Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian bank adalah badan yang mengurus uang, menerima simpanan dan memberi pinjaman dengan memungut bunga, dan Syariah menurut bahasa (kamus) ialah hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan, berasal dari kata syariat, berarti hukum yang tidak bias diakal-akali oleh manusia sekalipun. Jadi Bank Syariah ialah Bank yang berIungsi sebagaimana Iungsinya, namun dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan sesuai Islam. Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya sama dengan bank konvensional. Bedanya tidak memberi atau menarik bunga dari pinjaman bank, tetapi mendapat bagi hasil dari pendapatan yang diperoleh bank. Menurut Sudarsono (2004) Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah
ASAR PEMIKIRAN BANK SYARIAH Dasar pemikiran terbentuknya bank islam bersumber dari adanya larangan riba didalam Al-Qur`an dan Al-Hadist seperti yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 275, 276, dan 278-279, dll. Selain mendasarkan pada ketentuan al-Qur`an dan Hadist berdirinya Bank Syariah juga didasari oleh pernyataan-pernyataan sebagai berikut: 1. !raktek-praktek sistem bunga dan akibatnya. Sistem bunga yang dimaksud adalah tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman. Didalam kenyataannya, penerapan sistem bunga membawa akibat-akibat negatiI sebagai berikut: a. Masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramalkan secara pasti, sementara itu ia tetap membayar presentase pengambilan sejumlah uang yang tetap berada dalam jumlah pokok pinjaman. b. !enerapan sistem bunga mengakibatkan eksploitasi pemerasan oleh orang kaya terhadap orang miskin. 2. Sistem yang ada sekarang memiliki kecenderungan konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan kelompok elite, para banker dan pemilik modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya dikhawatirkan akan mengakibatkan konIlik-konIlik antar kelas sosial yang akan mengganggu stabilitas nasional maupun perdamaian internasional. 3. Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang berhasil dalam membantu memerangi kemiskinan dan meratakan pendapatan ditingkat internasional maupun nasional. 4. Sistem perbankan yang menerapkan sistem bunga bank menimbulkan inIlasi semakin tinggi, karena ada kecenderungan bank-bank untuk memberikan kredit secara berlebih- lebihan. !enyebabnya adalah cara pencipta uang baru tersebut dalam suatu sistem berdasarkan bunga tergantung pada operasi-operasi peminjaman bank-bank komersial. 5. Di dalam era pembangunan ekonomi setiap Negara dewasa ini peranan lembaga perbankan sangat besar dan menentukan. Dengan beroperasinya bank yang berdasarkan prinsip syariat islam diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya suatu sistem ekonomi islam yang menjadi keinginan bagi setiap Negara Islam atau Negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar beragama islam. Dalam hubungan inilah terbentuknya organisasi lembaga perbankan yang berdasarkan prinsip-prinsip islam yang merupakan modal bagi pertumbuhan sistem ekonomi menuju kearah sistem ekonomi islam.
