus lobar mengakibatkan
atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograI akan menunjukkan suatu bayangan
yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula
kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang
disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar. Atelektasis sebenarnya
bukan merupakan suatu jenis penyakit melainkan suatu keadaan yang berhubungan dengan
adanya proses penyakit parenkim paru. Atelektasis sering dikaitkan dengan terjadinya kolaps
alveolus, lobus atau unit paru yang lebih besar. Tapi secara istilah pengertian atelektasis
adalah kolaps alveoli.
Atelektasis dapat terjadi pada semua usia, baik wanita maupun pria.Namun pasien
yang lebih muda yaitu bayi lebih beresiko terkena atelaktasis dibandingkan dengan dewasa
ataupun orang tua.Atekektasis yang terjadi pada dewasa bisa diakibatkan oleh obstruksi jalan
naIas (bronkus), jika terjadi penyumbatan dalam saluran naIas maka udara di dalam alveoli
akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli menciut dan memadat.
Menurut penelitian pada tahin 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita
penyakit paru yang mengalami atelektasis. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu
mendapat perhatian dari perawat didalam merawat klien dengan penyakit paru yang
mengalamiatelektasis secara komprehensiI bio psiko social dan spiritual.






1.2 TU1UAN
1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan atelektasis.
Mengetahui Etiologi dan PatoIisiologi tentang Atelektasis.
3 Mengetahui macam-macam penyakit atelektasis.
4 Mengetahui gejala klinis tentang penyakit atelektasis.
5 Mengetahui cara pemeriksaan untuk pasien yang terserang penyakit atelektasis.
6 Mahasiswa mampu menjelaskan deIinisi, etiologi, patoIisiologi , maniIestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis atelektasis.
7 Mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan Asuhan Keperawatan klien dengan atelektasis
1.3MANFAAT
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan atelektasis


3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus ataupun bronkiolus) atau akibat pernaIasan yang
sangat dangkal. Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru, kolap ini dapat
meliputi subsegmen paru atau keseluruhan paru. (fiib.wordpress.com).
Atelektasis dapat terjadi pada semua usia, baik wanita maupun pria.Namun pasien
yang lebih muda yaitu bayi lebih beresiko terkena atelaktasis dibandingkan dengan
dewasa ataupun orang tua.Atekektasis yang terjadi pada dewasa bisa diakibatkan oleh
obstruksi jalan naIas (bronkus), jika terjadi penyumbatan dalam saluran naIas maka udara
di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli menciut dan
memadat.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari atelektasis adalah :
1. ObstruktiI
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga
bisa terjadi pada saluran pernaIasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan
oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam
bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti
tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernaIasan tersumbat,
udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan
menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel
darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami inIeksi.

. Non-obstruktiI :
- PasiI pneumothorax, operasi
- Cicatrix perlekatan-perlekatan
- Adhesive RDS (Respiratory Distress Syndrome)
Pneumonitis radiasi, pneumonia, uremia
- Kompresi Pneumothorax, pleural eIIusion, tumor.
4










