BAB 1
ABSTRAKSI
Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Inovasi mempunyai berbagai macam komoditas
unggulan, sebagai Iokus kajian adalah jagung, kakao, kelapa, aren, sapi, dan rumput laut.
Berdasarkan kajian awal ke enam komoditas ini termasuk dalam komoditas unggulan atau
potensi daerah yang diunggulkan. Selain keenam komoditas tersebut juga dikaji potensi
investasi industri pakan dan pariwisata. Kunci permasalahan yang dihadapi usahatani kelapa
di Indonesia saat ini adalah mengenai kelembagaan, baik kelembagaan petani kelapa maupun
kelembagaan pemerintah dan masyarakat pengguna yang terkait dengan perkelapaan seperti
industri berbahan baku kelapa. Kelembagaan petani kelapa yang ada belum berIungsi secara
optimal.
Dari segi tataniaga, para petani kelapa di Kecamatan suwawa terpukul oleh praktek
monopsoni dari pabrik kopra atau minyak kelapa setempat, karena harga ditentukan secara
sepihak. Keadaan ini menyebabkan para petani kecewa dan membiarkan tanaman kelapanya
terlantar yang menyebabkan produktivitas kelapa turun drastis.
Kelembagan ditingkat petanipun, seperti KUD ( dalam hal ini koperasi pogambango
yang ada di suwawa) tidak berIungsi sehingga sering menyulitkan petani. Kelembagaan
tataniaga kopra yang berkembang dikalangan petani adalah kelembagan inIormal berupa
sistem kontrak tradisional melalui system kekerabatan dan kepercayaan antara petani dengan
tengkulak. Tengkulak ini merupakan perpanjangan tangan dari perusahaan pengolahan kopra
atau minyak kelapa yang ada di Gorontalo.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Provinsi Gorontalo merupakan propinsi yang mempunyai areal pertanaman kelapa
dalam yang paling luas diantara propinsi lainnya yang ada di Indonesia yaitu seluas 470 878
Ha (Dirjen Perkebunan, 2000).
Berikut ini data statistik mengenai kelapa di Gorontalo dari tahun ke tahun, Produksi
Perkebunan Rakyat dan swasta 2007 sebesar 58.693 Ton. Produksi Perkebunan Rakyat dan
swasta 2008 sebesar 62.082 Ton. Produksi Perkebunan Rakyat dan swasta 2009 Sebesar
62.711 Ton. Produksi Perkebunan Rakyat dan swasta Sebesar 62.718 Ton (angka 2010).
Produksi Perkebunan Rakyat dan swasta Sebesar 63.172 Ton (angka Sementara 2011).
Organisasi-organisasi petani yang merupakan bentuk pengaturan-pengaturan
institusional yang penting untuk dapat mengorganisasikan petani kelapa, khususnya dalam
rangka menyongsong kebijaksanaan liberalisasi pasar pertanian. Keuntungan
mengorganisasikan petani kelapa dalam kelompok-kelompok yang solid merupakan suatu
upaya untuk mengurangi biaya-biaya transaksi dalam memperoleh akses kepada pasar-pasar
sarana produksi utama seperti pupuk dan obat-obatan dan juga pasar output kopra (Anwar, A.
1995).
Menurut Ward (2002, p69), strategi bisnis ialah sekumpulan tindakan terintegrasi
yang bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan kekuatan perusahaan untuk
menghadapi kompetitor.
4
BAB III
KA1IAN
2.1 Selayang pandang Mengenai Kelapa di Gorontalo
Kelapa (Cocos nuciIera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau
Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanIaatkan
hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna,
khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan
tumbuhan ini.
Setelah Jagung dan Cabe, kini Provinsi Gorontalo ketambahan satu varietas unggulan
yang diakui secara nasional. Yaitu Varietas Kelapa Dalam Kramat (Kabupaten Boalemo) dan
Varietas Molawahu (Kabupaten Gorontalo). Dua varietas unggulan ini diluncurkan Gubernur
Gorontalo Dr. Ir. Gusnar Ismail, MM di Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo pada
tanggal 23 Februari 2010. Peluncuran dua varietas kelapa tersebut dirangkai dengan
peringatan Hari Perkebunan ke 52. Turut hadir Bupati Boalemo, Iwan Bokings dan Direktur
Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jendral Perkebunan, Darmansyah Basarudin dan
aleg DPRD Provinsi Gorontalo.
Berikut ini data statistik mengenai kelapa di Gorontalo dari tahun ke tahun, Produksi
Perkebunan Rakyat dan swasta 2007 sebesar 58.693 Ton. Produksi Perkebunan Rakyat dan
swasta 2008 sebesar 62.082 Ton. Produksi Perkebunan Rakyat dan swasta 2009 Sebesar
62.711 Ton. Produksi Perkebunan Rakyat dan swasta Sebesar 62.718 Ton (angka 2010).
Produksi Perkebunan Rakyat dan swasta Sebesar 63.172 Ton (angka Sementara 2011).