ILOSOI BANK SYARIAH !erbankan syariah merupakan bagian dari ekonomi syariah, dimana ekonomi syariah merupakan bagian dari muamalat (hubungan antara manusia dengan manusia). Oleh karena itu, perbankan syariah tidak bisa dilepaskan dari al Qur`an dan as sunnah sebagai sumber hukum Islam. !erbankan syariah juga tidak dapat dilepaskan dari paradigma ekonomi syariah. Berikut beberapa paradigma ekonomi syariah: 1. Tauhid. Dalam pandangan Islam, salah satu misi manusia diciptakan adalah untuk menghambakan diri kepada Allah SWT: Dan aku tidak menciptakan fin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (51:56). !engambaan diri ini merupakan realisasi tauhid seorang hamba kepada !encipta-Nya. Konsekuensinya, segenap aktivitas ekonomi dapat bernilai ibadah jika diniatkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. 2. Allah SWT sebagai pemilik harta yang hakiki. !rinsip ekonomi syariah memandang bahwa Allah SWT adalah pemilik hakiki dari harta. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (2:284). Manusia hanya mendapatkan titipan harta dari-Nya, sehingga cara mendapatkan dan membelanjakan harta juga harus sesuai dengan aturan dari pemilik hakikinya, yaitu Allah SWT. 3. 'isi global dan jangka panjang. Ekonomi syariah mengajarkan manusia untuk bervisi jauh ke depan dan memikirkan alam secara keseluruhan. Ajaran Islam menganjurkan ummatnya untuk mengejar akhirat yang merupakan kehidupan jangka panjang, tanpa melupakan dunia: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan fanganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan fanganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (28: 77). Risalah Islam yang diturunkan kepada Muhammad SAW pun mengandung rahmat bagi alam semesta: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menfadi) rahmat bagi semesta alam (23:107). Dengan demikian dalam dimensi waktu, ekonomi syariah mempertimbangkan dampak jangka panjang, bahkan hingga kehidupan setelah dunia (akhirat). Sedangkan dalam dimensi wilayah dan cakupan, manIaat dari ekonomi syariah harus dirasakan bukan hanya oleh manusia, melainkan alam semesta. 4. Keadilan. Allah SWT telah memerintahkan berbuat adil: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil (4: 48). Bahkan, kebencian seseorang terhadap suatu kaum tidak boleh dibiarkan sehingga menjadikan orang tersebut menjadi tidak adil: ai orang-orang yang beriman hendaklah kamu fadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menfadi saksi dengan adil. Dan fanganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerfakan (5:8). 5. Akhlaq mulia. Islam menganjurkan penerapan akhlaq mulia bagi setiap manusia. bahkan Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia (HR. Malik). Termasuk saat mereka beraktivitas dalam ekonomi. Akhlaq mulia semisal ramah, suka menolong, rendah hati, amanah, jujur sangat menopang aktivitas ekonomi tetap sehat. Contoh terbaik dalam akhlaq adalah Muhammad SAW, sehingga Allah SWT memuji beliau: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (68:4). Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad sangat dipercaya oleh kaumnya sehingga diberi gelar `al Amin` (yang terpercaya). Hasilnya, beliau menjadi pengusaha yang sukses. 6. Persaudaraan. Islam memandang bahwa setiap orang beriman adalah bersaudara: rang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.. (49:10). Konsep persaudaraan mengajarkan agar orang beriman bersikap egaliter, peduli terhadap sesama dan saling tolong menolong. Islam juga mengajarkan agar perbedaan suku dan bangsa bukanlah untuk dijadikan sebagai pertentangan, melainkan sebagai sarana untuk saling mengenal dan memahami: ai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menfadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (49:13).
&NGSI BANK SYARIAH ungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk Iasilitas pembiayaan. !erbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau proIit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing). Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga (interest free), posisi unik lainnya dari Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional adalah diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersiIat multi- Iinance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenaan dengan siIat dasar transaksi Bank Syariah yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang dapat dilakukan Bank Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip murabahah (fual beli), ijarah (sewa) atau ijarah wa iqtina (sewa beli) dan lain-lain.
T&&AN BANK SYARIAH Tujuan utama bank syariah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya yang berlandaskan al-qur`an dan as-sunah. Adapula tujuan bank syariah secara terperinci, ialah: a. Melaksanakan ajaran islam serta menegakkan syariat Allah di bidang Ekonomi. b. Menciptakan keadilan masyarakat, pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran di bidang ekonomi, serta meningkatkan taraI hidup manusia. c. Mewujudkan kehidupan yang penuh ketentraman, kebahagiaan, kedamaian serta kepedulian sesama umat manusia ,saling menghargai dan menghormati. d. Mewujudkan keseimbangan serta keharmonisan antara kepentingan pribadi dan umum, kepentingan spiritual dan materi, serta kepentingan dunia dan akherat. e. Mewujudkan serta meningkatkan nilai-nilai ubudiyah manusia sebagai hamba-NYA , dan mewujudkan nilai-nilai mua`amalah sesama manusia dalam norma dan etika.
