NAMA : SAKINAH AMIR NIM : K 211 10 272 KELOMPOK : I (SATU) TGL PRAKTIKUM : 26 SEPTEMBER 2011 ASISTEN : ANDI MUTHMAINNAH
LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan komponen penting dari tubuh kita. Semua reaksi biokimia di dalam sel dan jaringan terjadi di dalam medium air. Panas jenis air yang tinggi menyebabkan air sanggup menyerap panas yang banyak tanpa kenaikan suhu yang menyolok. Dengan demikian suhu tubuh dapat dipertahankan berIluktuasi dalam batas-batas yang sempit saja, meskipun mengalami penambahan kadar kalori yang besar, misalnya ketika melakukan pekerjaan berat. Panas penguapan yang besar juga membantu pembuangan panas badan dengan cepat dengan jalan penguapan keringat yang meningkat 1 . Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda- beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolymer, dan sebagainya. Bahan pangan kita baik yang buah, sayuran, daging, maupun susu, telah banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi matang selalu bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel yang hanya mengandung 10 air akan dapat menghasilkan buah apel yang kadar airnya 80, nanas mempunyai kadar air 87, dan tomat 95. Buah yang paling banyak kandungan airnya adalah semangka dengan kadar air 97 2 . Penetapan kadar air yang ideal hendaknya memenuhi syarat seperti cepat, prosedur sederhana, penerapannya luas, dapat dilakukan oleh setiap orang dengan hanya training singkat, biaya relatiI rendah, cukup teliti dan tepat dan tidak berbahaya. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk penentuan kadar air. Pemilihan terhadap metode tertentu ditentukan oleh beberapa Iactor, antara lain : bentuk air yang terdapat, siIat bahan pangan yang dianalisis, jumlah relative air yang terdapat dalam bahan pangan, kecepatan analisis, ketepatan yang diinginkan, ketersediaan peralatan dan biaya yang diperlukan 4 . Berdasarkan hal yang disebutkan diatas maka dilakukanlah percobaan ini untuk megetahui kadar air dalam suatu bahan.
I.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Untuk menentukan kadar air dalam bahan pangan dengan metode oven biasa. 2. Untuk menentukan kadar air dalam bahan pangan dengan metode oven vakum.
BAB II TIN1AUAN PUSTAKA Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan Iungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta citarasa makanan kita. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu 2 . Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahakan atau yang berasal dari bahan itu sendiri 2 . Sumber air dapat digolongkan menjadi dua yaitu : air permukaan misalnya air danau, sungai, bendungan, air hujan, dan air dalam tanah misalnya sumur dan artesis. Dipandang dari kandungan bahan organiknya, jumlah mikrobianya dan kandungan mineralnya, air yang berasal dari daerah permukaan dan dari dalam tanah dapat berbeda 3 . Dari siIat-siIat umum tersebut air yang akan dipakai untuk keperluan khusus mungkin harus mengalami perlakuan terlebih dahulu misalnya sterilisasi, pengurangan kesadahan, penurunan Biochemical Oxygen Demand dan sebagainya. Kualitas air untuk berbagai keperluan, ditentukan berdasarkan tiga Iaktor berikut 3 : 1. SiIat Iisiknya : warna, bau, rasa, kekeruhan 2. SiIat kimiawinya yaitu padatan dan gas yang terlarut, pH, kesadahan. 3. Kandungan mikrobianya misalnya algae, bakteri patogen, bakteri bukan patogen. Kandungan air dari suatu bahan pangan perlu diketahui terutama untuk menentukan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Jumlah kadar air yang terdapat di dalam suatu bahan pangan sangat berpengaruh atas seluruh susunan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Kalau kita ingin menentukan kandungan vitamin dari suatu bahan pangan misalnya, mak akan sukar untuk menentukan berapa persentasenya dalam bahan tersebut bila kandungan airnya tidak diketahui. Dengan diketahuinya kandungan airnya, maka dapat diketahui berat kering dari bahan tersebut