Anda di halaman 1dari 31

BAB I

STATUS PEDIATRIK

I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Hendra
b. Umur : 6 tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Nama Ayah : Slamet
e. Nama Ibu : Halimah
I. Bangsa : Indonesia
g. Agama : Islam
h. Alamat : Senaung, Muaro Jambi
i. Dikirim Oleh : -
j. MRS tanggal : 22 Juli 2011

II. ANAMNESIS
%anggal : 22 Juli 2011
Diberikan Oleh : Ibu os

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : Bengkak di seluruh badan.


PEMERINTAH PROVINSI 1AMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
NOMOR AKREDI%ASI: YM.00.03.3.5.3974
Jln. Letjen Soeprapto No.31 %elanaipura Jambi 36122
%elp. (0741) 61692,61694 Fax. (0741) 60014

2. Keluhan %ambahan : BAK sedikit.


3. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Os mengalami bengkak di seluruh badan sejak 20 hari SMRS. Awalnya,
bengkak hanya di bagian mata saja terutama saat pagi bangun tidur sejak 1
bulan. Lama-kelamaan bengkak pada bagian perut dan kemudian di seluruh
tubuh. Os juga mengalami bengkak di kemaluannya. 1 bulan SMRS, orang tua
os juga mengeluhkan bahwa BAK anaknya sedikit, dalam sehari os hanya 1 kali
BAK, warna kuning jernih dan berbusa. Os juga sering mengeluhkan sakit perut
sejak perutnya membesar.
Os juga mengeluhkan batuk () dengan dahak warna putih, sesak naIas
sejak perut os membesar dan sesaknya bertambah bila os dalam posisi berbaring.
Os rutin mengkonsumsi mie instan tiap hari 2 bungkus dan sedikit sekali
mengkonsumsi nasi dan sayuran.

B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Masa Kehamilan : Aterm
Partus : pervaginam
%empat : klinik bidan
Ditolong Oleh : bidan
%anggal : 31 Desember 2005
BBL : 3000 gr
PB : 48 cm

2. RIWAYAT MAKANAN
Asi : 2,5 tahun %empe :
Susu Botol/Kaleng : %ahu :
Bubur Nasi : - Sayuran :
Nasi %IM/lembek : Buah : -
Nasi Biasa : Lain-lain : -
Daging : Kesan :
Ikan : Kualitas : kurang
%elur : Kuantitas : kurang

3. RIWAYAT IMUNISASI
BCG : - Campak : -
Polio : - Hepatitis : -
DP% : - Kesan : tidak lengkap

4. RIWAYAT PERKEMBANGAN FISIK
Gigi pertama : dbn Berdiri : -
Berbalik : dbn Berjalan : -
%engkurap : dbn Berbicara : -
Merangkak : dbn Kesan : dbn
Duduk : dbn

5. RIWAYAT PERKEMBANGAN MENTAL
Isap jempol : -
Ngompol :
Sering mimpi : -
Aktivitas : -
Membangkang : -
Ketakutan : -

6. STATUS GIZI
BB/%B : Gizi normal ( SD -0,7 )
BB/U : Gizi normal ( SD -1,1 )
PB/U : Normal ( SD -0,6 )


7. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Parotitis : - Muntah berak : -
Pertusis : - Asma : -
DiIteri : - Cacingan : -

%etanus : - Patah tulang : -


Campak : - Jantung : -
Varicella : - Sendi bengkak : -
%hypoid : - Kecelakaan : -
Malaria : - Operasi : -
DBD : - Keracunan : -
Demam menahun : - Sakit kencing : -
Radang paru : - Sakit ginjal : -
%BC : - Alergi : -
Kejang : - Perut kembung:-
Lumpuh : - Otitis Media : -
Batuk/pilek :


III. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Posisi : berbaring
BB : 21 kg
PB : 71 cm
Gizi : normal
Edema : () anasarka
Sianosis : -
Dispnoe :
Ikterus : -
Anemia : -
Suhu : 36,2
0
C
Respirasi : 32 x/menit
%ipe pernaIasan : thorakoabdominal
%urgor : 2 detik
%ekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi :
Frekuensi : 120 x/i KULIT
Isi/kualitas : cukup Warna : cokelat
Equalitas : dbn Hipopigmentasi : -
Regularitas : teratur Hiperpigmentasi: -
Pulsus deIisit : - Ikterus : -
Pulsus alternans : - Bersisik : -
Pulsus paradox : - Makula : -

Pulsus tardus : - Papula : -


Pulsus celler : - Vesikula : -
Pulsus magnus : - Pustula : -
Pulsus parvus : - Sikatriks : -
Pulsus bigerminus : - Edema :
Pulsus trigeminus : - Eritema : -
Hemanagioma: -
Ptechiae : -

B. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA KON1UNGTIVA
Bentuk : normocepali Pelebaran vena : -
Rambut : ikal Perdarahan subknjtva : -
Warna : hitam InIeksi : -
Lingkar kepala : - Bitot spot : -
Mudah rontok : - Xerosis : -
Kehalusan : halus Ulkus : -
Alopesia : - ReIleks : -
Sutura : dbn
Fontanella mayor : dbn SKLERA
Fontanella minor : dbn Ikterus : -
Cracked pot sign : -
Cranio tabes : -

MUKA IRIS
Roman muka : dbn Bentuk : dbn
Bentuk muka : dbn Ukuran : dbn
Sembab : Isokor :
Simetris : ReIleks chy lgsg :
ReIleks chy tdk lgsg :
ALIS
Kerapatan : -
Mudah rontok : - TELINGA
Alopesia : - Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup
MATA Sekret : -
Sorot mata : dbn %ophi : -
Hipertelorism : - Membran tympani : dbn
Secret : - Nyeri tekan mastoid : -
EpiIora : - Nyeri tarik daun telinga: -

Pernanahan : -
Endophtalmos : -
Exopthalmus : - HIDUNG
Nistagmus : - Bentuk : simetris
Strabismus : - Saddle nose : -
Cekung : - Gangren : -
Edema palpebra : Coryza : -
Mukosa edema : -
Epistaksis : -
Deviasi septum : -

C. ANAMNESA ORGAN
KEPALA 1ANTUNG DAN PARU
Sakit kepala : - Nyeri dada : -
Rambut rontok : - SiIat : -
Lain-lain : Penjalaran : -
Sesak naIas :
MATA Batuk-Pilek :
Rabun senja : - Sputum : warna putih
Mata merah : - Batuk darah : -
Bengkak : Sembab : -
Kebiruan : -
TELINGA Keringat mlm hari : -
Nyeri : - Sesak mlm hari : -
Sekret : - Sesak waktu mlm : -
Ggn p`dengaran : - Berdebar : -
%initus : - Sakit saat b`naIas : -
NaIas bunyi/mengi : -
HIDUNG Sakit kepala sebelah : -
Epistaksis : - Dingin ujung jari : -
Kebiruan : - Penglihatan berkurang: -
Penciuman : baik Bengkak sendi : -



GIGI-MULUT ABDOMEN
Sakit gigi : - HEPAR
Sariawan : - %inja sprt dempul : -
Ggn mengecap : - Sakit kuning : -
Gusi berdarah : - Kencing wrn tua : -

Sakit m`buka mulut : - Kuning di sclera & kulit: -


Rhagaden : - Perut kembung : -
Lidah kotor : - Mual/muntah :

