Anda di halaman 1dari 20

BANK SYARIAH

PENGERTIAN BANK SYARIAH


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian bank adalah badan yang mengurus
uang, menerima simpanan dan memberi pinjaman dengan memungut bunga, dan Syariah
menurut bahasa (kamus) ialah hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan, berasal dari kata
syariat, berarti hukum yang tidak bias diakal-akali oleh manusia sekalipun. Jadi Bank Syariah
ialah Bank yang berIungsi sebagaimana Iungsinya, namun dengan aturan dan hukum yang telah
ditetapkan sesuai Islam.
Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya sama dengan bank konvensional.
Bedanya tidak memberi atau menarik bunga dari pinjaman bank, tetapi mendapat bagi hasil
dari pendapatan yang diperoleh bank. Menurut Sudarsono (2004) Bank Syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah

ASAR PEMIKIRAN BANK SYARIAH
Dasar pemikiran terbentuknya bank islam bersumber dari adanya larangan riba didalam
Al-Qur`an dan Al-Hadist seperti yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 275, 276, dan
278-279, dll.
Selain mendasarkan pada ketentuan al-Qur`an dan Hadist berdirinya Bank Syariah juga
didasari oleh pernyataan-pernyataan sebagai berikut:
1. !raktek-praktek sistem bunga dan akibatnya. Sistem bunga yang dimaksud adalah
tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman. Didalam kenyataannya, penerapan
sistem bunga membawa akibat-akibat negatiI sebagai berikut:
a. Masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil
perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramalkan secara pasti,
sementara itu ia tetap membayar presentase pengambilan sejumlah uang yang
tetap berada dalam jumlah pokok pinjaman.
b. !enerapan sistem bunga mengakibatkan eksploitasi pemerasan oleh orang kaya
terhadap orang miskin.
2. Sistem yang ada sekarang memiliki kecenderungan konsentrasi kekuatan ekonomi
ditangan kelompok elite, para banker dan pemilik modal. Alokasi kekayaan yang tidak
seimbang ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya dikhawatirkan
akan mengakibatkan konIlik-konIlik antar kelas sosial yang akan mengganggu stabilitas
nasional maupun perdamaian internasional.
3. Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang berhasil dalam
membantu memerangi kemiskinan dan meratakan pendapatan ditingkat internasional
maupun nasional.
4. Sistem perbankan yang menerapkan sistem bunga bank menimbulkan inIlasi semakin
tinggi, karena ada kecenderungan bank-bank untuk memberikan kredit secara berlebih-
lebihan. !enyebabnya adalah cara pencipta uang baru tersebut dalam suatu sistem
berdasarkan bunga tergantung pada operasi-operasi peminjaman bank-bank komersial.
5. Di dalam era pembangunan ekonomi setiap Negara dewasa ini peranan lembaga
perbankan sangat besar dan menentukan.
Dengan beroperasinya bank yang berdasarkan prinsip syariat islam diharapkan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya suatu sistem ekonomi islam yang
menjadi keinginan bagi setiap Negara Islam atau Negara yang mayoritas penduduknya sebagian
besar beragama islam.
Dalam hubungan inilah terbentuknya organisasi lembaga perbankan yang berdasarkan
prinsip-prinsip islam yang merupakan modal bagi pertumbuhan sistem ekonomi menuju kearah
sistem ekonomi islam.

