Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA I
U1I KUALITATIF PROTEIN









AMALIA SUKMA RIDHANI
G1C 008 040

PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS MATARAM
2010



UJI KUALITATIF PROTEIN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan : MengidentiIikasi protein secara kimia dengan mengenal siIat
pengendapan dan perubahan warna yang terjadi bila ditambahkan
dengan senyawa kimia tertentu.
Hari/tanggal: Selasa, 22 November 2010
Tempat : Laboratorium Kimia, Lt.3, Fakultas MIPA
UNIVERSITAS MATARAM

B. LANDASAN TEORI
Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah didalam sel, menyusun lebih
dari setengah berat kering. Protein terdiri dari rantai polipeptida yang panjang, yang disusun oleh
100 sampai 1000 unit asam amino yang disatukan oleh ikatan peptide. Protein sederhana hanya
menghasilkan asam amino dengan hidrolisis, protein konjugasi mengandung beberapa komponen
tambahan lain, suatu ion logam atau gugus prostetik organic. . dan bersiIat tidak larut
(Lehninger, 2008: 160)
Seperti asam amino, protein yang ladut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai
muatan positiI dan negative. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion positiI,
sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negative. Pada titik isoelektrik protein
mempunyai muatan positiI dan negative yang sama, sehingga tidak bergerak kea rah elektroda
positiI maupun negative apabila ditempatkan diantara kedua elektroda tersebut. Untuk
mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan diatas titik isoelektrik,
sedangkan yang dapat mengendapkan protein antara lain ion logam Ag

, Ca

, Zn

, Hg

, Fe

,
dll. Sedangkan ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalan ion salissilat,
trikloroasetat, pikrat, tanat, dan sulIosalisilat (Poedjiadi, 2007: 117-118).
Secara kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan. Protein
serat yang membentuk kulit, otot, dinding pembuluh darah, dan rambut, terdiri dari molekul
panjang mirip benang-benang yang liat dan tidak larut. Tipe Iungsional lain ialah kelas protein
globular, yang bentuknya agak bulat karena rantai-rantai melipat bertumpukan. Protein globular
larut dalam air dan melakukan pelbagai Iungsi dalam suatu organism. Misalnya hemoglobin
mengangkut oksigen ke sel-sel, insulin membantu dalam metabolism karbohidrat, antibody
membuat protein asing menjadi tidak aktiI. Fibrinogen (larut) dapat membentuk serat-serat tak
larut yang menggumpalkan darah, dan hormone-hormon membawa pesan-pesan ke seluruh
tubuh. Protein konjugasi yang dihubungkan ke suatu bagian nonprotein misalnya gula,
melakukan pelbagai Iungsi dalam seluruh tubuh. Suatu cara hubungan yang lazim antara protein
dan non protein ialah dengan suatu rantai samping Iungsional dari protein. Misalnya suatu rantai
samping asam dari protein dapat membentuk suatu ester dengan gugus OH molekul gula
(Fessenden, 2006: 390).
Telur merupakan sumber protein yang berkualitas tinggi. Protein yang tinggi ini berasal
dari putih telurnya. Putih telur mengandung air, protein, karbohidrat dan ovoglobumin.
Ovalbumin paling banyak terdapat pada bagian putih telur sekitar 75 (Syamsir, dkk, 1944:34).

. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
O Tabung reaksi
O Rak tabung reaksi
O Pipet tetes
O Penangas air
O Penjepit tabung reaksi
O Gelas kimia 500 ml
O Pengaduk
2. Bahan
O Putih telur
O Aquadest
O ZnSO
4
encer
O Larutan CuSO
4

O Larutan sampel Hg
O Larutan Pb asetat
O CuSO
4
0,5
O Reagen merkuri

D. SKEMA KER1A
1. Uji Protein dengan Logam Berat
a. Pengendapan dengan logam berat
Larutan putih telur
1 tetes ZnSO
4
encer
Endapan putih
Bagi 2 tabung


Tabung 1 Tabung 2
ZnSO
4
berlebihan
Hasil

Diulangi percbaan dengan panambahan garam-garam besi, tembaga dan
air raksa.
Hasil


2. Uji Warna Protein
a. Reaksi biuret
3 ml larutan putih telur
1 ml NaOH 40
1 tetes CuSO
4
0,5 N
Hasil
b. Reaksi xantoprotein
3 ml larutan putih telur
1 ml HNO
3
pekat
A (penangas air mendidih)


Hasil

Tabung 1 Tabung 2
amonia
Hasil

c. Reaksi molisch
1 ml larutan putih telur
2 ml larutan u naItol
Dikocok
1 ml H
2
SO
4
pekat (dialirkan melalui dinding
tabung reaksi yang dimiringkan)