TENGGOROKAN LAMBUNG DAN USUS
Sakit menelan : - NaIsu makan : meningkat
Suara serak : - Frekuensi/jumlah : ~ 5 x/hari
Perut kembung : -
LEHER Mual/muntah : -
Kaku kuduk : - Isi : -
%ortikolis : - Frekuensi : -
Parotitis : - Jumlah : -
Muntah darah : -
MULUT Mencret : -
BIBIR Konsistensi : -
Bentuk : dbn Frekuensi : -
Warna : dbn Jumlah : -
Ukuran : dbn %inja berdarah : -
Bibir kering : %inja berlendir : -
Rhagaden : - Dubur keluar : -
Sikatriks : - Sukar BAB : -
Cheitosis : - Sakit perut :
Sianosis : - Lokasi : seluruh lapang perut
Labioschiziz : - SiIat : tumpul
Bengkak : -
Vesikel : - GIN1AL DAN UROGENITAl
Oral trush : - Sakit kuning : -
%rismus : - Warna keruh : -
Bercak koplik : - Frekuensi miksi : -
Palatoschizis : - Jumlah : -
Sembab kelopak mata : -
GIGI Edema tungkai : -
Kebersihan : cukup
Karies : -
Hutchinson : -
Gusi : dbn ENDOKRIN
Sering minum : -
LIDAH Sering kencing : -
Bentuk : dbn Sering makan : -
Gerakan : dbn Keringat dingin : -

%remor : - %anda pubertas prekoks : -


Warna : putih kemerahan
Selaput : -
Hiperemis : -
AtroIi papil : -
Makroglosia : -
Mikroglosia : -

FARING - TONSIL
Warna : dbn
Edema : -
Selaput : -
Pembesaran tonsil : -
Ukuran :dbn
Simetris :

LEHER
INSPEKSI
Struma : -
Bendungan vena : -
Pulsasi : -
Limphadenopati : -
%ortikolis : -
Bullneck : -
Parotitis : -
PALPASI
Kaku kuduk : -
Pergerakan : -
Struma : -


THORAX DEPAN DAN PARU 1ANTUNG
INSPEKSI STATIS INSPEKSI
Bentuk : statis Vousure cardiac : dbn
Simetris : Ictus cordis : dbn
Vousure cardiac : - Pulsasi jantung : dbn
Clavicula : dbn
Sternum : dbn PALPASI
Bendungan vena : - Ictus cordis : -

%umor : - %hrill : -
Sela iga : dbn DeIek pulmonal : -
Aktivitas jantung ka : -
INSPEKSI DINAMIS Aktivitasjantung ki : -
Gerakan : simetris
Bentuk pernaIasan : thorakoabdominal PERKUSI
Retraksi : - Batas kiri : dbn
Supraklavukula : - Batas kanan : dbn
Interkostal : - Batas Atas : dbn
Subkostal : - Batas bawah : dbn
Epigastrium : -

PALPASI AUSKULTASI
Nyeri tekan : - BUNYI 1ANTUNG
Fraktur iga : - Bunyi Jantung I : reguler
%umor : - Mitral :
Krepitasi : - %rikuspid :
StemIremitus : sm kaki Bunyi Jantung II :reguler
Pulmonal :
PERKUSI Aorta :
Bunyi ketuk : sonor
Nyeri ketuk : -
Batas paru-hati : dbn BISING 1ANTUNG
Peranjakan : - Fase bising : -
Bentuk bising : -
AUSKULTASI Derajat bising : -
Bunyi naIas pokok : vesikuler N Lokasi/punctum max : -
Bunyi naIas tambahan : rhonki () Penjalaran bising : -
Kualitas bising : -
Pericardial Iriction Rub: -

THORAX BELAKANG nyeri ketuk : -
INSPEKSI STATIS meteorismus : -
Bentuk : statis
Processus spinosus : dbn AUKULTASI
Scapula : dbn Bising Usus : N
Skoliosis : - Ascites : -
Khiposis : - HEPAR
Lordosis : - Pembesaran : (-)

Gibus : - Konsistensi :
Permukaan :
PALPASI %epi :
Nyeri tekan : - Nyeri tekan :
Fraktur iga : -
%umor : - LIEN
StemIremitus : sm kaki Pembesaran : (-)
Konsistensi :
PERKUSI Permukaan :
Bunyi ketuk : sonor Nyeri tekan :
Nyeri ketuk : -
Batas paru-hati : dbn GIN1AL
Peranjakan : - Pembesaran : (-)
Konsistensi :

AUSKULTASI Permukaan :
Bunyi naIas pokok : vesikuler Nyeri tekan :
Bunyi naIas tambahan : rhonki ()
LIPAT PAHA & GENITAL
ABDOMEN Kulit : dbn
INSPEKSI Kel.Getah bening : dbn
Bentuk : datar, soepel Edema : -
Umbilicus : - Sikatriks : -
Ptechie : - Desensus testikulorum: -
Spider nevi : - Genitalia : dbn
Bendungan vena : - Anus : dbn
Gambaran usus : -
Gmbrn peristaltik usus: dbn
%urgor : ~ 2 detik

PALPASI
Nyeri tekan : -
Nyeri lepas : -
DeIens muskuler : -

SYARAF DAN OTOT
Hilang rasa : -
Kesemutan : -
Otot lemas : -
Otot pegal : -

Lumpuh : -
Badan kaku : -
%idak sadar : -
Mulut mencucu : -
%rismus : -
Kejang : -
Lama : -
Interval : -
Frekuensi : -
Jenis kejang : -
Post iktal : -
Panas : -
Riwayat kejang keluarga: -
Kejang pertama usia : -
Riwayat trauma kepala: -

ALAT KELAMIN
Hernia : -
Bengkak : pada skrotum dan penis.

EXTREMITAS SUPERIOR EXTREMITAS INFERIOR
INSPEKSI INSPEKSI
Bentuk : simetris Bentuk : simetris
DeIormitas : dbn DeIormitas : dbn
Edema : Edema :
%roIi : - %roIi : -
Pergerakan : luas Pergerakan : luas
%remor : - %remor : -
Chorea : - Chorea : -
Lain-lain : Lain-lain :

Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan Neurologis
%onus : eutoni %onus : eutoni
Kekuatan : 5 Kekuatan : 5
ReIleks Iisiologis : ReIleks Iisiologis :
ReIleks tendon biseps : ReIleks tendon patella :
ReIleks tendon triceps : ReIleks tendon Achilles :
ReIleks patologis : - ReIleks Patologis : -

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


DR
WBC 12,3 . 10
3
/mm
3

RBC 4,28. 10
6
/mm
3

HGB 11,1 g/dl
HC% 33,9
PL% 614.10
3
/mm
3


GDS 107 mg/dL

V. PEMERIKSAAN AN1URAN
- Kimia darah (Renal Fuction %est, Albumin, Kolesterol)
- Urinalisa

VI. DIAGNOSIS KER1A
Suspek Sindroma neIrotik

VII. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
GlomeruloneIritis Akut
Gagal ginjal

VIII. PENATALAKSANAAN
- Bed rest

- IVFD D5 : / NS asal netes


- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc iv
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg 42 mg dibagi dalam 3 dosis
diberikan selama 4 minggu.
- Diet tinggi protein : 1 2 gr/kgBB/hari , diet rendah koleterol.

XI. PROGNOSIS
Dubia ad bonam













FOLLOW UP
23 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 1000 cc Output : 230 cc
LP : 70 cm BB : 22 Kg
Urinalisa :
protein glukosa -
Kimia darah :
bil total 1 mg/dL prot total 3,6
bil direk 0,6 mg/dL albumin 1,1
bil indirek 0,4 mg/dL globulin 2,5
%G 668 mg/dL
Ur 53,5 mg/dL Kr 0,7 mg/dL
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
- Program diet : diet neIrotik
24 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 32x/i, Suhu 36,4C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 100 cc Output : 50 cc
LP : 71 cm BB : 22 Kg

Ro thorax : edema paru
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
O %ranIusi Albumin 20 50 cc
O Program diet : diet neIrotik

25 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 100 cc Output : 0 cc
LP : 72 cm BB : 22 Kg
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
O Program diet : diet neIrotik
26 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 440 cc Output : 50 cc
LP : 72 cm BB : 22 Kg
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
Program diet : diet neIrotik
27 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 650 cc Output : 250 cc
LP : 73 cm BB : 22 Kg
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
O Program diet : diet neIrotik

28 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 500 cc Output : 500 cc
LP : 74 cm BB : 21 Kg
Hasil Laboratorium:
WBC:10,1. 10
3
/mm
3
RBC: 3,76.10
6
/mm
3
Hb: 9,9 gr/dL Ht : 31,5
PL%: 422.10
3/
mm
3