ILOSOI BANK SYARIAH
!erbankan syariah merupakan bagian dari ekonomi syariah, dimana ekonomi syariah
merupakan bagian dari muamalat (hubungan antara manusia dengan manusia). Oleh karena itu,
perbankan syariah tidak bisa dilepaskan dari al Qur`an dan as sunnah sebagai sumber hukum
Islam. !erbankan syariah juga tidak dapat dilepaskan dari paradigma ekonomi syariah.
Berikut beberapa paradigma ekonomi syariah:
1. Tauhid. Dalam pandangan Islam, salah satu misi manusia diciptakan adalah untuk
menghambakan diri kepada Allah SWT: Dan aku tidak menciptakan fin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (51:56). !engambaan diri ini
merupakan realisasi tauhid seorang hamba kepada !encipta-Nya. Konsekuensinya,
segenap aktivitas ekonomi dapat bernilai ibadah jika diniatkan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
2. Allah SWT sebagai pemilik harta yang hakiki. !rinsip ekonomi syariah memandang
bahwa Allah SWT adalah pemilik hakiki dari harta. Kepunyaan Allah-lah segala apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (2:284). Manusia hanya mendapatkan
titipan harta dari-Nya, sehingga cara mendapatkan dan membelanjakan harta juga harus
sesuai dengan aturan dari pemilik hakikinya, yaitu Allah SWT.
3. 'isi global dan jangka panjang. Ekonomi syariah mengajarkan manusia untuk bervisi
jauh ke depan dan memikirkan alam secara keseluruhan. Ajaran Islam menganjurkan
ummatnya untuk mengejar akhirat yang merupakan kehidupan jangka panjang, tanpa
melupakan dunia: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan fanganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan fanganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (28: 77). Risalah Islam yang
diturunkan kepada Muhammad SAW pun mengandung rahmat bagi alam semesta: Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menfadi) rahmat bagi semesta alam
(23:107). Dengan demikian dalam dimensi waktu, ekonomi syariah mempertimbangkan
dampak jangka panjang, bahkan hingga kehidupan setelah dunia (akhirat). Sedangkan
dalam dimensi wilayah dan cakupan, manIaat dari ekonomi syariah harus dirasakan
bukan hanya oleh manusia, melainkan alam semesta.
4. Keadilan. Allah SWT telah memerintahkan berbuat adil: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil (4: 48). Bahkan, kebencian seseorang terhadap suatu kaum
tidak boleh dibiarkan sehingga menjadikan orang tersebut menjadi tidak adil: ai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu fadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menfadi saksi dengan adil. Dan fanganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerfakan (5:8).
5. Akhlaq mulia. Islam menganjurkan penerapan akhlaq mulia bagi setiap manusia. bahkan
Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa: Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia (HR. Malik). Termasuk saat mereka beraktivitas
dalam ekonomi. Akhlaq mulia semisal ramah, suka menolong, rendah hati, amanah, jujur
sangat menopang aktivitas ekonomi tetap sehat. Contoh terbaik dalam akhlaq adalah
Muhammad SAW, sehingga Allah SWT memuji beliau: Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung (68:4). Sebelum diangkat menjadi Rasul,
Muhammad sangat dipercaya oleh kaumnya sehingga diberi gelar `al Amin` (yang
terpercaya). Hasilnya, beliau menjadi pengusaha yang sukses.
6. Persaudaraan. Islam memandang bahwa setiap orang beriman adalah bersaudara:
rang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.. (49:10). Konsep persaudaraan
mengajarkan agar orang beriman bersikap egaliter, peduli terhadap sesama dan saling
tolong menolong. Islam juga mengajarkan agar perbedaan suku dan bangsa bukanlah
untuk dijadikan sebagai pertentangan, melainkan sebagai sarana untuk saling mengenal
dan memahami: ai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menfadikan kamu berbangsa bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (49:13).

&NGSI BANK SYARIAH
ungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam
bentuk Iasilitas pembiayaan. !erbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil
bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan
keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai
imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau proIit margin, serta bagi hasil
(loss and profit sharing).
Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga
(interest free), posisi unik lainnya dari Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional
adalah diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersiIat multi-
Iinance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenaan dengan siIat dasar transaksi Bank Syariah
yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang
dapat dilakukan Bank Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip murabahah (fual beli), ijarah
(sewa) atau ijarah wa iqtina (sewa beli) dan lain-lain.

T&&AN BANK SYARIAH
Tujuan utama bank syariah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap
aspek kehidupan ekonominya yang berlandaskan al-qur`an dan as-sunah. Adapula tujuan bank
syariah secara terperinci, ialah:
a. Melaksanakan ajaran islam serta menegakkan syariat Allah di bidang Ekonomi.
b. Menciptakan keadilan masyarakat, pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran di bidang
ekonomi, serta meningkatkan taraI hidup manusia.
c. Mewujudkan kehidupan yang penuh ketentraman, kebahagiaan, kedamaian serta
kepedulian sesama umat manusia ,saling menghargai dan menghormati.
d. Mewujudkan keseimbangan serta keharmonisan antara kepentingan pribadi dan umum,
kepentingan spiritual dan materi, serta kepentingan dunia dan akherat.
e. Mewujudkan serta meningkatkan nilai-nilai ubudiyah manusia sebagai hamba-NYA ,
dan mewujudkan nilai-nilai mua`amalah sesama manusia dalam norma dan etika.

IRI BANK SYARIAH
a. Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.
b. !enggunaan prosentasi dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindarkan. Karena prosentase bersiIat melekat pada sisa hutang meskipun utang beda
batas waktu perjanjian telah berakhir.
c. Didalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan berdasarkan
keuntungan yang pasti (iset Return) yang ditetapkan dimuka
d. !engarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah).
e. Bank Syari'ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang
sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan.
I. Adanya dewan pengawas yang bertugas mengawasi bank dari sudut islam.
g. Bank Islam selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana istilah tersebut
tercantum dalam Iiqih Islam.
h. Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang bersiIat sosial, dimana
nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal)
i. ungsi lembaga bank juga mempunyai Iungsi amanah yang artinya berkewajiban
menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap
sewaktu-waktu apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.

PRINSIP BANK SYARIAH
!rinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
sesuai dengan syariah.
Beberapa !rinsip atau hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain:
a. !embayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan
b. !emberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana
c. Islam tidak memperbolehkan 'menghasilkan uang dari uang. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsic
d. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi
e. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan pada Islam.
Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah
Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam yang menjiwai
bank syariah, yaitu:
a. keadilan, kesamaan dan solidaritas
b. larangan terhadap objek dan makhluk
c. pengakuan kekayaan intelektual
d. harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (Iair way)
e. tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban
I. kondisi umum dari kredit
g. dualiti risiko

ENIS PRO&K BANK SYARIAH
1. Titipan
a. Al Wadiah Amanah
Al Wadiah Amanah ialah perjanjian antara pemilik uang atau barang dengan bank dengan
ketentuan pihak bank bersedia menyimpan dan menjaga keamanan uang atau barang
yang dititipkan padanya. !emilik tidak memberi hak kepada penyimpan untuk
menggunakan/memanIaatkan barangnya sehingga kehilangan atau kerusakan terhadap
barang/uang tersebut yang tidak diakibatkan oleh perbuatan, keasalah atau kelalaian bank
sehingga bukan menjadi tanggung jawab bank/si penyimpan. !rinsip ini dapat diterapkan
untuk jasa safe deposit box.
b. Al Wadiah Dhamanah
Al Wadiah Dhamanah ialah perjanjian/kerja sama antara dua pihak, yaitu pemilik uang
atau barang memberikan hak kepada penyimpan untuk memanIaatkan uang/barangnya
sehingga penyimpan bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan uang/barang
tersebut. Uang/barang yang menguntungkan menjadi hak bank/si penyimpan. Si
penyimpan dapat memberikan bonus kepada pemiliki uang/barang asalkan hal ini tidak
dijanjikan dari awal.

2. Bagi Hasil
a. Al Mudharabah
Al Mudharabah merupakan hubungan berserikat anatara dua pihak, yaitu pemilik dana
menyediakan dan pihak yang memilki pengalaman, keahlian (entrepreneur) menyalurkan
dana tersebut sehingga menciptakan nilai tambah.
Jenis-Jenis Al Mudharabah :
O Mudharabah Muthlaqoh adalah bentuk kerjasama antara Shahibul maal dengan
Mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesiIikasi jenis
usaha, waktu dan daerah bisnis.
O Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerjasama kebalikan Mudharabah
Muthlaqah dimana si Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu dan
tempat usaha.
Aplikasi Mudharabah Dalam !erbankan.
a. Dalam pembiayaan al Mudharabah diterapkan pada : pembiayaan modal kerja,
investasi khusus.
b. Dalam penghimpunan dana Al Mudharabah dapat diterapkan dalam tabungan
berjangka untuk tujuan khusus misalnya : haji, qur`ban; deposito biasa dan deposito
special.
b. Al Musyarakah
Al Musyarakah ialah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih yang memiliki
kesepakatan di mana pemilik modal (uang/barang) membiayai suatu usaha sesuai dengan
persetujuan. Keuntungan yang dibagi tidak harus sama dengan porsi modal yang disetor.
Namun jika terjadi kerugian pembagiannya sesuai dengan modal yang disetor.
Jenis-jenis Al Musyarakah.
O Musyarakah !emilikan, tercipta karena adaya warisan, wasiat, atau kondisi lain
yang menyebabkan adanya kepemilikan aset oleh dua orang atau lebih.
O Musyarakah Akad (!erjanjian), tercipta karena ada kesepakatan dari dua orang
atau lebih untuk memberikan proporsi tertentu dari modal usaha dengan
komitmen untung-rugi ditanggung bersama.
Jenis-jenis Al Musyarakah Akad.
1) Syirkah Al Inan
2) Syirkah MuIawadhah
3) Syirkah A`maal
4) Syirkah Wujuh
5) Syirkah Al Mudharabah.
c. Al Muzara`ah
Al Muzara`ah ialah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap dimana pemilik lahan menyerahkan lahan kepada penggarap untuk ditanami
dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen dalam muzara`ah benih
berasal dari pemilik lahan, bila benih dari penggarap maka dinamakan Mukhabarah.
Landasan Syari`ah :
O Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulallah pernah memberikan tanah
khaibar kepada penduduknya dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan
tanaman.
O Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang menyatakan bahwa Bangsa Arab
senantiasa mengolah tanahnya dengan cara muzara`ah dengan komposisi 1/3 : 2/3
; 1/4 : 3/4; 1/2 : 1/2.
d. Al Musaqah
Al Musaqah ialah bentuk yang lebih sederhana dari Muzara`ah dimana si penggarap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Landasan Syari`ah :
Telah berkata Abu JaIar Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib
r.a bahwa Rasulallah telah menjadikan pe ;nduduk Khaibar sebagai penggarap
dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Ali dan
selanjutnya dengan rasio 1/3 : 2/3 dan 1/4 : 3/4.