Hasil

d. Reaksi Millon-Nase
2 ml larutan protein


Hasil (endapan kuning)



Hasil (endapan atau larutan)


Hasil (menunjukkan adanya tirosin)

e. reaksi Hopkins-Cole
1 ml larutan protein

1 ml reagen merkuri sulIat
-dipanaskan
-didinginkan dibawah air leding
1 tetes NaNO
2
1
dipanaskan lagi menjadi merah
1 tetes larutan Iormaldehid encer
1 tetes reagen merkuri sulIat
Didnginkan
Dibagi menjadi 2 tabung

Hasil



Hasil (2 lapisan dengan lingkaran ungu di bidang atas)

I. Reaksi uji sulIur
1 ml larutan protein



Hasil

Hasil (larutan PbS yang berwarna hitam)

E. HASIL PENGAMATAN
A. Uji KualitatiI Protein
1. Pengendapan dengan Logam Berat
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
Tb.1. Putih telur encer ZnSO
4
Terbentuk sedikit endapan
Tb.2. Putih telur encer ZnSO
4

berlebih
Menjadi lebih keruh
Tb.3. Putih telur encer CuSO
4

Tb 4. Putih telur encer CuSO
4

berlebih
Terdapat rndapan putih yang melayang-
melayang di larutan
Terdapat endapan putih kebiruan lebih
banyak, Cu berlebih di dasar dengan
warna biru kehijauan
Tb.5. Putih telur encer HgSO
4
Tb.6. Putih telur encer HgSO
4

berlebih
Terdapat sedikit endapan
Endapan lebih banyak di bagian atas
-digojok
1 ml asam sulIat pekat perlahan
(melalui dinding yang dimiringkan)
1 ml NaOH 40
-dimasak 1 menit untuk mengubah
S organic menjadi S organic (Na-
sulIida)
1 tetes larutan Pb asetat
Tb.7. Putih telur encer larutan garam
besi
Tb.8. Putih telur encer larutan garam
berlebih
Endapan dibagian atas dengan warna
merah kecoklatan
Endapan lebih banyak, dan melayang di
larutan

Tb.9. Putih telur encer Pb asetat
Tb.10. Putih telur encer Pb asetat
berlebih
Ada endapan putih seperti kabut
Endapan larut seperti putih susu


B. Uji Warna Protein
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
Reaksi Biuret
Larutan putih telur NaOH 40
CuSO
4
0,5

Larutan menjadi bening dan setelah ditambah
CuSo
4
larutan menjadi ungu dan ada endapan
ungu
Reaksi Xantoprotein
Larutan putih telur HNO
3
pekat
Pemanasan

NH
3

Warna larutan putih susu
Di dasar tabung berwarna kuning
Setelah dipanaskan larutan menjadi kuning,
terdapat gumpalan besar. Warna larutan pada
bagian dasar yaitu kuning bening
Tab 1 ammonia menghasilkan larutan yang
lebih kuning daripada larutan pada rabung 1
yang tidak ditambah ammonia
Reaksi Molish
Larutan putih telur u-naItol (coklat tua)
dikocok
Dialirkan H
2
SO
4
pekat

Larutan coklat susu

Panas, gumpalan melebur, warna coklat susu
seperti ada serat-serta warna coklat, telur
seperti matang, agak kenyal, ada lingkaran
ungu di bagian dasar, tetapi setelah dikocok,
lingkaran ungu menghilang
Reaksi Hopkins-ole
Larutan putih telurIormaldehid
1 tetes rreagen merkuri sulIat

Digojog perlahan

Tidak ada perubahan
Terbentuk 2 Iasa. Bagian atas seperti gel putih
susu, bagian bawah kuning
Terbentuk cincin ungu, ada gumpalan putih
seperti telur matang, setelah dikocok, warna
larutan seperti ungu susu
Reaksi Uju Sulfur
Larutan putih telur larutan NaOH 40

Setelah dimasak warna tetap seperti
berminyak, lebih cair dan larutan berwarna
merah kehitaman setelah ditambahkan Pb
asetat


F. ANALISIS DATA
O Reaksi ksantoprotein

O H CH
CH
2
NH
C=O
+
HNO
3
H
2
O O H CH
CH
2
NH
C=O
+

tirosin dalm protein tirosin ternitrasi ( kuning )
O Reaksi biuret
+
NH
2
- C - H + OH
-

R
COO
-
R
COO
+ NH - C - H
H
2
O(larut)
2NaOH CuSO
4
NO
2
SO
4
Cu ( OH )
2
ungu

O Pengendapan logam berat
NH
3
CH COOH H
2
O NH
2
CH COO
-
H

NH
3

- CH
COO
-
R R R

Zn
2
2NH
3
2H
2
O Zn ( OH ) ( endapan putih )
2Cu
2
SO
4
2-
2NH
3
2H
2
O Cu ( OH )
2
CuSO
4
NH
4

( kuning )
2Hg

NH
3
H
2
O HgOHgNH
2
2Hg 3 NH
4

( koloid putih )

O Pengendapan oleh asam
NH
3
+
- CH
COO
-
R
+
H
+
NH
3
+
- CH
R
COOH
H

penguraian NHO
3
pekat
2HNO
3
2NO
2
H
2
O O
2
( kuning )
O Reaksi Molish

O
O
C
H
+
O H
HOH
2
C CHOH CHOH CHOH C O
H
H
2
SO
4 +

pentosa IuruIral u-naItol


C H
3
O
O
C
H HOH
2
C CHOH CHOH CHOH C O
H
+
H
2
SO
4
O H
+

5-hidroksi IurIural



C H
3
O
O
C
SO
3
H
OH

cincin ungu yanng terbentuk


G. PEMBAHASAN
Uji kialitatiI protein ini mempunyai tujuan secara khusus yaitu untuk
mengidentiIikasi protein secara kimia dengan mengenal siIat pengendapan dan perubahan
warna yang terjadi bila ditambahkan dengan senyawa kimia tertentu.
Pada uji protein dengan pengendapan, percobaan yang dilakukan pertama adalah
pengendapan dengan logam berat. Putih telur diencerkan dengan ditambahkan aquades
dan setetes ZnSO
4
encer dan menghasilkan sedikit endapan berwarna putih. Tabung
reaksi lain direaksikan dengan garam besi, CuSO
4
, HgSO
4
, dan Pb asetat. Perlakuan sama
dengan penambahan ZnSO
4
, hanya saja garam-garamnya yang diganti. Pada penambahan
sedikit garam besi, dihasilkan endapan pada bagian atas yang berwarna merah
kecoklatan. Dan setelah ditambahkan berlebih garam besinya, endapan menjadi seperti
kabut di sekitaran larutan. Tabung reaksi lainnya yang ditambahkan dengan sedikit
CuSO
4
menghasilkan endapan putih yang melayang dan setelah berlebih, didapatkan
endapan yang putih kebiruan lebih banyak, dan larutan Cu berlebih dibagian dasar
berwarna biru kehijauan. Tabung selanjutnya yaitu penambahan HgSO
4
sedikit, dan
memperlihatkan sedikit endapan dan penambahan garam Hg sejalan dengan
bertambahnya endapan yang terbentuk. Begitu juga halnya dengan tabung reaksi yang
ditambahkan dengan garam Pb yang memperlihatkan endapan putih seperti kabut dan
semakin banyak setelah ditambahkan larutan garam Pb yang berlebih. Putih telur
merupakan sumber albumin, yaitu protein yang larut dalam air serta dapat terkoagulasi
oleh panas. Larutan albumin dapat diendapkan dengan penambahan garam-garam logam
hingga jenuh, sehingga pada praktikum ini, digunakan penambahan garam-garam logam
yang berlebih. Dalam mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan
diatas titik isoelektrik (Poedjiadi, 2007: 115).
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Senyawa-senyawa
logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein
membentuk endapan logam proteinat. Dikatakan bahwa pengendapan hasil campuran
putih telur dengan garam-garam logam menunjukkan bahwa produk tersebut masih
menunjukkan protein.
Pada berbagai uji kualitatiI yang dilakukan terhadap beberapa macam protein,
semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu
asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesiIik pada gugus
R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein.
Pada uji warna protein, ada beberapa reaksi uji yang dilakukan, yaitu reaksi biuret
untuk ikatan peptide, reaksi Millon-Nasse untuk tirosin, reaksi Hopkins-Cole untuk
triptoIan, reaksi Xantoprotein untuk asam amino dengan inti benzene, reaksi uji sulIur,
dan reaksi Molisch.
Pada reaksi biuret, campuran putih telur (sumber protein) dengan larutan NaOH
40 menghasilkan larutan yang berwarna ungu, dan ada endapan ungu. Reaksi biuret
yaitu uji untuk menunjukkan adanya senyawasenyawa yang mengandung gugus amida
asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positiI yaitu
ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet
(http://ariebs.staII.ugm.ac.id/?tagmetode-lowry)
Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada
peptida; menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa (melalui penggunaan KOH
atau NaOH). Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk
makin jelas dan makin tua. Pada hasil percobaan, apabila tabung reaksi digoyang maka
cincin ungunya akan hilang menyebar yang berarti ikatan peptidanya lepas dan tidak
kuat. Uji biuret berlaku untuk senyawa yang mempunyai ikatan peptida lebih dari satu.
Hasil percobaan ini sesuai dengan tinjauan pustaka Riawan (1990) yang menyatakan
bahwa protein memiliki ikatan peptida yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
Uji selanjutnya yaitu dengan reaksi Millon-Nasse. Pereaksi Millon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah
oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positiI untuk Ienol-Ienol, karena terbentuknya
senyawa merkuri dengan gugus hidroksiIenil yang berwarna (Poedjiadi, 2007: 122). Pada
hasil praktikum didapatkan endapan putih dan setelah dipanaskan tidak terlihat adanya
perbedaan warna yang jelas. Apabila dilihat dari endapan purih yang terbentuk sebelum
pemanasan, bisa dikatakan bahwa larutan tersebut mengandung tirosin.
Uji ketiga yaitu reaksi Hopkins-Cole. Larutan protein yang mengandung triptoIan
dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah
dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulIat dituangkan perlahan-lahan
sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan
terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut
(http://ariebs.staII.ugm.ac.id/?tagmetode-lowry). Pada hasil pengamatan, didapatkan
cincin ungu, gumpalan-gumpalan putih, seperti putih telur yang matang, dan setelah
dikocok, larutan menjadi putih susu. Sebelum dikocok tadi, larutan membentuk 2 Iasa,
bagian atas seperti gel berwarna putih dan bagian bawahnya berwarna bening.
Terbentuknya cincin ungu tersebut memberikan hasil positiI khas untuk gugus indol
dalam protein, menunjukkan adanya triptoIan. TriptoIan akan berkondensasi dengan
aldehid bila ada asam kuaat sehngga membentuk cincin berwarna ungu. (Poedjadi, 2007:
122).
Uji keempat yaitu reaksi Xantoprotein. Larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang
dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada
inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positiI untuk protein yang
mengandung tirosin, Ienilalanin dan triptoIan (http://ariebs.staII.ugm.ac.id/?tagmetode-
lowry). Teori tersebut sesuai dengan hasil praktikum yang didapatkan. Larutan menjadi
kuning setelah dilakukan pemanasan. Penambahan ammonia menyebabkan larutan
menjadi lebih kuning daripada larutan yang tidak ditambahkan dengan ammonia,
dikarenakan nitratasi pada inti benzene tersebut. Uji ini positiI terhadap sistein dalam
protein.
Uji selanjutnya yaitu dengan reaksi uji sulIur. Sistein dan Metionin merupakan asam
amino yang mengandung atom S pada molekulnya.. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam
amino tersebut akan membentuk endapan berwarna kelabu, yaitu garam PbS.
Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan
yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS.. Dapat
disimpulkan albumin mengandung Sistein ataupun Metionin.
Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui adanya sakarida dan glikosida pada
suatu senyawa protein. Hasil yang positiI seharusnya berwarna ungu. Pada hasil
praktikum didapatkan warna larutan coklat susu setelah penambahan alpha-naItol yang
berwarna coklat. Setelah ditambahakan asam sulIat, terlihat lingkaran ungu di dasar
tabung. Tetapi setelah dikocok, warna ungu tersebut menghilang. Dapat dikatakan bahwa
putih telur sebagai sumber protein mengandung sakarida dan glikosida walaupun dalam
jumlah yang sedikit. Karbohidrat dengan penambahan asam pekat mengalami dehidrasi
menjadi IurIural. Jika IurIural ditambahkan Molisch (u-naphto) akan mengalami
kondensasi yang membentuk cincin ungu. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
digunakan (Harper, 1980) yang menyatakan bahwa uji Molisch memberikan reaksi warna
jika direaksikan dengan protein yag mengandung gugus sakarida.

H. KESIMPULAN
1. Putih telur mengandung protein albumin
2. Protein albumin merupakan protein globular yang larut dalam air
3. Protein dapat diendapkan dengan penambahan logam berat
4. Logam-logam berat yang digunakan untuk mengendapkan protein yaitu Pb

, Zn

, Fe

,
Cu

, Hg

.
5. terdapat ikatan peptide pada protein yang ditunjukkan dengan reaksi biuret yang positiI
6. Putih telur mengandung tirosin, yang dibuktikan dengan reaksi Millon-Nasse
7. Adanya triptoIan dalam putih telur terbukti dengan reaksi Hopkins-Cole
8.Nitritasi pada inti benzene dalam asam amino terlihat dengan reaksi Xantoprotein dan
membuktikan adanya sistein
9. Reaksi membuktikan bahwa larutan putih telur mengandung sakarida dan glikosida,
walaupun dalam jumlah yang sedikit
DAFTAR PUSTAKA
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC: Jakarta
Lehninger, Albert L. 2008. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Poedjadi, Anna. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Syamsir, Elvia dkk. 1994. Studi KomparatiI SiIat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan Telur
Ayam Ras. Jurnal Tekhnologi dan Industri Pangan : 5 (3): 34.

Anda mungkin juga menyukai