IRI BANK SYARIAH a. Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar. b. !enggunaan prosentasi dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan. Karena prosentase bersiIat melekat pada sisa hutang meskipun utang beda batas waktu perjanjian telah berakhir. c. Didalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (iset Return) yang ditetapkan dimuka d. !engarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah). e. Bank Syari'ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. I. Adanya dewan pengawas yang bertugas mengawasi bank dari sudut islam. g. Bank Islam selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana istilah tersebut tercantum dalam Iiqih Islam. h. Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang bersiIat sosial, dimana nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal) i. ungsi lembaga bank juga mempunyai Iungsi amanah yang artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.
PRINSIP BANK SYARIAH !rinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Beberapa !rinsip atau hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain: a. !embayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan b. !emberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana c. Islam tidak memperbolehkan 'menghasilkan uang dari uang. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsic d. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi e. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan pada Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam yang menjiwai bank syariah, yaitu: a. keadilan, kesamaan dan solidaritas b. larangan terhadap objek dan makhluk c. pengakuan kekayaan intelektual d. harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (Iair way) e. tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban I. kondisi umum dari kredit g. dualiti risiko
ENIS PRO&K BANK SYARIAH 1. Titipan a. Al Wadiah Amanah Al Wadiah Amanah ialah perjanjian antara pemilik uang atau barang dengan bank dengan ketentuan pihak bank bersedia menyimpan dan menjaga keamanan uang atau barang yang dititipkan padanya. !emilik tidak memberi hak kepada penyimpan untuk menggunakan/memanIaatkan barangnya sehingga kehilangan atau kerusakan terhadap barang/uang tersebut yang tidak diakibatkan oleh perbuatan, keasalah atau kelalaian bank sehingga bukan menjadi tanggung jawab bank/si penyimpan. !rinsip ini dapat diterapkan untuk jasa safe deposit box. b. Al Wadiah Dhamanah Al Wadiah Dhamanah ialah perjanjian/kerja sama antara dua pihak, yaitu pemilik uang atau barang memberikan hak kepada penyimpan untuk memanIaatkan uang/barangnya sehingga penyimpan bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan uang/barang tersebut. Uang/barang yang menguntungkan menjadi hak bank/si penyimpan. Si penyimpan dapat memberikan bonus kepada pemiliki uang/barang asalkan hal ini tidak dijanjikan dari awal.
2. Bagi Hasil a. Al Mudharabah Al Mudharabah merupakan hubungan berserikat anatara dua pihak, yaitu pemilik dana menyediakan dan pihak yang memilki pengalaman, keahlian (entrepreneur) menyalurkan dana tersebut sehingga menciptakan nilai tambah. Jenis-Jenis Al Mudharabah : O Mudharabah Muthlaqoh adalah bentuk kerjasama antara Shahibul maal dengan Mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesiIikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. O Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerjasama kebalikan Mudharabah Muthlaqah dimana si Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. Aplikasi Mudharabah Dalam !erbankan. a. Dalam pembiayaan al Mudharabah diterapkan pada : pembiayaan modal kerja, investasi khusus. b. Dalam penghimpunan dana Al Mudharabah dapat diterapkan dalam tabungan berjangka untuk tujuan khusus misalnya : haji, qur`ban; deposito biasa dan deposito special. b. Al Musyarakah Al Musyarakah ialah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih yang memiliki kesepakatan di mana pemilik modal (uang/barang) membiayai suatu usaha sesuai dengan persetujuan. Keuntungan yang dibagi tidak harus sama dengan porsi modal yang disetor. Namun jika terjadi kerugian pembagiannya sesuai dengan modal yang disetor. Jenis-jenis Al Musyarakah. O Musyarakah !emilikan, tercipta karena adaya warisan, wasiat, atau kondisi lain yang menyebabkan adanya kepemilikan aset oleh dua orang atau lebih. O Musyarakah Akad (!erjanjian), tercipta karena ada kesepakatan dari dua orang atau lebih untuk memberikan proporsi tertentu dari modal usaha dengan komitmen untung-rugi ditanggung bersama. Jenis-jenis Al Musyarakah Akad. 1) Syirkah Al Inan 2) Syirkah MuIawadhah 3) Syirkah A`maal 4) Syirkah Wujuh 5) Syirkah Al Mudharabah. c. Al Muzara`ah Al Muzara`ah ialah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap dimana pemilik lahan menyerahkan lahan kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen dalam muzara`ah benih berasal dari pemilik lahan, bila benih dari penggarap maka dinamakan Mukhabarah. Landasan Syari`ah : O Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulallah pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan tanaman. O Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang menyatakan bahwa Bangsa Arab senantiasa mengolah tanahnya dengan cara muzara`ah dengan komposisi 1/3 : 2/3 ; 1/4 : 3/4; 1/2 : 1/2. d. Al Musaqah Al Musaqah ialah bentuk yang lebih sederhana dari Muzara`ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Landasan Syari`ah : Telah berkata Abu JaIar Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib r.a bahwa Rasulallah telah menjadikan pe ;nduduk Khaibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Ali dan selanjutnya dengan rasio 1/3 : 2/3 dan 1/4 : 3/4.
3. Jual Beli a. Al Murabahah Al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dimana penjual memberi tahu harga produk yang dibeli kemudian menambahkan satu tingkat keuntunngan sebagai tambahan dan antara penjual dan pembeli telah menyepakatinya. Landasan Syariah. O QS Al Baqarah 275 artinya : ' .. Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ... O HR Ibnu Majah : Dari Suhaib Ar-Rumi r.a bahwa Rasulallah Saw bersabda : Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. Syarat Al-Murabahah O !enjual memberi tahu biaya modal kepada pembeli/nasabah. O Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. O Kontrak harus bebas riba. O !enjual harus menjelaskan kepada pembeli jika barang cacat. O !enjual harus terbuka berkaitan dengan pembeliannya, misalnya jika pembelian barang dagangan dilakukan secara utang. Catatan : Secara prinsip terdapat keterbukaan dan kesetaraan jual beli dalam Islam, bila beberapa syarat diatas tidak dipenuhi oleh penjual, maka pembeli memiliki pilihan : melanjutkan transaksi apa adanya, menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual dan membatalkan kontrak. ManIaat Al-Murabahah O Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada konsumen/nasabah. O Administrasinya mudah. Kemungkinan resiko Al-Murabahah. O Kemungkinan adanya kelalaian nasabah karena sengaja tidak membayar angsuran. O luktuasi harga komparatiI, bila harga barang di pasar naik padahal penjual telah membelikannya untuk pembeli lain atau konsumen (pengguna akhir). O !enolakan dari pihak pembeli karena berbagai sebab. b. As Salam As Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Landasan Syariah. O QS Al Baqarah 282 : ' Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya ... O Hadist Ibnu Abbas, Rasulallah Saw bersabda : ' Barang siapa yang melakukan salaI (Salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui '. !erbedaan Bai As Salam dengan Ijon. O !enetapan harga sangat tergantung putusan sepihak si tengkulak sementara penjual (petani) dalam posisi lemah. O Dalam sistem Ijon barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan speciIik. O Transaksi Bai As Salam mengharuskan pengukuran dan spesiIikasi barang. O Adanya keridhoan yang utuh antara kedua belah pihak terutama dalam menyepakati harga. QS An Nisaa 29 Allah berIirman : ' ..kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kalian .. c. Al Istishna Al Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang, kedua belah pihak bersepakat tentang harga serta sistem pembayaran. Transaksi Bai Al Istishna merupakan lanjutan Bai As Salam dan umumnya digunakan dalam bidang manuIaktur. Landasan Syariah Landasan syariah Bai Al Istishna sama dengan Bai As Salam, walaupun dalam Bai Al Istishna pokok kontrak tidak dimiliki penjual dengan beberapa alasan yaitu : Bai Al Istishna telah secara luas dipraktekkan, keberadaan Bai Al Istishna didasarkan atas kebutuhan masyarakat dimana seringkali orang memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar. Bai Al Istishna sah sesuai aturan umum selama tidak bertentangan dengan aturan syariah. d. Al Ijarah Al Ijarah (Operational Lease) yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (Ownership) atas barang itu sendiri. Sedangkan, Al Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik (inancial Lease with !urchase Option) yaitu perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa dimana akad sewa diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Landasan Syariah. QS Al Baqarah 233 artinya : ' Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan '.
4. Jasa a. Al Rahan Al Rahan ialah perjanjian yang menjadikan barang berharga sebagai agunan untuk memenuhi suatu kewajiban. Landasan Syariah. O QS Al Baqarah ayat 283 : ' Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang memberi utang).... O HR Bukhari No. 1926 Kitab Al Buyu, dari Aisyah, Rasulallah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besinya. O HR Bukhari No. 1927 Kitab Al Buyu & No. 2329 Kitab Ar-Rahn. ManIaat Ar-Rahn O Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan Iasilitas pembiayaan yang diberikan Bank atau pemilik modal. O Memberikan keamanan kepada semua nasabah dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika debitur ingkar janji. O Jika Rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah barang tentu sangat membatu saudara kita yang kesulitan dana. Resiko Ar-Rahn O Resiko tak terbayarnya utang oleh nasabah debitur. O Resiko penurunan nilai aset yang ditahan. b. Al Hiwalah Al Hiwalah ialah pengalihan kewajiban dari suatu pihak yang mempunyai kewajiban kepada pihak lain. Landasan Syariah. Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah Rasulallah Saw bersabda, Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan jika salah seorang dari kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya, terimalah hawalah itu. Ijma (Kesepakatan !ara Ulama). O Al Hawalah dibolehkan pada utang yang bukan berbentuk barang karena hawalah adalah perpindahan utang maka pemindahan itu harus pada uang atau kewajiban Iinanial. O ManIaat Al Hawalah. O Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan. O Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan. O Dapat menjadi salah satu Iee based income (sumber pendapatan) non pembiayaan bagi bank syariah. O Aplikasi dalam !erbankan. O actoring, !ost dated Check, Bill Discounting c. Al Qardh Al Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Qardh dikatagorikan akad saling bantu dan bukan transaksi komersial. Landasan Syariah : O QS Al Hadiid ayat 11 artinya ' Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak '. O HR Ibnu Majah No.2421 Kitab Al Ahkam, ' Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim lainnya dua kali kecuali yang satunya adalah senilai sedekah '. O HR Ibnu Majah No. 2422, Kitab Al Ahkam. ManIaat Al Qardh dalam aplikasi perbankan. O Memberikan kemudahan kepada nasabah yang dalam kesulitan mendesak karena Al Qardh memungkinkan debitur mendapat dana talangan jangka pendek. O Al Qardh al Hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. O Al Qardh memiliki misi sosial kemasyarakatan sehingga meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. d. Al KaIalah Al KaIalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penjamin (KaIil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak yang ditanggung (pihak kedua). Jenis-Jenis KaIalah : O KaIalah bin-naIis yaitu akad memberikan jaminan atas diri (!ersonal Guarantee). Misalnya seseorang mendapat pembiayaan dengan jaminan nama baik dan ketokohan seseorang. O KaIalah bil-maal yaitu jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang. O KaIalah bit-Taslim yaitu jaminan untuk menjamin pengembalian atas barang yang disewa pada waktu masa sewa berakhir. O KaIalah Al Munjazah yaitu jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu atau untuk kepentingan tertentu. O KaIalah Al Muallaqah yaitu bentuk sederhana dari Al Munjazah yang dilakukan baik oleh !erbankan maupun Asuransi. e. Al Wakalah Al Wakalah ialah perjanjian pemberian kuasa kepada pihak yang ditunjuk untuk mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas/kerja atas nama pemberi keluarga.
PENGHIMP&NAN AN PENYAL&RAN ANA Bank syariah menawarkan produk dan jasa perbankan sesuai dengan syariah Islam. Sebelum dipasarkan, produk atau jasa tersebut harus disetujui terlebih dulu oleh Dewan !engawas Syariah yang menetapkan apakah produk dan jasa memenuhi prinsip syariah atau tidak. Menurut pedoman pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia, kegiatan operasional bank syariah adalah sebagai berikut, 1. !enghimpunan Dana a. Giro Giro merupakan simpanan nasabah bank. Selama saldo giro tersedia, setiap saat nasabah dapat menggunakan cek, bilyet giro, atau sebagai surat perintah sebagai alat pembayaran bank syariah yang menggunakan prinsip Al-Wadiah. Sesuai dengan prinsip tersebut, bank setiap saat menyalurkan dana yang berasal dari saldo giro dengan atau izin nasabah untuk membiayai kegiatan operasional bank dalam mencari laba. Seluruh keuntungan atau manIaat dari penggunaan giro menjadi hak milik bank syariah. Namun, berdasarkan kebijakan bank pembagian keuntungan diberikan kepada pemilik giro. b. Tabungan !enarikan tabungan atau simpanan di bank dilakukan sesuai dengan persetujuan antara si penabung dan bank. !enarikannya oleh penabung sangat sederhana, hanya melalui buku tabungan saja. Dalam hal ini digunakan prinsip Al Wadiah atau Al Mudharabah. Berdasarkan Al Wadiah, tabungan selama masih memiliki saldo oleh si penabung dapat ditarik setiap saat. Tanggung jawab atau pun pembagian keuntungan, baik tabungan maupun giro adalah sama. !enerimaan tabungan berdasarkan prinsip Al Mudharabah digunakan untuk tabungan yang penarikannya tidakk dapat dilakukan sewaktu-waktu. Sesuai dengan prinsip Al Mudharabah, kepada pemilik tabungan diberikan imbalan atas dasar pembagian keuntungan yang telah ditetapkan atau disetujui sebelumnya. Selain itu, apabila bank mengalami kerugian, pemilik tabungan ikut menanggung resiko kerugian tersebut. c. Deposito Berjangka !enarikan deposito dilakukan menurut perjanjian antara deposan dan bank yang bersangkutan. Dalam hal ini digunakan prinsip Al Mudharabah deposan diberi imbalan berdasarkan pembagian keuntungan yang nisbah bagi hasilnya telah ditetapkan dan disetujui sebelumnya. Jika bank mengalamai kerugian, deposan turut menanggung resiko. d. !enerimaan Dana Lainnya Selain menerima simpanan dari masyarakat, bank syariah dapat pula menerima dari bank serta pihak lain. Dana tersebut disalurkan untuk memperoleh laba atas dasar prinsip Al Wadiah, Al Mudharabah, atau Al Qard Ul Hasan
2. !enyaluran Dana !enyaluran dana dilakukan untuk berbagai usaha atau kegiatan dengan dasar. a. Al Mudharabah Bank menyediakan dana 100 bagi usaha atau kegiatan nasabah yanpa campur tangan bank. Namun, bank diberi hak memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan. Dalam hal ini, bank menerima imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak. Jika mengalami kerugian, sepenuhnya ditanggung oleh pihak bank kecuali jika disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian nasabah. b. Al Musyarakah Bank menyediakan sebagian dana dan mitra usaha(nasabah) menanggung selebihnya dalam membiayai suatu proyek. Dalam hal ini bank dapat turut serta mengelolanya. !embagian keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama. Bila terjadi kerugian ditanggung bersama sesuai dengan pangssa pembiayaan masing-masing. c. Al Murabahah Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah dengan pembayaran dilaksanakan di kemudian hari. Bank memberi kuasa kepada nasabah membeli barang atas nama bank. !ada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah yang membeli barang tersebut, harga di mark up dengan harga pokok atau ditambah sejumlah keuntungan d. Al Ijarah dan Al bai Al Ta`jiri Jenis pembiayaan yang dilakukan seperti usaha leasing, baik secara sewa atau operating lease maupun sewa beli atau Iinance leasing. e. Istishna Transaksi jual beli dengan cara pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. I. Salam Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. g. Al Bai Al Dayn Bank membeli dengan cara diskonto piutang atau tagihan hasil transaksi jual beli barang atau jasa terhadap pembeli. Contohnya, wesel dagang, wesel export, dan tagihan dalam rangka anjak piutang (Iactoring). h. Al Qaradh Transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. i. Al Qard Ul Hasan Bank menyediakan Iasilitas dana kepada nasabah tanpa mengharapkan imbalan dari nasabah. Contohnya dana sosial.
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH I INONESIA Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatiI dari perubahan Undang Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Tabel 1.1 !erkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi 1998 K!/UUS 2003 K!/UUS 2004 K!/UUS 2005 K!/UUS 2006 K!/UUS 2007 K!/UUS 2008 K!/UUS 2009 K!/UUS BUS 1 2 3 3 3 3 5 6 UUS - 8 15 19 20 25 27 25 B!RS 76 84 88 92 105 114 131 139 Sumber : BI, Statistik !erbankan Syariah, 2009. Keterangan : BUS Bank Umum Syariah UUS Unit Usaha Syariah B!RS Bank !erkreditan Rakyat Syariah K!/UUS Kantor !usat/Unit Usaha Syariah
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI 2009 (Desember 2009). secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank !erkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009 (berdasarkan data Statistik !erbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank !erkreditan Rakyat Syariah (B!RS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama.
Tabel 1.2 Indikator Utama !erbankan Syariah (dalam milyar rupiah) Indikasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Aset 7.945 15.210 20.880 28.722 36,537 49.555 66.090 D!K 5.725 11.718 15.584 20.672 28.011 36.852 52.271 !embiayaan 5.561 11.324 15.270 20.445 27.944 38.198 46.886 DR 97,14 96,64 97,76 98,90 99.76 103.65 89.70 N! 2,34 2,38 2,82 4,75 4,07 3.95 4.01 Sumber : BI, Statistik !erbankan Syariah, 2009. Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi perbankan syariah.
!erkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signiIikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 persen. !enghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 dan 22.74 persen. Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (D!K) yang dinyatakan dengan nilai inancing to Deposit Ratio (DR), maka bank syariah memiliki rata-rata DR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya, pada tahun 2008 inancing to DeIosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100 . Tingginya tingkat DR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan maret November 2008 lebih besar dari Dana !ihak ketiga. Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari D!K, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non !erIorming inancing (N!) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95, masih dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul menjalankan Iungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati- hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatiI lebih sehat.
Tabel 1.3. !erbandingan !angsa !erbankan Syariah Terhadap Total Bank
Islamic Bank(Des 08) Total Bank Islamic Bank(Des 09) Total Bank Nominal Share
Nominal Share
Total Asset 49,56 2.14 2,310.60 66,09 2.61 2,534.10 Deposit und 36,85 2.10 1,753.30 52,27 2.65 1,973.00 Credit inancial Extended 38,20 - - 46,88 - - DR/LDR 103.66 - - 89.70 - - Sumber : BI, Statistik !erbankan Syariah, 2009
!ada tabel 1.3 terlihat bahwa pangsa perbankan syariah meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61 meningkat sebesar 0.47 , Deposit und atau D!K juga mengalami pertumbuhan menjadi 2,02, meningkat 0,24. hal ini menunjukkan kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.
PERBANINGAN ANTARA BANK SYARIAH AN BANK KON'ENSIONAL Bank Syariah Bank Konvensional 1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja 1. Investasi yang halal dan haram 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli, atau sewa 2. Memakai perangkat bunga 3. !roIit dan Ialah oriented.* 3. !roIit oriented 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraann 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor 5. !enghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan Iatwa Dewan !engawas Syariah 5. Tidak terdapat dewan sejenis *alah berarti mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.