RFT :
Ur 75,7 mg/dL Kr 0,6 mg/dL
Urinalisa :
Proteinuria Glukosa -
Silinder hialin
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
Program diet : diet neIrotik
29 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 400 cc Output : 400 cc
LP : 74 cm BB : 21 Kg

A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
Program diet : diet neIrotik
30 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
A : Sindroma neIrotik
P :

O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,


RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 600 cc Output : 800 cc
LP : 74 cm BB : 21 Kg
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
O Program diet : diet neIrotik
31 1uli 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites berkurang
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 2500 cc Output : 2000 cc
LP : 69 cm BB : 20 Kg

A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
Program diet : diet neIrotik
01 Agustus 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 1900 cc Output : 1800 cc
LP : 69 cm BB : 20 Kg

A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
Program diet : diet neIrotik

02 Agustus 2011
S : bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit ()
O : KU sdg, %D 120/70 mmHg, N 100x/i,
RR 30x/i, Suhu 36,8C,
Kepala : edema wajah
Leher : 5-2 cmH
2
O, kaku kuduk (-)
%horak : rhonki /
Abdomen : asites
Eks: akral hangat, edema ()
Intake : 1000 cc Output : 900 cc
LP : 69 cm BB : 20 Kg
Elektrolit :
Na 139 mmol/L
K 4,1 mmol/L
Cl 109,3 mmol/L
A : Sindroma neIrotik
P :
- Bed rest
- IVFD D5 : / NS asal netes
- Lasix 2 x 16 mg iv
- CeItriaxon 1 x 1600 mg dalam D5 100 cc
- Per oral :
Prednison 2 mg/kgBB/hari 2 mg x 21 Kg
42 mg dibagi dalam 3 dosis diberikan selama
4 minggu.
Program diet : diet neIrotik












BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

2.1 Batasan
Sindrom neIrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,
merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masiI,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia serta edema. Proteinuria masiI adalah apabila didapatkan
proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya
menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang
dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.

2.2 Etiologi
Secara klinis sindrom neIrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Sindrom nefrotik primer, Iaktor etiologinya tidak diketahui.
Dikatakan sindrom neIrotik primer oleh karena sindrom neIrotik ini secara primer
terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini
paling sering dijumpai pada anak. %ermasuk dalam sindrom neIrotik primer adalah 8indrom
nefrotik kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom neIrotik yang ditemukan sejak anak itu
lahir atau usia di bawah 1 tahun.
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom neIrotik primer dikelompokkan
menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study oI Kidney Disease in Children).
Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya,
dan apabila diperlukan, disempurnakan dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan

imunoIluoresensi. %abel di bawah ini menggambarkan klasiIikasi histopatologik sindrom


neIrotik pada anak berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi ISKDC
(International Study oI Kidney Diseases in Children, 1970) serta Habib dan Kleinknecht
(1971).

Tabel 1. Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer
3

Kelainan minimal (KM)
Glomerulosklerosis (GS)
Glomerulosklerosis Iokal segmental (GSFS)
Glomerulosklerosis Iokal global (GSFG)
GlomeruloneIritis proliIeratiI mesangial diIus (GNPMD)
GlomeruloneIritis proliIeratiI mesangial diIus eksudatiI
GlomeruloneIritis kresentik (GNK)
GlomeruloneIritis membrano-proliIeratiI (GNMP)
GNMP tipe I dengan deposit subendotelial
GNMP tipe II dengan deposit intramembran
GNMP tipe III dengan deposit transmembran/subepitelial
Glomerulopati membranosa (GM)
GlomeruloneIritis kronik lanjut (GNKL)

Sumber : Wila Wirya IG, 2002. Sindrom neIrotik. In: Alatas H, %ambunan %, %rihono PP, Pardede
SO, editors. Buku Ajar NeIrologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 381-
426.
Sindrom neIrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa sindrom neIrotik
tipe kelainan minimal. Pada dewasa prevalensi sindrom neIrotik tipe kelainan minimal jauh lebih
sedikit dibandingkan pada anak-anak.
Di Indonesia gambaran histopatologik sindrom neIrotik primer agak berbeda dengan
data-data di luar negeri. Wila Wirya
5
menemukan hanya 44.2 tipe kelainan minimal dari 364
anak dengan sindrom neIrotik primer yang dibiopsi, sedangkan Noer
6
di Surabaya mendapatkan
39.7 tipe kelainan minimal dari 401 anak dengan sindrom neIrotik primer yang dibiopsi.