Produksi 2011 (Ton) 63.172
Produksi 2010 (Ton) 62.718
Produksi 2009 (Ton) 62.711
Produksi 2008 (Ton) 62.082
Produksi 2007 (Ton) 58.693
2.2 Interaksi Petani dan Pelaku Pasar dan Sistem Kontrak Pertanian
Analisis interaksi petani dan pelaku pasar merupakan analisis deskriptiI dan
kuantitatiI dari berbagai interaksi antara pelaku pasar. Jenis-jenis interaksi yang dianalisis
adalah: institusi sistem kontrak pertanian, Iormulasi strategi pemasaran dan Ienomena biaya
transaksi ilegal yang terjadi dalam implementasi kebijakan ekspor kelapa.
3
Dalam analisis sistem kontrak pertanian contract farming) untuk tujuan produktiI,
sebaiknya disertai dengan suatu konsep yang didukung oleh pengalaman empirik di lapangan.
Oleh karenanya sangat diperlukan inIormasi-inIormasi yang berhubungan dengan sistem
kontrak pertanian yang mungkin terjadi. Bentuk kontrak ini akan menentukan pembagian
pangsa keuntungan 5rofit share) yang diperoleh petani. Sehingga inIormasi tersebut
diperlukan untuk memperoleh suatu pembandingan tingkat kesejahteraan para petani kelapa
di pedesaan dibandingkan pangsa yang diperoleh para agent lainnya seperti pedagang
pengumpul.
2.3 Margin pemasaran Kopra di Gorontalo
Marjin pemasaran dalam pemasaran kopra petani di kecamatan suwawa selatan
dihitung berdasarkan pola pemasaran yang ada di lapangan. Marjin pemasaran terbentuk
karena biaya dan proIit pemasaran sebagai konsekuensi dari Iungsi-Iungsi pemasaran yang
dijadikan oleh pelaku pemasaran.
Semakin besar total marjin pemasaran keuntungan petani yang didistribusikan untuk
pelaku-pelaku pemasaran semakin besar, sehingga bagian harga petani akan semakin kecil.
Semakin besar proporsi harga yang diterima petani berarti petani memiliki -argaining
5osition yang menguntungkan, demikian pula sebaliknya, jika proporsi harga yang diterima
petani makin sedikit, -argaining 5osition petani semakin kecil. Marjin pemasaran terdiri atas:
1) Elastisitas Transmisi Pasar
Salah satu indikasi eIisiensi pemasaran suatu komoditi adalah nilai elastisitas
transmisi harga. Jika nilai elastisitas transmisi harga positiI dan mendekati satu, maka
perubahan harga di pasar reIerensi (eksportir) dapat ditransmisikan ke produsen
(petanikelapa). Fenomena ini meunjukkan bahwa perubahan harga di pasar reIerensi
(eksportir) tidak ditransmisikan sepenuhnya ke pasar di tingkat petani. Hal ini
mengindikasikan terjadinya segmentasi harga yang disebabkan oleh adanya praktek
monopsoni dari perusahaan pabrik kopra yang ada di gorontalo.
2) Integrasi Pasar
Untuk menganalisis lebih lanjut Ienomena perubahan harga kopra antara pasar
reIerensi (eksportir/pabrik pengolahan kopra) dengan petani, maka dilakukan analisis
integrasi pasar yang diharapkan dapat mengetahui keterpaduan pasar di tingkat petani
kelapa dengan pasar reIerensi.
6
perusahaan dari masing-masing produk relatiI terhadap seluruh produk yang lain
dalam perusahaan.
2.5 Starategi Bersaing Dalam Bisnis Kopra
Pada saat sekarang ini maupun saat kedepan, strategi pemasaran yang diterapkan oleh
suatu perusahaan maupun usaha kecil menengah seperti usaha kopra harus disesuaikan tidak
hanya pada sasaran konsumen semata, tetapi juga pada para pesaing yang mengincar pasar
sasaran konsumen yang sama. Perusahaan sebelum menetapkan dan menjalankan strateginya
hendaklah terlebih dahulu malakukan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and
Treath) yaitu melihat dan menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dimilikinya sendiri dan juga yang dimiliki oleh para pesaingnya.
Strategi bersaing bergantung pada besar dan posisi masing-masing perusahaan dalam
pasar. Perusahaan besar mampu menerapkan strategi tertentu, yang jelas tidak bisa dilakukan
oleh perusahaan kecil. Tetapi hanya dengan sekala besar saja tidaklah cukup, karena ada
beberapa strategi bagi perusahaan besar yang mampu menjamin keberhasilannya, akan tatapi
ada juga strategi yang dapat merugikan dirinya sendiri. Dan bukanlah merupakan sesuatu hal
yang jarang terjadi bahwa perusahaan kecil dengan strateginya sendiri mampu rnenghasilkan
tingkat keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik daripada yang diperoleh perusahaan
besar.
Sehubungan dengan besarnya usaha, maka dapat dibedakan menjadi empat kelompok
usaha, yaitu:
1. Market Leader
Perusahaan seperti ini rnemegang bagian terbesar dalam pasar, biasanya perusahaan-
perusahaan lain mengikuti tindakan-tindakan perusahaan dalam hal perubahan harga,
pengenalan produk baru, pencakupan saluran distribusi, dan intensitas promosi. Perusahaan
ini menjadi titik pusat orientasi para pesaing. Ia merupakan perusahaan yang ditantang, ditiru,
atau dijauhi. Perusahaan yang dominan selalu ingin tetap menjadi nomor satu, oleh sebab itu,
perusahaan-perusahaan seperti ini bjasanya mengembangkan strategi:
1) Mengembangkan pasar keseluruhan, hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Mencari konsumen baru dengan cara strategi penerobosan pasar, strategi pasar
baru, dan strategi perluasan geograIis
b) Mencari dan mengenalkan kegunaan baru suatu produk
c) Meyakinkan masyarakal konsumen agar menggunakan produk lebih banyak pada
setiap kesempatan.
8
Selain ke lima strategi penyerangan secara umum tersebut, terdapat strategi yang lebih
spesitik lagi bagi market challanger yaitu:
a) Strategi pemotongan harga
b) Strategi produk yang lebih murah
c) Strategi produk prestise
d) Strategi pengembang biakan produk
e) Strategi inovasi produk
I) Strategi penyempurnaan jasa pelayanan
g) Strategi inovasi distribusi
h) Strategi penekanan biaya
i) Strategi promosi yang intensiI
3. Market Follower
Perusahaan seperti ini lebih suka menawarkan hal-hal yang serupa, biasanya dengan
meniru produk perusahaan yang memimpin. Strategi umum yang biasa dilakukan oleh
maeket Iollower yaitu:
1) Mengikuti dari dekat. Market Iollower berusaha menyamai perusahaan pemimpin
pasar pada sebanyak mungkin segmen pasar dan wilayah bauran pemasaran.
) Mengikuti dari jauh. Dalam strategi ini market Iollower membuat beberapa
diIIerensiasi, namun tetap mengikuti market leader dalam hal pembauran pasar.
3) Mengikuti secara selektiI. Market Iollower mengikuti dengan dekat beberapa hal yang
dilakukan market leader, namum pada hal-hal yang lain perusahaan berjalan dengan
sendiri.
4. Market Nicher
Perusahaan seperti ini, menyandang berbagai nama seperti; penggarap relung pasar,
spesialisasi pasar, perusahaan ambang pintu, atau perusahaan tumpuan. Market nicher
menempati sebagian kecil dari seluruh pasar yang ada. Perusahaan jenis ini mencoba masuk
kesatu atau lebih celah-celah pasar yang aman dan menguntungkan yang dilupakan atau
terlewatkan oleh perusahaan besar. Umumnya market micher adalah perusahaan yang
mempunyai spesialisasi tertentu dan keahlian yang khas didalam pasar, konsumen, produk
atau lini-lini dalam bauran pemasaran.
10
BAB IV
SIMPULAN KA1IAN
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan pada analisis sistem pemasaran kopra di
kecamatan suwawa selatan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, Ketidakberdayaan modal
tercermin dari terjadinya kontrak pertanian antara pedagang pengumpul (tauke) dengan
petani. Kontrak pertanian tersebut menjadi sustaina-le karena memiliki keterkaitan pasar
dalam hal transaksi komoditi, transaksi jasa dan pertukaran resiko. Meskipun demikian
strategi pemasaran optimal bagi petani adalah memasarkan langsung kopranya ke pabrik
pengolahan kopra.
Ketidakberdayaan pasar tercermin dari struktur pasar yang oligopsoni di tingkat
pedagang pengumpul dan monopsoni di tingkat industri pengolahan kopra sehingga
mengakibatkan tidak terjadinya keterpaduan pasar antara petani dan pasar eksportir (dunia),
juga mengakibatkan perubahan harga kora di pasar eksportir tidak ditrasmisikan secara
sempurna ke tingkat petani.
Di samping itu juga mengakibatkan tidak proporsionalnya distribusi proIit marjin,
dimana petani sebagai produsen menerima proIit marjin yang lebih kecil, sementara eksportir
atau industri pengolahan kopra yang bertindak sebagai 5rice market mengantongi proIit
marjin terbesar. Penguatan kelembagaan petani baik secara vertikal maupun secara horizontal
akan dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa di Gorontalo.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. 1995. Kajian Kelembagaan untuk Menunjang Pengembangan Agribisnis.
Laporan Penelitian. Bogor
,1998. Organisasi Ekonomi: Konsep Pilihan Aktivitas Ekonomi melalui
Kelembagaan Pasar atau Organisasi. Bahan Perkuliahan Sistem Organisasi Ekonomi dan
Sosial Perdesaan. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Basu Swastha D.H. MBA, Manajemen pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta, 1990
SoIjian, Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi Rajawali, Jakarta,1992