yang biasanya konstan. Selain itu, kita juga dapat menentukan kandungan zat gizi lainnya dalam berat basah atau berat kering serta total padatan dalam bahan pangan 4 . Air yang terdapat dalam bahan pangan ada yang terikat secara Iisik dan ada secara kimia. Olehnya itu penentuan kadar air secara betul-betul tepat sebenarnya sulit dilakukan. Disamping itu terdapat berbagai Iaktor yang dapat mempengaruhi hasil penetapan, antara lain : kemungkinan adanya bahan lain yang mudah menguap dan ikut menguap bersama air waktu dikeringkan; kemungkinan bahan terurai yang menghasilkan air sehingga kadar air lebih besar dari yang sesungguhnya. Mungkin juga dalam bahan tersebut telah terjadi reaksi dengan udara misalnya terjadi oksidasi dari lemak atau minyak sehingga menyebabkan berat bahan bertambah dan berakibat hasil analisis lebih kecil dari yang sesungguhnya 4 . Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada siIat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110 0 C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisaih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H 2 SO 4
pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan 2 . Kadar air dalam bahan makanan dapat makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain 3 : 1. Metode pengeringan 2. Metode destilasi 3. Metode khemis 4. Metode Iisis 5. Metode khusus misalnya dengan kromatograIi. Penentuan kadar air dapat berIungsi sebagai indikator mutu, kesegaran, dan pengawetan suatu bahan. Suatu kadar air dapat diturunkan dengan dua cara yaitu secara manual dengan panas matahari dan secara mekanis dengan mesin pengering seperti oven biasa atau oven vakum. Secara tradisional, makanan dikeringkan dengan sinar matahari tetapi sekarang beberapa makanan didehidrasi di bawah kondisi pengeringan yang terkendali dengan menggunakan aneka ragam metode pengeringan. Walaupun demikian, pengeringan dengan sinar matahari tetap sebagai suatu cara pengolahan yang sangat penting di Negara-negara yang sedang berkembang 5 . Ada tiga macam alat pengering bertenaga sinar surya 5 : 1) Tipe absorpsi atau kotak pemanas di mana produk langsung dipanaskan dengan sinar matahari melalui tutup gelas atau plastic. 2) Alat pengering tidak langsung atau konveksi di mana produk kontak dengan udara panas seperti pada alat dehidrasi konversional tetapi udara tersebut dipanaskan dalam alat penyerapan, pengumpul atau pertukaran panas tenaga surya. 3) Alat pengering dengan prinsip kombinasi dari kedua tipe diatas, di mana produk secara simultan dikenakan langsung pada sinar matahari dan suatu arus udara yang telah dipanaskan. Keuntungan utama dari dehidrasi atau pengeringan dengan sinar matahari dibandingkan dengan metode-metode pengawetan lainnya adalah 5 : 1. Bobot yang ringan kadar air makanan pada umumnya di sekitar 60 atau lebih 90, kecuali biji-bijian, dan hamper semua bagian air ini dikeluarkan dengan dehidrsi. 2. Kemampata-kebanyakan produk yang dikeringkan membutuhkan tempat lebih 3. sedikit daripada aslinya, makanan beku atau yang dikalengkan, terutama kalau ditekan dalam bentuk balok. 4. Kestabilan dalam suhu penyimpanan pada suhu kamar-tidak diperlukan alat pendingin, tetapi ada batasan pada suhu penyimpanan maksimum untuk masa simpan yang cukup baik. Sedangkan secara mekanik dapat dilakukan dengan mesin pengering seperti oven biasa dan oven vakum 4 : 1. Metode oven biasa Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditujukan oleh berat bahan yang konstan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang dikandungnya. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi. Metode ini juga dapat digunakan untuk produk-produk seperti pada metode oven vakum,kecuali untuk produk yang banyak mengandung sukrosa dan glukosa. 