2. Sindrom nefrotik 8ekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai
akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya eIek samping obat. Penyebab yang sering
dijumpai adalah :
a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom Alport,
miksedema.
b. InIeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, siIilis, streptokokus, AIDS.
c. %oksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga, bisa
ular.
d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-
Schnlein, sarkoidosis.
e. Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.

2.3 Patofisiologi
Proteinuria (albuminuria) masiI merupakan penyebab utama terjadinya sindrom neIrotik,
namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat
menjelaskan adalah hilangnya muatan negatiI yang biasanya terdapat di sepanjang endotel
kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan negatiI tersebut menyebabkan
albumin yang bermuatan negatiI tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus.
Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari proteinuria yang hebat. Sembab muncul akibat
rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma dengan
konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.
Hiperlipidemia muncul akibat penurunan tekanan onkotik, disertai pula oleh penurunan
aktivitas degradasi lemak karena hilangnya -glikoprotein sebagai perangsang lipase. Apabila
kadar albumin serum kembali normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian inIus
albumin, maka umumnya kadar lipid kembali normal.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler.
Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema. Penurunan volume plasma atau
volume sirkulasi eIektiI merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan natrium renal. Retensi
natrium dan air ini timbul sebagai usaha kompensasi tubuh untuk menjaga agar volume dan
tekanan intravaskuler tetap normal. Retensi cairan selanjutnya mengakibatkan pengenceran
plasma dan dengan demikian menurunkan tekanan onkotik plasma yang pada akhirnya
mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang interstitial.
Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu rentetan
aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron dengan akibat retensi natrium dan air, sehingga

produksi urine menjadi berkurang, pekat dan kadar natrium rendah. Hipotesis ini dikenal dengan
teori underfill.
3
Dalam teori ini dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron
adalah sekunder karena hipovolemia. %etapi ternyata tidak semua penderita sindrom neIrotik
menunjukkan Ienomena tersebut. Beberapa penderita sindrom neIrotik justru memperlihatkan
peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron,
sehingga timbullah konsep baru yang disebut teori overfill. Menurut teori ini retensi renal
natrium dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak tergantung pada stimulasi
sistemik periIer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan
cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat overfilling cairan ke dalam
kompartemen interstitial. %eori overfill ini dapat menerangkan volume plasma yang meningkat
dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia.
Pembentukan sembab pada sindrom neIrotik merupakan suatu proses yang dinamik dan
mungkin saja kedua proses underfill dan overfill berlangsung bersamaan atau pada waktu
berlainan pada individu yang sama, karena patogenesis penyakit glomerulus mungkin merupakan
suatu kombinasi rangsangan yang lebih dari satu.
3


2.4 Gejala Klinis
Apapun tipe sindrom neIrotik, maniIestasi klinik utama adalah sembab, yang tampak
pada sekitar 95 anak dengan sindrom neIrotik. Seringkali sembab timbul secara lambat
sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada Iase awal sembab sering bersiIat
intermiten; biasanya awalnya tampak pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan
yang rendah (misal, daerah periorbita, skrotum atau labia). Akhirnya sembab menjadi
menyeluruh dan masiI (anasarka).

Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada
pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas bawah pada
siang harinya. Bengkak bersiIat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Pada
penderita dengan sembab hebat, kulit menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Sembab
biasanya tampak lebih hebat pada pasien SNKM dibandingkan pasien-pasien GSFS atau GNMP.
Hal tersebut disebabkan karena proteinuria dan hipoproteinemia lebih hebat pada pasien SNKM.

Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit sindrom neIrotik. Diare
sering dialami pasien dengan sembab masiI yang disebabkan sembab mukosa usus.
Hepatomegali disebabkan sintesis albumin yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada
beberapa pasien, nyeri perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom neIrotik yang
sedang kambuh karena sembab dinding perut atau pembengkakan hati. NaIsu makan menurun
karena edema. Anoreksia dan terbuangnya protein mengakibatkan malnutrisi berat terutama pada
pasien sindrom neIrotik resisten-steroid. Asites berat dapat menimbulkan hernia umbilikalis dan
prolaps ani.
Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai eIusi pleura atau tidak, maka
pernapasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat. Keadaan ini dapat diatasi
dengan pemberian inIus albumin dan diuretik.
Anak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit berat dan
kronik umumnya yang merupakan stres nonspesiIik terhadap anak yang sedang berkembang dan
keluarganya. Kecemasan dan merasa bersalah merupakan respons emosional, tidak saja pada
orang tua pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang tua serta perawatan
yang terlalu sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak menjadi terganggu.
9

ManiIestasi klinik yang paling sering dijumpai adalah sembab, didapatkan pada 95 penderita.

Sembab paling parah biasanya dijumpai pada sindrom neIrotik tipe kelainan minimal (SNKM).
Bila ringan, sembab biasanya terbatas pada daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang
rendah, misal daerah periorbita, skrotum, labia. Sembab bersiIat menyeluruh, dependen dan
pitting. Asites umum dijumpai, dan sering menjadi anasarka. Anak-anak dengan asites akan
mengalami restriksi pernaIasan, dengan kompensasi berupa tachypnea. Akibat sembab kulit,
anak tampak lebih pucat.
Hipertensi dapat dijumpai pada semua tipe sindrom neIrotik. Penelitian International
Study oI Kidney Disease in Children (SKDC) menunjukkan 30 pasien SNKM mempunyai
tekanan sistolik dan diastolik lebih dari 90th persentil umur.
2

%anda utama sindrom neIrotik adalah proteinuria yang masiI yaitu ~ 40 mg/m
2
/jam atau
~ 50 mg/kg/24 jam; biasanya berkisar antara 1-10 gram per hari. Pasien SNKM biasanya
mengeluarkan protein yang lebih besar dari pasien-pasien dengan tipe yang lain.
9

Hipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. Kadar albumin serum 2.5 g/dL.
Hiperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom neIrotik, dan umumnya, berkorelasi
terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar kolesterol LDL dan VLDL meningkat, sedangkan
kadar kolesterol HDL menurun. Kadar lipid tetap tinggi sampai 1-3 bulan setelah remisi
sempurna dari proteinuria.
Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom neIrotik, namun tidak dapat
dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe sindrom neIrotik.
1,5

Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal penyakit.
Penurunan Iungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin serum biasanya terjadi pada
sindrom neIrotik dari tipe histologik yang bukan SNKM.

%idak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom neIrotik. Pada pemeriksaan
Ioto toraks, tidak jarang ditemukan adanya eIusi pleura dan hal tersebut berkorelasi secara
langsung dengan derajat sembab dan secara tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering
pula terlihat gambaran asites. USG ginjal sering terlihat normal meskipun kadang-kadang
dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas yang normal.
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan Iisik dan pemeriksaan
penunjang.
I. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di kedua kelopak mata, perut, tungkai,
atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. Keluhan lain juga dapat
ditemukan seperti urin berwarna kemerahan.
II. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan Iisik sindrom neIrotik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata,
tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang ditemukan hipertensi.
III.Pemeriksaan penunjang
Pada urinalisis ditemukan proteinuria masiI (3 sampai 4), dapat disertai hematuria.
Pada pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia ( 2,5 g/dl), hiperkolesterolemia, dan laju
endap darah yang meningkat, rasio albumin/globulin terbalik. Kadar ureum dan kreatinin
umumnya normal kecuali ada penurunan Iungsi ginjal.
2.6 Diagnosis Banding
1. Sembab non-renal : gagal jantung kongestiI, gangguan nutrisi, edema hepatal, edema
Quincke.