2.3PATOFISIOLOGI
Obstruksi bronkhial karena adanya benda asing atau sumbatan eksudat kental
yang mengganggu saluran pernapasan dan menghambat udara masuk ke zona
alveolus dapat menyebabkan atelektasis. Udara yang berada dalam alveolus menjadi
sulit untuk keluar dari alveolus dan akan terabsorpsi sedikit demi sedikit ke aliran
darah yang menyebabkan alveolus kolaps (untuk mengembangkan alveolus yang
kolaps total diperlukan tekanan udara yang lebih besar seperti halnya seseorang harus
meniup balon lebih keras pada waktu mulai mengembangkan balon). Mekanisme ini
dikenal dengan atelektasis absorpsi dan dapat disebabkan oleh obstruksi bronkhus
intrinsik atau ekstrinsik.
Obstruksi bronkhus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat
yang tertahan, sedangkan obstruksi ekstrinsik pada bronkhus biasanya disebabkan
oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma, atau jaringan parut
paru akibat dari hiperakvitas dari proses tuberkulosis paru.
Risiko atelektasis meningkat pada klien dengan penurunan mekanis ketika
melakukan ventilasi seperti saat klien yang harus melakukan posisi supinasi,
membebat dada karena nyeri, depresi pernapasan akibat opioid, sedatiI, retakan otot,
dan distensi abdomen. Penderita atelektasis biasanya banyak dijumpai pada balita
yang lahir prematur dimana paru tidak dapat mengembang dengan sempurna
sehingga paru tampak padat dan kempis. Namun atelektasis juga bisa terjadi pada
dewasa yang mengalami obstruksi jalan naIas (bronkus) jika terjadi penyumbatan
dalam saluran naIas maka udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran dalah
sehingga alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut
dan memadat.
Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang
menghambat ekspansi normal paru pada saat inspirasi. Mekanisme ini disebut dengan
5

atelektasis tekanan. Proses tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya
penumpukan cairan di dalam thoraks (eIusi pleura), udara di dalam rongga pleura
(pneumothoraks), pembesaran jantung, distensi perikardium oleh cairan (eIttsi
perikardial), pertumbuhan tumor di dalam thoraks, atau kenaikan diaIragma ke arah
atas akibat adanya tekanan abdominal yang dialami klien. Penderita dengan
atelektasis jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kematian.
2.4 KLASIFIKASI ATELEKTASIS
Berdasarkan Iactor yang menimbulkan atelektasis dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Atelektasis Bawaan (Neonatorum)
Atelektasis bawaanadalah atelektasis yang terjadi sejak lahir, dimana paru-paru
tidak mengembang sempurna. Terjadi pada bayi(aterm?prematur) yang dilahirkan
dalam kondisi telah meninggal (still born) atau lahir dalam keadaan hidup lalu
bertahan hanya beberapa hari dengan pernaIadan buruk.
Atelektasis resorbsi yaitu kondisi bayi yang mampu bernaIas dengan baik,
tetapi terjadi hambatan pada jalan naIas yang mengakibatkan udara dalam
alveolus diserap sehinggga alveolus mengempis kembali.
. Atelektasis didapat
Atelektasis didapat dibagi menjadi:
a) Atelektasis Obstruksi
Terjadi akibat adanya obstruksi total pada jalan naIas, mulai darri laring
sampai dengan bronkiolus. Udara dalam alveolus diserap sampai rongga
alveolikolaps. Actor lain penyebab atelektasis adalah melemahnya gerakan
naIas (otot parasternal/diaIragma).
Atelektasis obstruksi dapat terjadi pada pasien dengan:
1) Asma Bronkial
) Bronchitis kronis
3) Bronkhiektasis
4) Aspirasi benda asing
5) Pasca bedah
6) Aspirasi drah beku
7) Neoplasma bronkus
Kondisi lain yang dapat menyebabkan atelektasis obstruksi antara lain usia dan
kondisi tubuh dengan kesadaran menurun yang mengakibatkan kelemahan
otot-otot napas sehingga tidak dapat mengeluarkan sumbatan pada jalan naIas.
6

Gejala klinis: dispnea, sianosis dan kolaps, bagian dada yang atelektasis
tidakbergerak, dan pernapasan terdorong kearah yang sakit. Padapemeriksaan
Ioto toraks didapatkan bayangan padat serta diagIragma menonjol ke atas.
b) Atelektasis Kompresi
Tejadi akibat tekanan dari luar. Tekanan dapat bersiIat:
1) Menyeluruh (complete)
a. Terjadi bila tekanan besar dan merata.
b. Terjadi pada: hidrotoraks, hemotoraks, empiema, dan
pneumotoaks.
) Sebagian (partial)
a. Terjadi bila tekanan hanya terlokalisasi 9setempat).
b. Terjadi misalnya pada: tumor dan kardiomegali.

Menurut luasnya atelektasis dibagi :
1. Massive atelectase, mengenai satu paru
. Satu lobus, percabangan main bronchus
3.Satu segmen segmental atelectase
4.Platelike atelectase,berbentuk garis. Misal:Fleischner lineoleh tumor paru

2.5 MANIFESTASI KLINIS
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak napas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya bisa
berupa gangguan pernaIasan, nyeri dada dan batuk. Jika disertai inIeksi bias terjadi
demam dan peningkatan denyut jantung, kadang bias terjadi syok (tekanan darah
sangat rendah).
Gejala tergantung pada berapa banyak dari paru-paru yang terlibat. Seseorang
mungkin tidak menyadari atelektasis jika hanya sebagian kecil dari paru-paru yang
terlibat. Tetapi jika sebagian besar paru-paru yang terlibat, seseorang mungkin
memiliki gejala-gejala berikut :
- Sesak naIas
- Kelelahan
- Demam
- Nyeri dada pada sisi yang terkena
- Sianosis, warna biru di kulit menunjukan bahwa jaringan kekurangan oksigen.
7


a. Pemeriksaan Iisik
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil
pemeriksaan Iisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan adalah :
1.Inspeksi berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit
. Palpasi Iremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser ke arah sisi yang
sakit
3. Perkusi pekak atau datar
4. Auskustasi suara pernapasan tidak terdengar
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis pada atelektasis dengan penyebab TB paru sering
ditemukan adanya inIiltrat khas TB paru dan gambaran adanya atelektasis paru.

2.6 GAMBAR-GAMBAR ATELETAKSIS
Kolaps Lobus Atas Kanan















oto PA
Densitas uniIorm akibat
lobus kanan yang kolaps
dan mengkerut (panah).
Fisura interlobaris kanan
bergeser ke atas ke arah
mediastinum (panah lebar)

oto Lateral
obus yang kolaps tidak
terlihat. Ini akan
membedakannya dengan
pneumonia. Konsolidasi
akan bisa dilihat dari kedua
proyeksi tetapi kolaps
mungkin hanya bisa dilihat
dari satu proyeksi saja.



Kolaps Lobus Medius Kanan
















Kolaps Lobus Bawah Kanan










oto PA
Terlihat densitas didekat
jantung pada lapangan
tengah dekat hilus.
Bentuknya mirip segitiga.
Bagian paru yang lain
nampak bersih.
oto Lateral
Kolaps lobus medius
selalu lebih jelas terlihat
pada proyeksi lateral,
terutama pada anak-anak.
Terlihat densitas
berbentuk segitiga
dibagian depan,
menunjukkan kolaps lobus
medius (panah).

oto PA
Hipertranslusen pada lobus kanan
atas, terjadi karena adanya
peningkatan volume sebagai
kompensasi.
obus bawah kanan kolaps ke arah
jantung dan mediastinum (panah)
dan menghilangkan sinus
cardiophrenicus. Batas lateralnya
tegas. Hilus kanan 'menghilang
karena pembuluh darah paru pindah
ke arah jantung sebagai akibat
kolaps paru.

9


Kolaps Lobus Medius dan Lobus Bawah Kanan








Kolaps Lobus Bawah Kiri

















oto PA
Hipertranslusen lobus atas
kanan (panah lebar).
Bila dibandingkan dengan
kolaps lobus bawah kanan
saja, densitas pada Ioto ini
lebih luas dan batasnya
kurang tegas.
oto PA
Terlihat pergeseran ringan jantung dan
mediastinum ke kiri.
Hilus kiri turun dibawah hilus kanan
(panah).
Terlihat penurunan corakan vaskular
pada bagian paru kiri yang over-
expanded (panah lebar). obus bawah
yang kolaps tidak terlihat pada Ioto
yang kurang keras ini (bandingkan
dengan Ioto 'keras dibawah ini).

oto 'keras` PA (Penderita yang
sama)
Untuk mendapatkan hasil seperti
ini, dipakai teknik dasar Ioto thorax
PA tetapi mAs ditingkatkan kali
lipat.
Densitas berbentuk segitiga di
belakang jantung adalah lobus
bawah kiri yang kolaps (panah).
Biasanya sulit untuk melihat lobus
bawah yang kolaps pada Ioto
lateral.

10


ko|aps Lobus Atas k|r|



















2.7PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Bronkoskopi
. Dapat ditemukan obstruksi
3. Masa
4. Corpus alienum

2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan yaitu untuk mengeluarkan dahak atau benda asing
dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali
bisa mengembang
oto PA
obus atas kiri kolaps ke
arah mediastinum (panah
lebar).Mediastinum sedikit
bergeser kekiri : pada kiri
pembuluh darah paru lebih
tersebar dibandingkan pada
sisi kanan, akibat adanya
overinIlasi pada sisa paru
kiri sebagai kompensasl

oto lateral
obus atas kiri yang kolaps
sulit untuk diidentiIikasikan
karena kolapsnya ke arah
mediastinum. Hanya terlihat
tepi belakangnya saja
(panah).
11

. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
3. atihan menarik naIas dalam (spirometri insentif)
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua inIeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
. Pada kasus tertentu, jika inIeksinya bersiIat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena
mungkin perlu diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan
parut ataupun kerusakan lainnya.

2.9 PENCEGAHAN
Pengobatan atelektasis didasarkan pada etiologi penyakit. Namun demikian
pencegahan adalah Iaktor terpenting. Kerangka kerja terapi yang mendasar adalah
mobilisasi dini dan perubahan posisi sering pada klien tirah baring atau klien
pascaoprasi. Napas dalam dengan teratur penting karena pada klien ini umunya terjadi
penurunan kesadaran akibat pengaruh anestesi, penurunan mobilitas, dan nyeri
(Hanneman, 1995). Bronchodilator dan mukolitik, jika diindikasikan, dan Iisioterapi
dada akan sangat membantu, ventilasi yang adekuat dapat ditingkatkan denan
perubahan posisi, batuk eIektiI, napas dalam, atau spirometri insentiI.
Tanggung jawab keperawatan dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan
kesehatan tentang pentingnya teknik pernapasan termasuk latihan napas dalam dan
teknik batuk eIektiI, dan aktiIitas Iisik lainnya sesuai dengan toleransi klien. Tindakan
ini terutama penting untuk klien pascaoperatiI dan tirah baring.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis:
1. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernaIas dalam,
batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan
dengan berhenti merokok dalam 6- minggu sebelum pembedahan.
1

. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan
pernaIasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan
alat bantu mekanis untuk membantu pernaIasannya. Mesin ini akan menghasilkan
tekanan terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun pada akhir dari suatu
pernaIasan, saluran pernaIasan tidak dapat menciut.
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas : -
1. Umur : Anak-anak cenderung mengalami inIeksi virus dibanding dewasa.
. Tempat tinggal : ingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar
3. Keluhan utama : Kehilangan naIsu makan, mual/muntah, Sakit kepala daerah
Irontal ( inIluenza ), Nyeri dada ( pleuritik ), meningkat oleh batuk, pernaIasan
dangkal.
4. Riwayat Penyakit Sekarang: Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah
sesak naIas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi.
Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai demam
(seizure).
5. Pemeriksaan Iisik :
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang
terjadi. Hasil pemeriksaan Iisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering
ditemukan adalah :
1. Inspeksi berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit
. Palpasi Iremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser ke arah
sisi yang sakit
3. Perkusi pekak atau datar
4. Auskustasi suara pernapasan tidak terdengar
SubyektiI : -
ObyektiI : Kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan.
13

WOC ATELEKTASIS







ObstruktiI :
Gumpalan lendir
Tumor
Benda asing
Pembesaran
kelenjar getah
bening
Non ObstruktiI :
Pneumothorax, Operasi
Perlekatan
RDS (Respiratory Distress
Syndrome) Pneumonitis radiasi,
Pneumonia, Uremia.
Pneumothorax, Pleural eIusion

Penyumbatan
bronkus
Gerak pernaIasan
terhambat
Udara di dalam
alveoli terserap ke
dalam aliran darah
Alveoli menciut
dan memadat
Jaringan paru-
paru mengkerut
Terisi dengan:
1. Sel darah
. Serum
3. endir

InIeksi
Bayi Prematur
ATEEKTASIS
8eaksl Lubuh
berusaha
mengeluarkan
obsLruksl dengan
cara baLuk
B1 (Breathing)
B (Blood) B6 (Bone)
B5 (Bowel)
roduksl sekreL
InIlamasi pada
bronkus
Produksi
sekret
Penyempit
an bronkus
Dypsnea
Ekspansi paru
Alveoli
memadat
Takikardi
MK :
Pola naIas
tidak eIektiI
Suplay O


dalam
tubuh
MK :
Gangguan pertukaran gas
Kelemahan
MK :
Intoleransi
aktivitas
Anorexia
NaIsu makan
MK :
Nutrisi
kebutuhan tubuh
MK :
Bersihan
jalan tidak
eIektiI
14

PENEGAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan Iisik. Rontgen
dada akan menunjukkan adanya daerah bebas udara di paru-paru. Untuk menentukan
penyebab terjadinya penyumbatan mungkin perlu dilakukan pemeriksaan % - scan atau
bronkoskopi serat optik.
Kolaps dapat didiagnosa dengan adanya :
a. Peningkatan densitas dan menggerombolnya pembuluh darah paru
b. Perubahan letak hilus atau Iisura (keatas atau ke bawah). Pada keadaan normal letak
hilus kanan lebih rendah dari hilus kiri
c. Pergeseran trakea, mediastinum atau Iisura interlobaris ke arah bagian paru yang
kolaps
d. Sisa paru bisa amat berkembang (over-expanded) dan demikian menjadi
hipertransluse.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak eIektiI berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental,
batuk tidak eIektiI.
. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan volume paru
3. Intolernsi aktiIitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah (kelelahan)
sekunder terhadap peningkatan upaya pernapasan
4. Nyeri berhubungan dengan proses inIlamasi paru
5. Cemas / takut berhubungan dengan hospitalisasi (ICU)
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inIormasi mengenai proses
penyakit, prosedur perawatan di rumah sakit.








15

Intervensi
No
Diagnosa
Keperawatan
Hasil yang diharapkan
Intervensi

1

Bersihan jalan
naIas tidak eIektiI
berhubungan
dengan produk
mucus berlebihan
dan kental, batuk
tidak eIektiI.


Bersihan jalan naIas
kembali eIektiI ditandai
dengan :
Suara naIas paru bersih
dan sama pada kedua
sisi
aju naIas dalam
rentang normal
Tidak terdapat batuk,
cyanosisi, haluaran
hidung, retraksi dan
diaphoresis

1. akukan pengkajian tiap
4 jam terhadap RR, S,
dan tanda-tanda
keeIektiIan jalan napas
. akukan Phisioterapi
dada secara terjadwal
3. Berikan Oksigen
lembab, kaji keeIektiIan
terapi
4. Berikan antibiotik dan
antipiretik sesuai order,
kaji keeIektiIan dan eIek
samping (ruam, diare)
5. akukan pengecekan
hitung SDM dan photo
thoraks
6. akukan suction secara
bertahap
7. Catat hasil pulse
oximeter bila terpasang,
tiap 4 jam










Pola naIas tidak
eIektiI berhubungan
dengan penyakit
ekspansi paru





RR 16-0x/menit
Pengembangan dada
simetris
Perkusi sonor
Auskultasi normal
vesikuler
Sesak berkurang


1. akukan pengkajian tiap
4 jam terhadap RR, S,
dan tanda-tanda
keeIektiIan jalan napas
. akukan pemeriksaan
Iisik seperti palpasi
untuk pengetahui
kesimetrisan dada
16
















3.















Gangguan
pertukaran Gas
berhubungan
dengan penurunan
volume paru
















-Menunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi
jaringan dengan BGA
dalam rentang normal dan
tak ada gejala distres
pernaIasan.
PO

95-100 mmHg
CO

35-45 mmHg
FiO

~ 95
Mampu berpartisipasi
dalam tindakan untuk
memaksimalkan oksigen
3. akukan pemeriksaan
Iisik seperti perkusi
untuk mengetahui bunyi
pada lapang paru
4. akukan pemeriksaan
Iisik seperti auskultasi
untuk mendengarkan
suara yang normal
(vesikuler)
5. Berikan alat bantu
pernaIasan seperti
ventilator untuk
meringakan sesak pada
pasien

1. Kaji Irekuensi,
kedalaman, dan
kemudahan bernaIas.
. Observasi warna kulit,
membrane mukosa, dan
kuku, catat adanya
sianosis periIer (kuku)
atau sianosis sentral
(sirkumolar)
3. Awasi Irekuensi
jantung/irama
4. Pertahankan istirahat
tidur. Dorong
menggunakan teknik
relaksasi dan aktivitas
senggang.
5. Tinggikan kepala dan
dorong sering mengubah
posisi, naIas dalam, dan
batuk eIektiI.
17

6. Kolaborasi :
Berikan terapi
oksigen dengan benar,
missal : Dengan nasal
prong, masker,
masker venture.
Awasi BGA dan nadi
oksimetri

4..

Intolernsi
aktiIitas
berhubungan
dengan keadaan
tubuh yang
lemah
(kelelahan)
sekunder
terhadap
peningkatan
upaya
pernapasan


- Terpenuhinya aktivitas
secara optimal, pasien
kelihatan segar dan pasien
mampu melakukan
aktivitas personal hygiene
yang baik


1. Evaluasi respon pasien
saat beraktivitas, catat
keluhan dan tingkat
aktivitas serta adanya
perubahan tanda-tanda
vital.
. Bantu Px memenuhi
kebutuhannya.
3. Awasi Px saat
melakukan aktivitas
4. ibatkan keluarga dalam
perawatan pasien.
5. Jelaskan pada pasien
tentang perlunya
keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat.
6. Motivasi dan awasi
pasien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap.





1

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernaIasan yang sangat
dangkal.Penyebab dari atelektasis bisa bersiIat obstruktiI maupun non-obstruktiI. Penyebab
obstruktiI bisa berasal dari dalam saluran pernaIasan maupun dari luar saluran pernaIasan.
Sedangkan penyebab non-obstruktiI bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau
pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan Iisis.
Secara radiograI akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus.
B. SARAN
Atelektasis merupakan penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat karena
sebagian angka mortalitas dari penyakit gangguan pola naIas adalah atelektasis. Penanganan
yang baik dan pendiagnosaan yang tepat akan memberikan ketepatan dalam pencegahan
penyakit ini.

19

DAFTAR PUSTAKA

http://www.detikhealth.com/read/010/01/7/1044/1700/770/atelektasis diakses 19
Sepetember 011 (1:7)
Muttaqin AriI.005.uku Afar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Pernapasan.Salemba Medika
http://manaIners.wordpress.com/011/05/15/asuhan-keperawatan-atelektasis/ diakses 19
Sepetember 011 (1:7)
Carpenito, ynda Juall. 007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Harrison.Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jolume3.Yogyakarta:Kedokteran EGC, 1995
: 17

Anda mungkin juga menyukai