2. Metode oven vakum Bahan dipanaskan pada suhu dibawah 100 0 C disertai pemberian vakum sehingga semua air dalam bahan menguap yang ditujukan oleh berat bahan yang konstan setelah periode pemanasan tertentu. Dengan penggunaan vakum, suhu pengeringan dapat diturunkan menjadi lebih rendah dengan eIisiensi pengeringan air yang lebih baik dimana dengan suhu 60-70 0 C sudah bias mengeluarkan air dari sampel. Metode ini baik digunakan untuk produk-produk makanan yang mengandung komponen yang mudah terdekomposisi pada pemanasan 100 0 C misalnya produk- produk yang mengandung sukrosa atau glukosa. Ada beberapa pengaruh pengeringan terhadap mutu bahan pangan yaitu 3 : 1) Pengaruh pengeringan terhadap mikroba Mikroba hidup memerlukan air. Jumlah air dalam bahan pangan menentukan jenis mikrobia yang memiliki kesempatan untuk tumbuh. Cendawan dapat tumbuh pada substrat bahan pangan berkadar air serendah-rendahnya 12, dan beberapa cendawan telah diketahui dapat tumbuh dalam bahan pangan yang berkadar air kurang dari 5 . Bakteri dan khamir memerlukan kadar air yang lebih tinggi, biasanya lebih dari 30 . 2) Pengaruh pengeringan terhadap aktivitas enzim Pada umumnya enzim peka terhadap kondisi yang panas-lembap, terutama pada rentang suhu di atas maksimum untuk aktivitasnya. Suhu panas lembab yang mendekati titik didih air mampu menginaktiIkan enzim seketika itu juga. Ada beberapa pengecualian, tetapi biasanya pemanasan satu menit di atas 212 0 F menyebab enzim menjadi inaktiI. 3) Pengaruh pengeringan terhadap zat warna dalam bahan pangan Warna bahan pangan bergantung pada kenampakan bahan pangan tersebut, dan kemampuan dari bahan pangan untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap, atau meneruskan sinar tampak. Karetonoid diketahui berubah selama proses pengeringan. Makin tinggi suhu dan makin lama waktu pengeringan yang diberikan, makin banyak zat warna yang berubah. Demikian juga antosianin, zat warna ini akan mengalami kerusakan dengan perlakuan pengeringan yang diberikan, makin banyak zat warna yang berubah. 4) Pengaruh pengeringan terhadap akseptasi bahan pangan Bahan pangan kering menunjukkan manIaatnya yang besar pada waktu ada bencana, baik yang alami maupun yang dibuat oleh manusia. Walaupun diakui bahwa pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan penting, dan merupakan suatu kejadian alami pada peristiwa pengawetan biji dan buah-buahan oleh tanamannya. Karamelisasi, perubahan warna, tekstur dan perubahan bentuk Iisis, hilangnya siIat-siIat rasa dan aroma yang mudah menguap dan kemampuan rehidrasi yang kurang baik dari bermacam-macam produk makanan kering masih merupakan suatu gambaran yang ada dalam pikiran konsumen yang tidak dapat begitu saja dihilangkan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan metal atau porselen beserta tutupnya, desikator, penjepit cawan, kasa, oven vakum, oven biasa, dan neraca analitik. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beras, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, sabun (untuk mencuci), dan tissue.
III.2 PROSEDUR KER1A 1. Metode Oven Biasa 1. Dikeringkan cawan logam atau porselen dan tutupnya dalam oven pada suhu 100-105 0 C sampai didapat berat konstan. 2. Cawan tersebut didinginkan dalam desikator sampai dingin (sekitar 30 menit). Setelah dingin, segera ditimbang. 3. Ditimbang kira-kira 5 gram sampel dalam cawan, disebar merata. 4. Dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105 0 C sampai dicapai berat tetap. 5. Didinginkan dalam desikator (sekitar 30 menit) dan segera ditimbang.
2. Metode Oven Vakum 1. Dikeringkan cawan dan tutupnya dalam oven pada suhu 105 0 C selama 30 menit. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang. 2. Ditimbang 5 gram sampel dalam caawan, disebar dengan merata. 3. Diletakkan cawan beserta isinya dan tutupnya dalam oven vakum. 4. Dipanaskan sampai suhu 70 0 C (tergantung jenis komoditi) dengan vakum dipertahankan sekitar 25 mm Hg. Dilakukan pengeringan sampai didapat berat konstan (5 jam). 5. Segera ditutup cawan penutupnya, dimasukkan ke dalam desikator dan segera ditimbang setelah dingin (suhu kamar).