2. GlomeruloneIritis akut
3. Lupus sistemik eritematosus.

2.7 Penatalaksanaan
Bila diagnosis sindrom neIrotik telah ditegakkan, sebaiknya janganlah tergesa-gesa
memulai terapi kortikosteroid, karena remisi spontan dapat terjadi pada 5-10 kasus. Steroid
dimulai apabila gejala menetap atau memburuk dalam waktu 10-14 hari.
Untuk menggambarkan respons terapi terhadap steroid pada anak dengan sindrom
neIrotik digunakan istilah-istilah seperti tercantum pada tabel 2 berikut :

PRO%OKOL PENGOBA%AN
International Study oI Kidney Disease in Children (ISKDC) menganjurkan untuk
memulai dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar 60 mg/m
2
/hari dengan dosis
maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 40
mg/m
2
/hari secara selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu setelah itu
pengobatan dihentikan.
A. Sindrom neIrotik serangan pertama
1. Perbaiki keadaan umum penderita :
a. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke bagian
gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan Iungsi
ginjal.
b. %ingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transIusi plasma atau albumin
konsentrat.

c. Berantas inIeksi.
d. Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.
e. Berikan terapi suportiI yang diperlukan: %irah baring bila ada edema anasarka.
Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. Jika ada
hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.
2. %erapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari setelah diagnosis
sindrom neIrotik ditegakkan untuk memastikan apakah penderita mengalami remisi
spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari terjadi remisi spontan, prednison tidak perlu
diberikan, tetapi bila dalam waktu 14 hari atau kurang terjadi pemburukan keadaan,
segera berikan prednison tanpa menunggu waktu 14 hari.
B. Sindrom neIrotik kambuh (relapse)
1. Berikan prednison sesuai protokol relapse, segera setelah diagnosis relapse ditegakkan.
2. Perbaiki keadaan umum penderita.
a. Sindrom nefrotik kambuh tidak sering
Adalah sindrom neIrotik yang kambuh 2 kali dalam masa 6 bulan atau 4 kali dalam
masa 12 bulan.
1. Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m
2
/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari,
diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu.
2. Rumatan

Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m


2
/48 jam, diberikan selang
sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu,
prednison dihentikan.
b. Sindrom nefrotik kambuh sering
Adalah sindrom neIrotik yang kambuh ~ 2 kali dalam masa 6 bulan atau ~ 4 kali dalam
masa 12 bulan.
1. Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m
2
/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari,
diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu.
2. Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m
2
/48 jam, diberikan selang sehari
dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, dosis prednison
diturunkan menjadi 40 mg/m
2
/48 jam diberikan selama 1 minggu, kemudian 30
mg/m
2
/48 jam selama 1 minggu, kemudian 20 mg/m
2
/48 jam selama 1 minggu, akhirnya
10 mg/m
2
/48 jam selama 6 minggu, kemudian prednison dihentikan.
Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, sikloIosIamid oral 2-3 mg/kg/hari diberikan
setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu sikloIosIamid dihentikan. Indikasi untuk
merujuk ke dokter spesialis neIrologi anak adalah bila pasien tidak respons terhadap pengobatan
awal, relapse Irekuen, terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra steroid, atau untuk biopsi
ginjal.
2.8 Prognosis
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.
2. Disertai oleh hipertensi.
3. Disertai hematuria.
4. %ermasuk jenis sindrom neIrotik sekunder.
5. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.
Pada umumnya sebagian besar ( 80) sindrom neIrotik primer memberi respons yang
baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50 di antaranya akan relapse
berulang dan sekitar 10 tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.













DAFTAR PUSTAKA

1. SyaiIullah, M. 2011. Sindroma Nefrotik. Diunduh : Agustus 2011.
http://www.pediatrik.com/isi03.php?pagehtml&hkategoripdt&direktoripdt&IilepdI0
&pdI&html07110-ebtq258.htm
2. Nelson, 2000. lmu Ke8ehatan Anak Jolume 3 Hal. 1828 1832. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai