Lusiana
Septian Gama Yudha
Monique Prayantini
Group 6
Sisca Herliana
Viny Devita
Sri Rahayu
RATIO PROFITABILITAS
RATIO PROFITABILITAS
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi
Ukuran Ratio:
Profit Margin BEP
(Basic Earning Power)
ROA/ROI
(Return on Assets/Investment)
ROE
(Return on Equity)
PROFIT MARGIN
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai
Rumus:
Rumus:
Rumus:
Rumus:
KESIMPULAN a. 2010 Ratio GPM Bukit Asam tahun 2010 menurun + 8%, tetapi masih diatas 45%.
Ratio % decimal
b. 2009 Ratio GPM Bukit Asam tahun 2009 meningkat + 6%, bahkan berada diatas 50%. c. 2008 Ratio GPM Bukit Asam tahun 2008 meningkat + 9%, menuju 50%.
d. 2007 Ratio GPM Bukit Asam tahun 2007 meningkat + 2%, menuju 40%.
e. 2006 Ratio GPM Bukit Asam pada tahun 2006 cukup baik karena berada diatas 35%.
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari Gross Profit Margin, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan yang cukup bagus, karena semakin tinggi margin laba kotor perusahaan maka semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Jika dilihat selama 5 tahun terakhir, ratio GPM Bukit Asam terus mengalami peningkatan dari 37% ke 54%, meskipun di tahun 2010 mengalami penurunan dari 54% ke 46%, tapi setiap tahun perusahaan mengalami rata-rata peningkatan ratio GPM sebesar 5,7% (3x kenaikan dan 1x penurunan).
KESIMPULAN
Ratio % decimal
Meskipun mengalami penurunan 10% dari tahun sebelumnya, ratio OPM Bukit Asam pada tahun 2010 masih baik karena persentasenya masih berada diatas 25%, yang artinya laba perusahaan setelah dikurangi penyusutan adalah + 1/3,4 dari salesnya.
Ratio OPM Bukit Asam pada tahun 2009 sangat bagus karena persentasenya berada diatas 35%, meningkat 5% dari tahun sebelumnya (EBIT = + 1/2,5 dari penjualan) Ratio OPM Bukit Asam pada tahun 2008 baik karena persentasenya berada diatas 30%, meningkat 12% dari tahun sebelumnya (EBIT = + 1/2,9 dari penjualan)
Ratio OPM Bukit Asam pada tahun 2007 cukup baik karena persentasenya berada diatas 20%, meningkat 4% dari tahun sebelumnya (EBIT = + 1/4,4 dari penjualan) Ratio OPM Bukit Asam pada tahun 2006 masih berada dalam posisi yang aman karena masih mengalami laba meskipun hanya 18% tapi masih berada di atas 15%, yang artinya laba perusahaan setelah dikurangi penyusutan adalah + 1/5,5 dari penjualannya.
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari Operating Profit Margin, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan yang cukup bagus, karena semakin tinggi margin laba operasi perusahaan maka semakin bagus, karena itu artinya biaya operasional perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba operasi semakin tinggi biaya operasional yang ditanggung perusahaan. Jika dilihat selama 5 tahun terakhir, ratio OPM Bukit Asam terus mengalami peningkatan dari 18% ke 39%, meskipun di tahun 2010 mengalami penurunan dari 39% ke 29%, tapi setiap tahun perusahaan mengalami rata-rata peningkatan ratio OPM sebesar 7% (3x kenaikan dan 1x penurunan).
KESIMPULAN
Ratio % decimal
Meskipun mengalami penurunan 5% dari tahun sebelumnya, ratio NPM Bukit Asam pada tahun 2010 masih baik karena persentasenya masih berada diatas 25%, yang artinya laba perusahaan setelah dikurangi pajak adalah + dari salesnya.
Ratio NPM Bukit Asam pada tahun 2009 sangat bagus karena persentasenya berada diatas 30%, meningkat 7% dari tahun sebelumnya (EAT = + 1/3,3 dari penjualan) Ratio NPM Bukit Asam pada tahun 2008 baik karena persentasenya berada diatas 20%, meningkat 5% dari tahun sebelumnya (EAT = + 1/4,3 dari penjualan)
Ratio NPM Bukit Asam pada tahun 2007 cukup baik karena persentasenya berada diatas 15%, meningkat 5% dari tahun sebelumnya (EAT = + 1/5,5 dari penjualan) Ratio NPM Bukit Asam pada tahun 2006 masih berada dalam posisi yang aman karena masih mengalami laba meskipun hanya 13% tapi masih berada di atas 10%, yang artinya laba perusahaan setelah dikurangi pajak adalah + 1/7,3 dari penjualannya.
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari Net Profit Margin, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan yang cukup bagus, karena semakin tinggi margin laba bersih perusahaan maka semakin bagus, karena itu artinya biaya bunga dan pajak perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba bersih semakin tinggi biaya bunga dan pajak yang ditanggung perusahaan. Jika dilihat selama 5 tahun terakhir, ratio NPM Bukit Asam terus mengalami peningkatan dari 13% ke 30%, meskipun di tahun 2010 mengalami penurunan dari 30% ke 25%, tapi setiap tahun perusahaan mengalami rata-rata peningkatan ratio NPM sebesar 5,7% (3x kenaikan dan 1x penurunan).
GPM
OPM
NPM
KESIMPULAN a. 2010 Kemampuan Bukit Asam untuk menghasilkan keuntungan netto adalah sebesar 0.26x dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. b. 2009 Kemampuan Bukit Asam untuk menghasilkan keuntungan netto adalah sebesar 0.44x dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. c. 2008 Kemampuan Bukit Asam untuk menghasilkan keuntungan netto adalah sebesar 0.41x dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. d. 2007 Kemampuan Bukit Asam untuk menghasilkan keuntungan netto adalah sebesar 0.24x dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. e. 2006 Kemampuan Bukit Asam untuk menghasilkan keuntungan netto adalah sebesar 0.86x dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Ratio % decimal
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari BEP, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan sangat fluktuatif karena hasil ratio BEPnya mengalami 2x kenaikan di tahun 2008 & 2009 dan mengalami 2x penurunan di tahun 2007 & 2010. Jika dilihat selama 5 tahun terakhir, kemampuan Bukit Asam untuk menghasilkan keuntungan netto dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki adalah hanya sebesar 0.4x atau 0,4 : 1.
KESIMPULAN a. 2010 Ratio ROA Bukit Asam pada tahun 2010 kurang baik karena mengalami penurunan dari tahun lalu sebesar 11%. Artinya dr Rp 1 aktiva yang dimiliki, perusahaan hanya bs menghasilkan laba sbsr Rp 0,22. b. 2009 Ratio ROA Bukit Asam pada tahun 2009 cukup baik karena mengalami kenaikan dari tahun lalu sebesar 5% .Artinya dari setiap Rp 1 aktiva yang dimiliiki, perusahaan bs menghasilkan laba sebesar Rp 0,33. c. 2008 Ratio ROA Bukit Asam pada tahun 2008 cukup baik karena mengalami kenaikan dari tahun lalu sebesar 9%. Artinya dr setiap Rp 1 aktiva yang dimiliki, perusahaan bs menghasilkan laba sebesar Rp 0,28. d. 2007 Ratio ROA Bukit Asam pada tahun 2007 kurang baik, krn mengalami penurunan yang drastis dari 64% ke 19%. Artinya dari setiap Rp 1 aktiva yg dimiliki,perusahaan hanya bs menghasilkan laba sbsr Rp 0,19. e. 2006 Ratio ROA Bukit Asam pada th 2006 sangat baik, karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih adalah 0,64x dari total aktivanya. Bisa dikatakan dengan Rp 1 aktiva yang dimiliki, perusahaan dapat menghasilkan laba sebesar Rp. 0,64.
Ratio % decimal
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari ROA, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan yang kurang bagus, karena semakin rendah ratio ROAnya, maka bisa dikatakan semakin buruk kinerja perusahaan yang dinilai dari total aktiva yang dimiliki. Selama 5 tahun terakhir persentase kenaikan & penurunan ROA Bukit Asam cukup fluktuatif, mengalami 2x penurunan di tahun 2007 dan 2010, juga kenaikan di tahun 2008 dan 2009. Namun ratio ROA kurang efektif dilakukan dalam menilai kemampuan semua aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba bersih, karena tidak semua unsur aktiva perusahaan digunakan untuk proses produksi.
BEP
Ratio 2010 % 26.4157% decimal 0.264157 Pembilang by
produksi by operasional
Ratio % decimal
ROA
Ratio decimal
2010
748.7244%
2009 22.258416
2008 13.611096
2007 9.164264
2006 476.272195
KESIMPULAN a. 2010 Ratio ROI Bukit Asam pada tahun 2010 kurang baik karena mengalami penurunan yang cukup fluktuatif dari tahun lalu sebesar 14,77x. Artinya dari Rp 1 kegiatan investasi yang dilakukan, perusahaan hanya bisa menghasilkan laba sebesar Rp 7. b. 2009
7.487244
2225.8416% 1361.1096%
916.4264% 47627.2195%
Ratio ROI Bukit Asam pada tahun 2009 sangat baik karena mengalami kenaikan dari tahun lalu sebesar 8,65.x Artinya dari Rp 1 kegiatan investasi yg dilakukan,perusahaan bs menghasilkan laba sbsr Rp 22. c. 2008 Ratio ROI Bukit Asam pada tahun 2008 cukup baik karena mengalami kenaikan dari tahun lalu sebesar 4.45x. Artinya dari Rp 1 kegiatan investasi yg dilakukan, perusahaan bs menghasilkan laba sbsr Rp 13. d. 2007 Ratio ROI Bukit Asam pada tahun 2007 baik, meskipun mengalami penurunan yang drastis dari 476,27x ke 9,16x,namun dr Rp 1 kegiatan investasi yg dilakukan,perusahaan msh bs menghasilkan laba sbsr Rp 9. e. 2006 Ratio ROI Bukit Asam pada tahun 2006 sangat baik, karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih adalah 476x dari total investasinya. Artinya dengan Rp 1 kegiatan investasi yang dilakukan,
perusahaan dapat menghasilkan laba sebesar Rp. 476.
2010
748.7244%
2009 22.258416
2008 13.611096
2007 9.164264
2006 476.272195
7.487244
2225.8416% 1361.1096%
916.4264% 47627.2195%
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari ROI, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan yang sangat baik, karena semakin tinggi rasio ROInya, maka semakin bagus kinerja perusahaan (laba bersih yang dihasilkan) yang dibiayai dengan kegiatan investasi. Meskipun selama 5 tahun terakhir persentase kenaikan & penurunan ROI Bukit Asam sangat fluktuatif sekali, tetapi secara rata-rata ratio ROI Bukit Asam masih diatas 105x dari total investasinya.
Ratio % decimal
KESIMPULAN Ratio ROE Bukit Asam pada tahun 2010 cukup baik, meskipun menurun sebesar 63.5% dari tahun lalu, tetapi masih berbanding 1,7 :1 terhadap modal sendiri. Dengan kemampuan modal sendiri, perusahaan masih bisa menghasilkan laba 73% dari jumlah modal sendiri yang ditanamkan. Ratio ROE Bukit Asam pada tahun 2009 sangat baik, karena persentasenya berada diatas 200% (2,3:1). Dg kemampuan modal sendiri, perusahaan bs menghasilkan laba 136% dari jmlh modal sendiri yg ditanamkan. Ratio ROE Bukit Asam pada tahun 2008 sudah lebih baik, karena persentasenya sudah diatas 100%. Laba bersih sudah berbanding + 1.5 dari modal sendiri yang ditanamkan (1,5 : 1). Artinya hasil kinerja perusahaan sudah bisa menutupi modal sendiri yang digunakan untuk membiayai kegiatan produksi & operasional perusahaan, bahkan menghasilkan laba 49% dari jumlah modal sendiri yang ditanamkan. Ratio ROE Bukit Asam pada tahun 2007 masih kurang baik, karena persentasenya masih dibawah 100%. Meskipun persentasenya meningkat sebesar 24% dari tahun lalu, tetapi belum bisa menutupi jumlah modal sendiri yg sdh ditanamkan utk kegiatan produksi & operasional perusahaan (masih belum balik modal). Ratio ROE Bukit Asam pada tahun 2006 kurang baik, karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba hanya 42% dari modal sendiri (masih berada dibawah 50%). Artinya hasil kinerja perusahaan belum bisa menutupi modal sendiri yg sdh ditanamkan utk kegiatan produksi & operasional (belum balik modal).
Kesimpulan Akhir:
Secara keseluruhan jika dianalisis dari ROE, Bukit Asam tergolong ke dalam kondisi perusahaan yang cukup sehat, karena semakin tinggi rasio ROEnya, maka semakin bagus kinerja perusahaan yang hanya dibiayai dengan modal sendiri yang diharapkan akan dibagikan kepada para pemegang saham. Selama 5 tahun terakhir rasio ROE Bukit Asam terus meningkat dari 42% ke 237%, meskipun mengalami penurunan sebesar 63% di tahun 2010, tetapi persentasenya masih berada di atas 100%.
KESIMPULAN
ROE
Diversifikasi
100%
Profitable
Sales
D I r I n g i
Investasi
Usaha
% ROA
RENDAH
Kas Menganggur
% ROI
TINGGI
Laba
TERIMA
KASIH