3. Jual Beli
a. Al Murabahah
Al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati, dimana penjual memberi tahu harga produk yang dibeli kemudian
menambahkan satu tingkat keuntunngan sebagai tambahan dan antara penjual dan
pembeli telah menyepakatinya.
Landasan Syariah.
O QS Al Baqarah 275 artinya : ' .. Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba ...
O HR Ibnu Majah : Dari Suhaib Ar-Rumi r.a bahwa Rasulallah Saw bersabda : Tiga
hal yang didalamnya terdapat keberkahan yaitu jual beli secara tangguh,
muqaradhah (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.
Syarat Al-Murabahah
O !enjual memberi tahu biaya modal kepada pembeli/nasabah.
O Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
O Kontrak harus bebas riba.
O !enjual harus menjelaskan kepada pembeli jika barang cacat.
O !enjual harus terbuka berkaitan dengan pembeliannya, misalnya jika pembelian
barang dagangan dilakukan secara utang.
Catatan :
Secara prinsip terdapat keterbukaan dan kesetaraan jual beli dalam Islam, bila
beberapa syarat diatas tidak dipenuhi oleh penjual, maka pembeli memiliki
pilihan : melanjutkan transaksi apa adanya, menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual dan membatalkan kontrak.
ManIaat Al-Murabahah
O Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga
jual kepada konsumen/nasabah.
O Administrasinya mudah.
Kemungkinan resiko Al-Murabahah.
O Kemungkinan adanya kelalaian nasabah karena sengaja tidak membayar
angsuran.
O luktuasi harga komparatiI, bila harga barang di pasar naik padahal penjual telah
membelikannya untuk pembeli lain atau konsumen (pengguna akhir).
O !enolakan dari pihak pembeli karena berbagai sebab.
b. As Salam
As Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka.
Landasan Syariah.
O QS Al Baqarah 282 : ' Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya ...
O Hadist Ibnu Abbas, Rasulallah Saw bersabda : ' Barang siapa yang melakukan
salaI (Salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan
yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui '.
!erbedaan Bai As Salam dengan Ijon.
O !enetapan harga sangat tergantung putusan sepihak si tengkulak sementara
penjual (petani) dalam posisi lemah.
O Dalam sistem Ijon barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan
speciIik.
O Transaksi Bai As Salam mengharuskan pengukuran dan spesiIikasi barang.
O Adanya keridhoan yang utuh antara kedua belah pihak terutama dalam
menyepakati harga. QS An Nisaa 29 Allah berIirman : ' ..kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kalian ..
c. Al Istishna
Al Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang, kedua belah
pihak bersepakat tentang harga serta sistem pembayaran. Transaksi Bai Al Istishna
merupakan lanjutan Bai As Salam dan umumnya digunakan dalam bidang manuIaktur.
Landasan Syariah
Landasan syariah Bai Al Istishna sama dengan Bai As Salam, walaupun dalam
Bai Al Istishna pokok kontrak tidak dimiliki penjual dengan beberapa alasan
yaitu : Bai Al Istishna telah secara luas dipraktekkan, keberadaan Bai Al Istishna
didasarkan atas kebutuhan masyarakat dimana seringkali orang memerlukan
barang yang tidak tersedia di pasar. Bai Al Istishna sah sesuai aturan umum
selama tidak bertentangan dengan aturan syariah.
d. Al Ijarah
Al Ijarah (Operational Lease) yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(Ownership) atas barang itu sendiri. Sedangkan, Al Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik
(inancial Lease with !urchase Option) yaitu perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
dimana akad sewa diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.
Landasan Syariah.
QS Al Baqarah 233 artinya : ' Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan '.

4. Jasa
a. Al Rahan
Al Rahan ialah perjanjian yang menjadikan barang berharga sebagai agunan untuk
memenuhi suatu kewajiban.
Landasan Syariah.
O QS Al Baqarah ayat 283 : ' Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang memberi utang)....
O HR Bukhari No. 1926 Kitab Al Buyu, dari Aisyah, Rasulallah membeli makanan
dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besinya.
O HR Bukhari No. 1927 Kitab Al Buyu & No. 2329 Kitab Ar-Rahn.
ManIaat Ar-Rahn
O Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan Iasilitas
pembiayaan yang diberikan Bank atau pemilik modal.
O Memberikan keamanan kepada semua nasabah dan pemegang deposito bahwa
dananya tidak akan hilang begitu saja jika debitur ingkar janji.
O Jika Rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah barang tentu sangat
membatu saudara kita yang kesulitan dana.
Resiko Ar-Rahn
O Resiko tak terbayarnya utang oleh nasabah debitur.
O Resiko penurunan nilai aset yang ditahan.
b. Al Hiwalah
Al Hiwalah ialah pengalihan kewajiban dari suatu pihak yang mempunyai kewajiban
kepada pihak lain.
Landasan Syariah.
Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah Rasulallah Saw bersabda, Menunda
pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan jika salah
seorang dari kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya,
terimalah hawalah itu.
Ijma (Kesepakatan !ara Ulama).
O Al Hawalah dibolehkan pada utang yang bukan berbentuk barang karena hawalah
adalah perpindahan utang maka pemindahan itu harus pada uang atau kewajiban
Iinanial.
O ManIaat Al Hawalah.
O Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan.
O Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan.
O Dapat menjadi salah satu Iee based income (sumber pendapatan) non pembiayaan
bagi bank syariah.
O Aplikasi dalam !erbankan.
O actoring, !ost dated Check, Bill Discounting
c. Al Qardh
Al Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Qardh dikatagorikan akad
saling bantu dan bukan transaksi komersial.
Landasan Syariah :
O QS Al Hadiid ayat 11 artinya ' Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya
dan dia akan memperoleh pahala yang banyak '.
O HR Ibnu Majah No.2421 Kitab Al Ahkam, ' Bukan seorang muslim (mereka)
yang meminjamkan muslim lainnya dua kali kecuali yang satunya adalah senilai
sedekah '.
O HR Ibnu Majah No. 2422, Kitab Al Ahkam.
ManIaat Al Qardh dalam aplikasi perbankan.
O Memberikan kemudahan kepada nasabah yang dalam kesulitan mendesak karena
Al Qardh memungkinkan debitur mendapat dana talangan jangka pendek.
O Al Qardh al Hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dengan
bank konvensional.
O Al Qardh memiliki misi sosial kemasyarakatan sehingga meningkatkan citra baik
dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
d. Al KaIalah
Al KaIalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penjamin (KaIil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak yang ditanggung (pihak kedua).
Jenis-Jenis KaIalah :
O KaIalah bin-naIis yaitu akad memberikan jaminan atas diri (!ersonal Guarantee).
Misalnya seseorang mendapat pembiayaan dengan jaminan nama baik dan
ketokohan seseorang.
O KaIalah bil-maal yaitu jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.
O KaIalah bit-Taslim yaitu jaminan untuk menjamin pengembalian atas barang yang
disewa pada waktu masa sewa berakhir.
O KaIalah Al Munjazah yaitu jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu
atau untuk kepentingan tertentu.
O KaIalah Al Muallaqah yaitu bentuk sederhana dari Al Munjazah yang dilakukan
baik oleh !erbankan maupun Asuransi.
e. Al Wakalah
Al Wakalah ialah perjanjian pemberian kuasa kepada pihak yang ditunjuk untuk
mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas/kerja atas nama pemberi keluarga.

PENGHIMP&NAN AN PENYAL&RAN ANA
Bank syariah menawarkan produk dan jasa perbankan sesuai dengan syariah Islam.
Sebelum dipasarkan, produk atau jasa tersebut harus disetujui terlebih dulu oleh Dewan
!engawas Syariah yang menetapkan apakah produk dan jasa memenuhi prinsip syariah atau
tidak. Menurut pedoman pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia, kegiatan operasional bank
syariah adalah sebagai berikut,
1. !enghimpunan Dana
a. Giro
Giro merupakan simpanan nasabah bank. Selama saldo giro tersedia, setiap saat nasabah
dapat menggunakan cek, bilyet giro, atau sebagai surat perintah sebagai alat
pembayaran bank syariah yang menggunakan prinsip Al-Wadiah.
Sesuai dengan prinsip tersebut, bank setiap saat menyalurkan dana yang berasal dari
saldo giro dengan atau izin nasabah untuk membiayai kegiatan operasional bank dalam
mencari laba. Seluruh keuntungan atau manIaat dari penggunaan giro menjadi hak milik
bank syariah. Namun, berdasarkan kebijakan bank pembagian keuntungan diberikan
kepada pemilik giro.
b. Tabungan
!enarikan tabungan atau simpanan di bank dilakukan sesuai dengan persetujuan antara
si penabung dan bank. !enarikannya oleh penabung sangat sederhana, hanya melalui
buku tabungan saja. Dalam hal ini digunakan prinsip Al Wadiah atau Al Mudharabah.
Berdasarkan Al Wadiah, tabungan selama masih memiliki saldo oleh si penabung dapat
ditarik setiap saat. Tanggung jawab atau pun pembagian keuntungan, baik tabungan
maupun giro adalah sama.
!enerimaan tabungan berdasarkan prinsip Al Mudharabah digunakan untuk tabungan
yang penarikannya tidakk dapat dilakukan sewaktu-waktu. Sesuai dengan prinsip Al
Mudharabah, kepada pemilik tabungan diberikan imbalan atas dasar pembagian
keuntungan yang telah ditetapkan atau disetujui sebelumnya. Selain itu, apabila bank
mengalami kerugian, pemilik tabungan ikut menanggung resiko kerugian tersebut.
c. Deposito Berjangka
!enarikan deposito dilakukan menurut perjanjian antara deposan dan bank yang
bersangkutan. Dalam hal ini digunakan prinsip Al Mudharabah deposan diberi imbalan
berdasarkan pembagian keuntungan yang nisbah bagi hasilnya telah ditetapkan dan
disetujui sebelumnya. Jika bank mengalamai kerugian, deposan turut menanggung
resiko.
d. !enerimaan Dana Lainnya
Selain menerima simpanan dari masyarakat, bank syariah dapat pula menerima dari
bank serta pihak lain. Dana tersebut disalurkan untuk memperoleh laba atas dasar
prinsip Al Wadiah, Al Mudharabah, atau Al Qard Ul Hasan

2. !enyaluran Dana
!enyaluran dana dilakukan untuk berbagai usaha atau kegiatan dengan dasar.
a. Al Mudharabah
Bank menyediakan dana 100 bagi usaha atau kegiatan nasabah yanpa campur tangan
bank. Namun, bank diberi hak memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan.
Dalam hal ini, bank menerima imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas
persetujuan kedua belah pihak. Jika mengalami kerugian, sepenuhnya ditanggung oleh
pihak bank kecuali jika disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian nasabah.
b. Al Musyarakah
Bank menyediakan sebagian dana dan mitra usaha(nasabah) menanggung selebihnya
dalam membiayai suatu proyek. Dalam hal ini bank dapat turut serta mengelolanya.
!embagian keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama. Bila terjadi kerugian
ditanggung bersama sesuai dengan pangssa pembiayaan masing-masing.
c. Al Murabahah
Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah dengan pembayaran dilaksanakan di
kemudian hari. Bank memberi kuasa kepada nasabah membeli barang atas nama bank.
!ada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah yang
membeli barang tersebut, harga di mark up dengan harga pokok atau ditambah sejumlah
keuntungan
d. Al Ijarah dan Al bai Al Ta`jiri
Jenis pembiayaan yang dilakukan seperti usaha leasing, baik secara sewa atau operating
lease maupun sewa beli atau Iinance leasing.
e. Istishna
Transaksi jual beli dengan cara pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
I. Salam
Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
g. Al Bai Al Dayn
Bank membeli dengan cara diskonto piutang atau tagihan hasil transaksi jual beli barang
atau jasa terhadap pembeli.
Contohnya, wesel dagang, wesel export, dan tagihan dalam rangka anjak piutang
(Iactoring).
h. Al Qaradh
Transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
i. Al Qard Ul Hasan
Bank menyediakan Iasilitas dana kepada nasabah tanpa mengharapkan imbalan dari
nasabah. Contohnya dana sosial.

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH I INONESIA
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah
pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha
Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis
ini merupakan respon dan inisiatiI dari perubahan Undang Undang perbankan no. 10 tahun
1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan
hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Tabel 1.1 !erkembangan Bank Syariah Indonesia
Indikasi
1998
K!/UUS
2003
K!/UUS
2004
K!/UUS
2005
K!/UUS
2006
K!/UUS
2007
K!/UUS
2008
K!/UUS
2009
K!/UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
B!RS 76 84 88 92 105 114 131 139
Sumber : BI, Statistik !erbankan Syariah, 2009.
Keterangan :
BUS Bank Umum Syariah
UUS Unit Usaha Syariah
B!RS Bank !erkreditan Rakyat Syariah
K!/UUS Kantor !usat/Unit Usaha Syariah

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI 2009
(Desember 2009). secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan
terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank
Umum Syariah dan 76 Bank !erkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009
(berdasarkan data Statistik !erbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah
bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha
Syariah. Selain itu, jumlah Bank !erkreditan Rakyat Syariah (B!RS) telah mencapai 139 unit
pada periode yang sama.

Tabel 1.2 Indikator Utama !erbankan Syariah (dalam milyar rupiah)
Indikasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Aset 7.945 15.210 20.880 28.722 36,537 49.555 66.090
D!K 5.725 11.718 15.584 20.672 28.011 36.852 52.271
!embiayaan 5.561 11.324 15.270 20.445 27.944 38.198 46.886
DR 97,14 96,64 97,76 98,90 99.76 103.65 89.70
N! 2,34 2,38 2,82 4,75 4,07 3.95 4.01
Sumber : BI, Statistik !erbankan Syariah, 2009.
Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi perbankan syariah.

!erkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signiIikan dari akhir tahun
2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 persen. !enghimpunan dana dan
pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 dan 22.74 persen.
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga
(D!K) yang dinyatakan dengan nilai inancing to Deposit Ratio (DR), maka bank syariah
memiliki rata-rata DR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan
tahun sesudahnya, pada tahun 2008 inancing to DeIosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100
. Tingginya tingkat DR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan maret
November 2008 lebih besar dari Dana !ihak ketiga.
Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari
D!K, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non !erIorming inancing
(N!) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95, masih
dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul menjalankan
Iungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-
hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatiI lebih sehat.

Tabel 1.3. !erbandingan !angsa !erbankan Syariah Terhadap
Total Bank

Islamic
Bank(Des 08)
Total
Bank
Islamic
Bank(Des 09)
Total
Bank
Nominal Share

Nominal Share

Total
Asset
49,56 2.14 2,310.60 66,09 2.61 2,534.10
Deposit
und
36,85 2.10 1,753.30 52,27 2.65 1,973.00
Credit
inancial
Extended
38,20 - - 46,88 - -
DR/LDR 103.66 - - 89.70 - -
Sumber : BI, Statistik !erbankan Syariah, 2009

!ada tabel 1.3 terlihat bahwa pangsa perbankan syariah meningkat jika dibandingkan dengan
tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61 meningkat sebesar 0.47 , Deposit
und atau D!K juga mengalami pertumbuhan menjadi 2,02, meningkat 0,24. hal ini
menunjukkan kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.

PERBANINGAN ANTARA BANK SYARIAH AN BANK KON'ENSIONAL
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi yang halal
saja
1. Investasi yang halal dan haram
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli,
atau sewa
2. Memakai perangkat bunga
3. !roIit dan Ialah oriented.* 3. !roIit oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraann
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan debitor-debitor
5. !enghimpunan dan penyaluran dana harus
sesuai dengan Iatwa Dewan !engawas Syariah
5. Tidak terdapat dewan sejenis
*alah berarti mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai