Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT TEORI PIAGET

Teori perkembangan kognitiI didominasi oleh dua ahli yaitu Piaget dan Vygotsky.
Ada beberapa teori lain yang berkembang tetapi biasanya teori tersebut berlandaskan
kepada teori yang dikembangkan oleh Piaget dan Vygotsky.
Jean Piaget (1896-1980) adalah salah satu orang yang paling berpengaruh dalam
perkembangan teori kognitiI. Piaget adalah seorang ahli IilsaIat,biologi, pendidikan, dan
psikologi. Piaget membuat keputusan untuk melakukan studi tentang perkembangan
pengetahuan anak-anak.
Piaget pertama kali mencatat bahwa anak-anak tidak hanya meniru orang dewasa
namun pada kenyataannya berbeda dalam cara-cara mereka berpikir dan melihat dunia.
Piaget mengeluarkan ide bahwa orang dewasa tidak mengetahui secara simpel tentang
anak-anak, tetapi pengetahuan mereka memiliki struktur berbeda, Piaget mengatakan
bahwa anak-anak berbeda dalam tahap perkembangannya dalam berpikir dan
menaIsirkan beberapa cara. Piaget mengembangkan gagasan bahwa anak-anak sebagai
ilmuan kecil yang terlibat dalam eksplorasi aktiI, mencari pemahaman dan pengetahuan.

Prinsip Teori Piaget
Pengembangan kognitiI teori piaget didasarkan pada tiga prinsip utama yaitu
asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Pertama yang paling penting untuk dibahas
yaitu bagan, hal ini akan dijelaskan dibawah ini.
Bagan adalah representasi kognitiI suatu kegiatan atau hal. Ketika seorang bayi
lahir ia akan mempunyai skema bawaan untuk memastikan dia mendapatkan makanan
sehingga dapat tumbuh. Jika bayi berkembang skema ini akan menjadi satu dengan
skema pemberian makanan yang lain sebagai pengalaman bayi dan nutrisi yang berbeda.
Asimilasi adalah sebuah proses menempatkan pengalaman baru menjadi siap
dengan struktur mental yang ada (schemas) (Hummel,1998). Mengenbangkan struktur
kognitiI anak untuk membantu mereka mengerti tentang dunia mereka. Dan ketika
mereka menemukan pengalaman yang baru, mereka tempatkan ini kedalam skema
mereka yang telah dikembangkan. Proses asimilasi adalah sesuatu yang aktiI. Anak-anak
tidak hanya menyerap pengetahuan melalui proses osmosis, tetapi mereka aktiI terlibat
dalam proses asimilasi. Mereka aktiI sepanjang mereka selektiI mereka tdak menyerap
semua inIormasi yang mereka temukan.
Akomodasi adalah memperbaiki dari skema yang ada karena pengalamn baru,
contoh: seorang anak mungkin mempunyai sebuah skema yang menggambarkan semua
objek yang terbang seperti burung tapi ketika dia menemukan Frisbee ini tidak cocok
dengan skema. Itu tidak nyata sehingga diperlukan skema baru. Sebagai anak-anak
mereka akan mengembangkan pengalaman yang ditemukan yang mana skema yang yang
ada tidak mampu menjelaskannya. Sehingga mereka harus mengembangkan tanggapan
dalam skema baru ke pengalaman yang baru.
Keseimbangan adalah proses pencarian untuk mencapai stabilitas kognitiI
melalui asimilasi dan akomodasi (Hummel,1998). Anak akan mencoba secara terus-
menerus untuk menaIsirkan dan memahami dunia saat menemukan pengalamn baru.
Anak membangun pengertian dari alam dan bagaiman itu terjadi, tetapi ini tantangan
yang terus-menerus dari pengalaman yang baru dan itu bertentangan dengan arah
pembangunan mereka. Mereka mencari untuk mengembangkan skema untuk membantu
proses penaIsiran ini. Keseimbangan itu semua adalah penaIsiran dan skema yang sama-
sama cocok dan membuat sebuah gambaran umum tentang alam sesuai dengan pikiran,
bagaimanapun kesetimbangan adalah sesuatu perbahan yang terus-menerus. Setiap waktu
seorang anak menemukan pengalaman baru mereka yang tidak seimbang sampai
asimilasi dan akomodasi terjadi.
Jika mengembalikan kecontoh Frisbee ketika anak pertama menemukan itu
meraka kadang-kadang kebingungan 'itu bukan hidup saya tidak bisa menjelaskan itu
dengan skema saya yang ada atau cara berIikir. Melalui akomodasi dan pengembangan
dari skema yang baru seorang anak mengembalikan kekeadaan setimbang sampai
kepengalamn baru selanjutnya.


Tahap Pengembangan Model Kognitif Piaget

Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitiI anak dapat dibagi kedalam
beberapa tahap saat anak mulai berkembang dan sampai berjalan melalui proses asimilasi
dan akomodasi. Perkembangan pikiran mereka terjadi melalui proses pematangan secara
alami dan oleh karena itu kemampuan mereka untuk memprediksi dan menaIsirkan kata
secara akurat. Piaget berIikir bahwa ada hubungan yang jelas antara perkembangan
kognitiI anak dengan pematangan biologis yang dialami otak. Menurut Piaget
perkembangan kognitiI merupakan suatu proses perkembangan otak dan cara berIikir
serta cara untuk memahami sesuatu. Namun Piaget juga melihat interaksi dengan
lingkungan sebagai Iaktor penting dalam perkembangan kognitiI. Pematangan biologis
berlangsung secara bertahap, sehingga Piaget berIikir bahwa perkembangan kognitiI anak
didasarkan sebagian besar pada perkembangan biologis mereka. Piaget beranggapan
bahwa perkembangan kognitiI terjadi secara bertahap, setiap tahap kemungkinan terjadi
perkembangan pola berIikir.
Piaget mengembangkan beberapa tahap teori didasarkan pada penelitian terhadap
anak-anak. Teori ini menjelaskan berbagai tahap perkembangan kognitiI. Teori Piaget
dianggap sebagai gagasan dasar yang mewakili setiap tahap dan langkah masing-masing
perkembangan kognitiI yang lebih tinggi. Penting untuk dicatat, tahapan ini tetap dalam
urutan yaitu anda tidak dapat menyelesaikan tahap-tahap dalam urutan apapun yang lain
yang di jelaskan dalam gambar.
Model tahap perkembangan kognitiI piaget : sensormotorik ( 0 -2 tahun ), sebelum
operasi ( 2 7 ), operasi konkrit ( 7 12 tahun ), dan operasi Iormal ( 12 tahun ).

Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Tahap ini meliputi usia anak dari 0-2 tahun. Ini adalah tahap perkembangan yang
cepat. Selama tahap ini anak akan mengalami perubahan dari pertama kali dilahirkan
hingga dapat berjalan, dan mulai dapat berbicara. Ini merupakan tahap yang penting dari
aktiIitas sensorik dan motorik. Bayi yang baru lahir tergantung dari skema dan reIlek dan
juga sanggup meniru semua inIormasi yang didapatnya. Contoh: reIlek menghisap,
dimana merupakan suatu kebutuhan untuk memberi makan dan tmbuh. Anak
berkembang sesuai dengan aktivitas sensorik dan motorik dari perkembangan mereka.
Jadi pada akhirnya tahap ini mereka mampu untuk meniru dan mengintegrasikan
beberapa inIormasi secara langsung. Anak pada usia 0-2 tahun mampu menggunakan
tujuan untuk mewakili tujuan yang lain. Contoh: sebuah mangkuk dapat digunakan untuk
bermain kapal-kapalan. Untuk lebih jelasnya deskripsi dalam tahap ini dinampakkan pada
tabel 2.1.
6 Tahap Dari Periode Sensorimotorik Menurut Piaget
Tahap Usia Dskripsi
ReIlek 0- 1 Bulan Dibangun dalam skema dan reIlek. Tidak ada
kemampuan untuk meniru atau menginterasikan
inIormasi.Contoh reIlek menghisap
Siklus
Tindakan
Primer
1 4 Bulan Fase terdiri dari 2 elemen, reaksi primer reIlek /
tanggapan, reaksi melingkar digambarkan sebagai yang
di ulang ulang. Fokus pada tubuh bayi tidak ada
perbedaan diantara diri dan dunia luar.
Contoh : Secara berulang- ulang menggerakkan
lonceng

Reaksi Siklus
Sekunder
4 10 Bulan Fokus perubahan dari tubuh sendiri ke objek, bayi
mulai mengembangkan sejumlah kecil control atas
sekitarnya.
Contoh : Belajar untuk menendang pada kegiatan untuk
membuatnya bergerak.
Koordinasi
Reaksi Siklus
Sekunder
10 12 Bulan Ditandai dengan menggabungkan skema untuk
memecahkan masalah mencapai tujuan.
Contoh : menggunakan mainan untuk membuat kucing
keluar.
Siklus reaksi
tersier
12 18 Bulan Trial and error merupakan metode belajar tentang
objek. Peningkatan mobilitas memungkinkan
pengembangan ekplorasi dan eksperimen. Belajar
untuk menyelesaikan masalah dan lingkungan.
Contoh : Sampah dikebun tidak menyenangkan untuk
dilihat.
Representasi
Internal
18 24 Bulan Belajar bahwa benda benda dan individu dapat
diwakilkan oleh symbol. Pelaku sebelumnya dapat
ditiru yang disebut imitasi. Solusi untuk masalah jadi
lebih komplek, tindakan mental awal menggunakan
mangkuk untuk bermain perahu.

Objek yang tetap adalah Iaktor kunci dalam tahap model Piaget. Piaget
berhipotesis selama 8 bulan tentang perkembangan anak terhadap konsep suatu objek
yang tetap, dimana ilmu pengetahuan adalah suatu objek permanen yang sementara ini
terlihat (Smith, Cowie dan Blades,1998:40). Sebelum anak memperoleh objek yang tetap,
mereka akan terus mencari objek yang terlihat dari pandangannya. Jika saya tidak dapat
melihatnya berarti tidak exis tetapi sekali objek mereka mencari objek mereka akan
mendapatkan objek permanen. Objek yang tetap sangat penting karena dapat menunjukan
bahwa anak memiliki mental untuk mewakili sasaran/objek.

Tahap Pra-operasional (2-6 tahun)
Tahap pra-operasional ini dibedakan atas 2 tahap, yaitu prakonseptual (2-4 tahun)
dan tahapan intuitiv (4-6 tahun). Tahapan prakonseptual (2-4 tahun), tahapan ini dicirikan
dengan pemahaman melalui bahasa, symbol atau representasi suatu pemahaman melalui
permainan hayalan. Anak-anak mulai terbiasa dengan bahasa dan symbol-simbol untuk
mengungkapkan apa yang mereka pikirkan.
Batasan pemikiran anak pada tahap ini antara egosentrisme dan animisme. Istilah
egosentrisme dipakai ketika anak hanya bisa melihat dunia dari sudut pandang mereka
sendiri dan sulit untuk menerima pendapat orang lain. Animisme adalah kecenderungan
dari seorang anak untuk mengemas perasaan dan kehendak mereka pada suatu objek yang
tidak bergerak. Contohnya boneka beruang mereka sedih.
Piaget membuktikan egosentrisme pada anak melalui tes tiga gunung.

The Three Mountain
Piaget membangun tes tiga gunung ini untuk menyelidiki perkembangan
egosentrisme. Seorang anak diperlihatkan gambar tiga dimensi yang berbeda ukuran dan
warna kemudian anak diminta untuk memilih satu gambar atau model. Pertama mereka
akan memilih gambar atau model dan menggambarkan kembali apa yang mereka lihat
dari gambar tersebut yaitu berdasarkan pandangan atau perspektiI mereka sendiri.
Kemudian mereka diminta untuk memilih sebuah gambar yang telah diberi gambaran
dari sudut pandang yang lain terhadap gambar tersebut. Gzesh dan Surber (1985)
menyatakan bahwa anak biasanya akan kembali memilih gambar yang menggambarkan
sudut pandang mereka sendiri(Bee,2000). Piaget menyebut kegagalan anak dalam
memilih gambar ini merupakan kesalahan yang disebabkan oleh siIat egoisme anak.
Anak belum memiliki perkembangan kognitiI dalam hal kemampuan melihat dunia dari
sudut pandang yang lain.
Tahap intuitiI (4-6)
Tahap ini dicirikan dengan perkembangan kelas mental dan pengklasiIikasian. Ini
adalah suatu instuisi (bisikan qalbu) karena anak belum memiliki ide tentang konsep atau
prinsip dasar dalam mengklasiIikasi.
Konservasi itu terealisasikan melalui kuantitas/jumlah yang tidak berubah ketika
tidak ada yang ditambahkan maupun dikurangi dari suatu objek atau koleksi sebuah
objek, walaupun ada perubahan bentuk atau peraturan ruang (Pulaski, 1980).
Kemampuan untuk berkonservasi adalah suatu hal yang sangat penting dari seorang anak
dalam perkembangan kognitiI. Perbedaan kemampuan mereka bereksperimen adalah
kunci dari bagian teori Piaget. Piaget menganggap pada tahap ini anak-anak belum
mampu untuk berkonservasi. Dia menguji proses konservasi ini melalui: cairan, volume,
massa, angka, panjang, berat dan luas.

Conservation OI Liquid
Piaget menguji kemampuan anak dalam menkorservasi cairan dengan
memberikan kepada mereka 2 buah gelas yang berisi cairan.

Pertanyaan : diantara gelas ini, manakah yang berisi cairan paling banyak?
Jawaban : keduanya sama

Jika air dituangkan kedalam gelasnyang ukurannya yang berbeda

Pertanyaan : gelasnmanakah yang berisi cairan paling banyak?
Jawab: (sebelum memikirkan/ memilah2) gelas B karena sangat tinggi
(setelah memikirkan) keduanya sama, satunya panjang dan pendek dan lainnya kurus dan
gemuk/lebar.

Sebelum anak-anak mampu memilah mereka harus menilai gelas B yang mereka lihat,
sebab tahap yang tinggi. Setelah mereka mengetahui bahwa tidak ada yang ditambah atau
dikurangi zat dalam gelas agar keduanya mengandung jumlah yang sama saat
diperhatikan (tampilan)

Conservasi dari number
Kemampuan untuk memilah nomor pada tes saat ini pada anak-anak dgn baris dari
poin(koin)

Pertanyaan: baris manakah yang banyak koin ? atao keduanya jg sama?
Jawab : keduanya sama

Pertanyaan : Baris manakah yang banyak koin? Atau dari keduanya sama?
Jawaban: (sebelum berIikir) banyak pada baris B
(Setelah berIikir) keduanya sama banyak
Kadang-kadang apa yang dilihat anak-anaka adalah dr apa yang tampak/kelihatan tetapi
setelah mereka mengamati kembali ternyata itu sama banyak dan tidak berubah.

Ditahap ini agar anak-anak lebih mengerti maka anak2 harus memahami komponennya
terlebih dulu. Itu adalah pada contoh pertama seperti di gelas b yang susunannya lebih
banyak dibandingkan dgn lebar gelas A. piaget mengelompokkan anak-anak tersebut
kedalam tahapan pre-operasional dmn yang blm dpat menerima yang benar , memahami
yang terbalik atau conservasi (berpegang pada pendirian lama).
Mereka harus memahami konsep resersibiliti-naksi Iisik dan kerja mental dapat
menjadi kebalikan. Selain itu, hanya dapat ,membuat koin tersebut berserakan, jadi kamu
dapat mengambil kembali menjadi dan menyusunnya seperti semula jadi disini setiap no
a dan b adalah sama.

Tabel 2.2
Egosentri : anak-anak dapat melihat dunia dari perspektiI dan menemukan kesulitan dari
pemahaman perspektiI lain.
Animis : kecendrungan untuk perananan dan niat untuk objek mati- seperti beruang yang
merasa sedih.

Conservasi : anak-anak tidak dapat menyelesaikan konservasi/ menyimpang dari volume,
number, panjang, berat, cairan, area dan massa. Hal ini disebabkan
ketidakmampuan mereka untuk memahami konsep, konservasi dan hal yang
sebaliknya.




Tahap operasional konkrit (7-12 tahun)
Istilah operations ini digunakan karena pada tahapan dicirikan melalui
perkembangan stategi dan aturan untuk menaIsirkan dan menyelidiki anak-anak di dunia.
Istilah konkrit mengacu pada kemampuan anak untuk menerapkan strategi ini pada
sesuatu hal yang sedang terjadi (Smith dkk., 1998). Jadi anak dapat memecahkan suatu
masalah yang mereka lihat ataupun yang tidak sesuai kenyataan.

Tabel 2.3 Ringkasan topic karakteristik tahap operasional konkrit
Konservasi Anak mampu untuk membedakan dengan sempurna antara volume,
angka, panjang, berat, cairan, luas, dan massa di akhir tahap ini.
Logika
induktiI
Anak mulai menggunakan pengalaman pribadi untuk mengembangkan
suatu prinsip/aturan, kemudian mereka menerapkannya jika menemukan
suatu masalah. Contoh jika saya makan sejumlah manisan maka
manisan itu akan berkurang, oleh karena itu setiap saya mengambil
sesuatu maka komposisi dari yang diambil itu semakin berkurang.
Kelas inklusi Anak-anak mengakui bahwa sesuatu yang kecil merupakan bagian dari
suatu yang besar, contohnya hewan termasuk semua jenis kucing dan
anjing, meskipun anjing tersebut ada yang jenis Spaniel, Dobermans, dll.
Namun semua anjing tersebut termasuk kedalam kategori hewan secara
umum.
egosentris Kelemahan tahap ini
Ketergantungan pada objek yang konkrit merupakan kelemahan tahap
ini dan anak mampu untuk memecahkan masalah dengan cara menduga
atau khayalan terhadap masalah karena mereka tidak melihat secara
nyata.

tahap operasional Iormal ( 12-16 tahun)
Ketergantungan pada objek yang konkrit merupakan kelemahan tahap ini dan anak
mampu untuk memecahkan masalah dengan cara menduga atau khayalan terhadap
masalah karena mereka tidak melihat secara nyata. Tahap ini dicirikan oleh hipotesis
pemikiran deduktiI dan sistematika pemecahan masalah.
Hipotesis pemikiran deduktiI yaitu pemikiran yang menggunakan logika deduktiI
misalnya seorang anak telah menceritakan semua kelinci memiliki kaki berbulu lembut
dan semua babi Guinea memiliki kaki yang gundul. Mereka bertanya apa tipe kaki yang
dimiliki oleh oleh kelinciku Lucy? Mereka menyimpulkan jika semua kelinci memiliki
kaki berbulu lembut dan Lucy adalah seekor kelinci, dia harus memiliki kaki berbulu
lembut.
Bagian kedua pada tahap ini adalah pemecahan masalah secara sistematis. Sebagai
pemberi kesan, seorang anak ingin memecahkan masalah secara sistematis dan logis,
misalnya seorang anak mencoba membuat warna ungu dari sekelompok cat yang akan
dibuat sebuah model dengan kombinasi warna yang berbeda tetapi masing-masing
kombinasi baru yang akan dibuat berdasarkan pada apa yang telah mereka pelajari dari
kombinasi sebelumnya.

Table 2.5 Ringkasan tentang Psikologi Perkembangan Kognitif Model Tingkatan
Piaget
Tingkatan Ringkasan
Tingkat 0-2 tahun Anak-anak menggunakan panca indera dan kemampuan
motorik untuk menyelidiki dan mendapatkan pengertian
tentang dunianya
Pengetahuan mereka terbatas dan didasarkan pada
pengalaman-pengalaman secara langsung
Saat respon meningkat, kemampuan untuk menyelidiki juga
meningkat sehingga kemampuan kognitiI ikut berkembang
Tingkatan ini dibagi dalam 6 sub (bagian) yang masing-
masing bagian dibuat secara berkelanjutan
Proses awal
Tingkat 2-7 tahun
Tingkatan ini dibagi dalam 2 sub tingkatan, yaitu periode
pengertian awal dan periode intuisi
Selama tingkatan ini anak-anak mulai menggunakan symbol-
simbol dan merespon objek-objek serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi
Keegoisan adalah siIat kunci (melihat dunia dari sudut
pandang anak dan bukan dari sudut pandang orang lain)
Animism (kepercayaan) menghubungkan perasaan dan
perhatian untuk menggerakkan objek (benda) merupakan
bagian dari proses awal
Belum memiliki kemampuan untuk menyimpulkan /
mengelompokkan benda
Berpikir tidak secara logika atau berputar-putar
Proses konkrit
Tingkat 7-12 tahun
Anak-anak memahami secara menyeluruh dan merasa puas
Pada akhir tingkatan ini anak-anak sudah dapat
mengelompokkan / menyimpulkan benda
Mengurangi pemikiran egois
Dasar-dasar pemahaman termasuk dalam tingkatan ini
Umumnya dasar-dasar masalah dikembangkan dan diterapkan
dengan segera melalui pengetahuan induktiI
Proses Iormal
Tingkat 12-16 tahun
Anak-anak menggunakan alasan-alasan hipotesis deduktiI
untuk mengatasi masalah-masalah. Tidak membutuhkan
waktu lama untuk memperoleh objek yang konkrit
Anak-anak menggunakan pendekatan sistematik untuk
mengatasi masalah
Pada tingkatan ini anak mampu berpikir dengan secara
abstrak

Bukti empiris dan evaluasi
Sejauh ini kita telah menguji teori tingkatan Piaget dan siIat-siIat utama dari
setiap tingkatan secara detail. Hal ini penting untuk mengevaluasi teori tersebut dan dari
diskusi ini kita akan mengetahui gambaran evaluasi yang diberikan secara empiris.
Masing-masing topik akan diuji dan didiskusikan dari bukti empiris dengan bantuan
kritikan Piaget secara detail.



Objek permanen
Saran Piaget
Piaget menemukan bahwa anak-anak tidak mampu untuk meraih objek secara permanen
sebelum berusia 8 bulan.
(dia mencatat bahwa ketika suatu objek dihilangkan dari pandangannya, bayi akan
berhenti untuk melihat objek tersebut.)

Bertentangan dengan Piaget
Bower (1982) menemukan bahwa bayi-bayi kurang dari 4 bulan dapat menunjukkan
tanda-tanda dari objek permanen.
(Bayi-bayi ditunjukkan sebuah mainan yang ditempatkan di depan layar. Ketika layar
dipindahkan dari sebagian bayi (kelompok satu), mainan masih ada disana. Untuk
sebagian bayi lainnya (kelompok dua), mainannya dijauhkan. Bayi pada kelompok dua
menunjukkan keterkejutan ketika layar dipindahkan. Mereka berpikir dan berharap
bahwa mainan tersebut masih disana. Ini menunjukkan bahwa bayi pada kelompok dua
telah memiliki objek permanen.)

Ballargeon dan devos (1991) menunjukkan bahwa bayi yang berumur 3-4 bln,
diibaratkan ada sebuah wortel di atas truk yang didalamnya ada wortel besar dan wortel
kecil. Truk itu lwat disamping jendela, kemudian bayi-bayi itu memperhatikan dalam
waktu yang lama, ketika wortel besar tiba disamping jendela . Dalam pemikiran bayi2
tersebu,t mereka mengharapkan agar dapat melihat wortel besar dari atas batas jendela,
agar dapat melihat dengan jelas objek yang nyata(wortel besar). Mereka mengetahui apa
yang seharusnya mereka lakukan ketika truk lewat di depan jendela agar bisa melihat
cukup besar yaitu dengan berdiri di batas ambang jendela.
Egosentrisme
Tokoh yang mendukung teori Piaget

Piaget dan Inhelder melakukan tes pada siswa dengan objek tiga pengunungan, mereka
menemukan bahwa dari umur 9 tahun semua siswa dapat menyelesikan tugas dengan
lengkap.
Brewer(2001) menyediakan sebuah celengan babi untuk anak2, uang yang ada dalam
celengan dikeluarkan dan kemudian digantikan dengan kelereng yang diletakkan di depan
siswa. Kemudian anak2 itu ditanyakan oleh orang lain apa yang mereka pikirkan tentang
bank. Anak termuda akan menjawab dengan egosentrisme yaitu kelereng. Anak tertua
akan menjawab dengan uang. Mereka dapat melihat celengan babi dari sudut pandang
yang berbeda. Walaupun mereka tahu itu berisi dengan kelereng. Mereka juga
mengetahui apa yang dimaksud oleh orang lain tentang sudut pandnag dan anggapan
mengenai celengan babi, yaitu juga disebut dengan sebuah celengan yang berisi uang.
Tokoh yang menolak teori piaget
Bell et.al. (1975) menemukan bahwa anak2 dapat menyelesaikan tugas tiga pengunungan
dengan lengkap pada anak2 yang lebih muda umurnya daripada kondisi yang dilakukan
oleh piaget, Seandainya karakter yang digunakan adalah sebuah boneka dan polisi,
dimana boneka disembunyikan oleh polisi. Skenario ini mungkin lebih nyata untuk
anak2 dan mereka dapt dengan mudah mengidentiIikasi dgn boneka dan polisi, seperti
sebuah permainan. Ini diusulkan sbgai ide untuk teori piaget tentang egosintrisme pada
anak2 yang lebih muda umurnya
Brewer (2011) mengamati anak-anak yang berusia 3 tahun terlibat dalam bermain pura-
pura. dia menyatakan bahwa ini digambarkan kurangnya egosentrisme, karena mereka
mampu bertindak sebagai individu lain dan karena itu harus mampu menggunakan lebih
dari satu perspektiI. memerankan sering diamati dalam pra-sekolah anak-anak akan
bertentangan dengan gagasan piagets egosentrisme.

McDonal and stuart-Hamilton (2003) dilakukan pengulangan tugas pegunungan tiga
dengan orang dewasa dan bahkan ditemukan daripada orang dewasa, yang Piaget akan
mempertimbangkan peserta egosentris rokok, membuat kesalahan, mereka berpendapat
bahwa tugas itu terlalu sulit bahkan untuk beberapa orang dewasa. Oleh karena itu anak-
anak ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas mungkin lebih untuk melakukan
dengan desain dibandingkan dengan kemampuan mereka.

Animisme
Piaget menemukan bukti animisme pada anak-anak di pra operasional
Tokoh yang mendukung teori Piaget
carey (1985) menemukan bahwa beberapa anak di TK (pembibitan) masih
menunjukkan tanda-tanda animisme, menunjukkan bahwa berhenti menghubungkan
perasaan untuk mati objek sebelum Piaget menyarankan dan menunjukkan bahwa anak-
anak di tahap ini dapat membedakan antara objek yang hidup dan objek yang mati.
Tokoh yang menolak teori piaget
McGarrigle dan donald memperkenalkan boneka nakal ke dalam percobaan
konservasi. yang boneka sengaja mengacaukan percobaan, misalnya boneka sengaja
memindahkan koin dan kemudian anak-anak harus menentukan apakah masih ada jumlah
yang sama koin, sekarang bahwa boneka telah mengacaukan baris dan itu tampak
berbeda. para peneliti menemukan bahwa anak-anak mampu menjawab dengan benar tes
konservasi pada usia lebih dini dalam kondisi ini.
rose dan blank (1974) dan samuel dan bryant (1984) menyarankan

Rose dan Black (1974) serta Samuel dan Bryant (1984) berpendapat bahwa anak
akan dibingungkan dengan pertanyaan. Jika mereka ditanyakan dalam suatu pilihan A
atau B atau lebih. Kemudian setelah percobaan selesai dilakukan mereka ditanyakan
kembali dengan pertanyaan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa jika anak-anak
ditanyakan dua kali dengan pertanyaan yang sama, mereka akan berasumsi bahwa
jawabannya yang pertama kali tidak tepat. Ketika hanya ditanyakan dengan satu
pertanyaan ini menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki kemampuan yang baik,
walaupun disana terdapat perbedaan menurut jenjang usia.
Houdec and Guichart (2001) berpendapat bahwa tugas konservasi bukan
merupakan suatu tugas yang harus dipahami oleh logika anak, tapi merupakan sebuah
ukuran dari kemampuan mereka untuk menyelesaikan suatu masalah.
Piaget dalam konservasi tingkah lakunya menemukan bahwa anak-anak dibawah tahap
operasional konkret memungkinkan untuk di konservasi.
Moore dan Frye (1986) berpendapat bahwa perkenalan beruang nakal` tidak
cocok diperkenalkan pada konservasi usia lebih muda dari spesiIikasi piaget . mereka
berpendapat bahwa anak-anak teralihkan konsentrasinya pada eksperiment bukan pada
eksperimennya. Sejauh mereka tidak menyadari bahwa pengambilan tempat, dan
mengapa mereka menjawab benar dan memungkinkan untuk di konservasi.mereka tidak
merrealis perubahan tempat, seperti mereka tidak menonton.
Eysink, Djikstra dan kuper (mendukung teori piaget perkembangan pengetahuan
dan konsep dari interaksi dengan menyertakan murid-murid pada pemecahan masalah
komputer. Dimana murid-murid yang berusaha untuk menyelesaikan masalah akan lebih
berhasil ketika mereka mampu menggambarkan gambaran dari masalah-
masalahkemudian menyelesaikannya.
Piaget dan Inhelder (1956) membagikan anak empat buah gelas beaker. Empat
gelas tersebut diisi dengan bau dan warna yang liquid (kental/ cair). Anak-anak bekerja
untuk mengkombinasikannya untuk menghasilkan warna kuning.piaget dan Inhelder
menemukan bahwa anak melakukan kerja sebuah teknik problem solving tapi anak-anak
dalam langkah Iormal menggunakan sistem pendekatan. Hal ini menandakan bahwa
diperlukan dukungan dari bandul tugas dimana seseorang harus bekerja keras
untukmempengaruhi bandul. Anak-anak pada tahap operasional konkrit menggunakan
pendekatan sistematik.
Bryant dan Trabasso (1971) berpendapat bahwa kegagalan untuk melengkapi
tugas seperti gelas kimia dan bandul tugas merupakan kegagalan memori. Anak-anak
tidak memungkinkan untuk memikirkan solusi apa yang akan mereka coba. Mereka
menemukan bahwa jika anak-anak mencoba maka mereka akan menemukan pemecahan
masalah yang lebih kompleks. Pendapat ini juga menyatakan bahwa anak-anak memiliki
kemampuan kognitive untuk memecahkan persoalan akan tetapi kemampuan mereka
terbatas sesuai dengan memori mereka. Hal ini berati bahwa anak-anak membutuhkan
latihan dan nasihatdalam bagaimana untuk menggunakan pengetahuan mereka untuk
memasuki tahap operasional Iormal.
Mengungkapkan Sutherland (1982) mengungkapkan bahwa 50 dari usia 16
tahun masih pada tahap operasional konkrit atau pada tahap lebih rendah. Dia juga
mengungkapkan bahwa tidak dapat mengasumsikan bahwa orang tua mempunyai
kemampuan lebih pada tahap operasional Iormal, ketika mereka memasuki perguruan
tinggi. Ungkapan ini menunjukkan bahwa dukungan untuk eksistensi dari tahap
operasional Iormal, dan tentunyawaktu yang tepat ini masih dipertanyakan.

Faktor-Faktor Sosial dan Bahasa
Dukungan Piaget.
Pelatihan bahasa tidak menambah kecakapan untuk memecahkan masalah dan
konservasi kewajiban, bahwa Piaget menganjurkan untuk mengoreksi identitas suatu
tahap perkembangan.
Penolakan terhadap Piaget.
Sinclair de Zwart (1969) menyatakan bahwa ketidakmampuan anak-anak untuk
mengkonservasi yang dihubungkan kepada perkembangan bahasa. Anak-anak yang
memiliki kosakata-kosakata yang luas mampu melengkapi identitas. Jika anak-anak
menggunakan kata-kata seperti 'sangat kecil dari atau 'sangat besar daripada 'besar
dan 'kecil. Mereka lebih mampu untuk memecahkan masalah konservasi identitas. Pada
konservasi tersebut dapat mengandalkan perkembangan bahasa-yaitu perkembangan
kognitiI yang luas.
Walaupun tingkat teori asli Piaget mendekati kritikan, aspek-aspek tersebut
mempunyai dukungan. Ide Piaget menyatakan bahwa anak adalah pelajar aktiI dan
memiliki dugaan yang penting untuk mempelajari sampai selesai. Seorang ilmuwan kecil:
pemikiran bentuk kelakuan-yang telah di dukung. Juga merupakan suatu dugaan pada
perkembangan dalam pemikiran kognitiI. Dan juga telah melihat dukungan dengan
bagian ini. Semua isu-isu ini tidak dihubungkan dalam pandangan-pandangan pendidikan
Piaget dan implikasi-implikasi teori pendidikan tersebut.

Teori Piaget dalam Implikasi Pendidikan
Merupakan kepentingan dimana teori Piaget mengevaluasi untuk perkembangan,
tidak hanya studi-studi empiris akan tetapi Piaget juga telah memiliki akibat yang besar
terhadap pendidikan. Walaupun aspek-aspek teori yang dikritik tersebut penting untuk
catatan dimana aspek-aspek teori tersebut mempunyai akibat yang luas pada pendidikan
anak-anak, khususnya pada tahap awal usia anak-anak. Teori-teori dan latihan pendidikan
dipengaruhi oleh peranan Piaget.
Peranan guru.
Pembelajaran berpusat pada anak diperkenalkan oleh Piaget, dalam pandangannya
bahwa anak-anak dibedakan pada dewasa dalam memperoleh pengetahuan mereka. Oleh
karena itu, pengajaran diIokuskan pada anak, yaitu membicarakan sampai tahap dan
tingkat perkembangan mereka.
Piaget merasa bahwa anak tidak akan dapat memiliki kebebasan akhir
pembelajaran mereka, tetapi sampai dapat diarahkan oleh guru. Guru memulai dan
menentukan segala aktivitas. Peran guru adalah menciptakan sebuah situasi dalam anak
yang dapat mengajarkan dan menganjurkan pertanyaan-pertanyaan, percobaan-percobaan
dan spekulasi (Slavin, 1994).
Ketidaksiapan.
Pemikiran piaget bahwa perkembangan kognitiI menjadi dalam beberapa tahap.
Dia berIikir bahwa anak-anak dibutuhkan untuk dapat selesai secara kognitiI. Untuk
mempelajari konsep-konsep baru. Dia berIikir bahwa ini tidak mencoba dan
menganjurkan seorang anak serta mengajak dalam suatu kewajiban yang melebihi tingkat
perkembangan kognitiI mereka. Dia akan mendukung dalam mempertanyakan seorang
anak dalam tahap pra-operasional untuk mencoba suatu kewajiban, karena mereka tidak
siap untuk mengajarkan suatu kewajiban. Oleh karena itu, guru-guru membutuhkan untuk
mengetahui tingkat perkembangan anak dalam memesan perlengkapan pada pemberian
kewajiban-kewajiban. Kewajiban-kewajiban tersebut melebihi tingkat perkembangan
anak adalah peranan penting pada kegagalan dan motivasi.

Pembelajaran aktif.
Piaget tidak memikirkan bahwa anak-anak secara sederhana menyerap
pengetahuan. Dia telah memikirkan bahwa mempelajari dengan aktiI yang meliputi
dalam suatu proses. Oleh karena itu, pembelajaran yang baik membutuhkan partisipasi
keterlibatan yang aktiI berperanan penting pada orang hebat yang menarikdan
memahami. Sebagai contoh, seorang anak telah dapat menceritakan bahwa apibila air
dingin tersebut menjadi es. Ini akan dapat ide yang sulit untuk dipahami. Jika mereka
memenuhi sebuah penampan kubus es, tempat tersebut dalam pendingin dan kembali lagi
untuk melihat perubahan yang terjadi, mereka menyukai banyak pemahaman yang jelas.
Piaget telah merasa, pendidikan dibutuhkan banyak daripada hanya mendengar seorang
guru. Dia telah merasa bahwa anak-anak belajar dengan melakukan. Anak setujui
terhadap Piaget, merupakan seorang ilmuwan dan petualang yang natural, dan
memerlukan untuk disediakan kesempatan dalam belajar dengan aktiI menggunakan
kecakapan natural (Slavin, 1994).

Holtan, Ahmad, Williams dan Hill (2001) mengilunstrasikan tentang pentingnnya
pembelajaran aktiI dan bermain seri dalam pembelajaran matematika. Mereka
menyarankan tentang permainan dalam memberikan kesempatan untuk belajar dan
mencoba. Mereka melihat permainan sebagai sebuah dasar pembelajaran matematika
bagi anak-anak. Ilustrasi pentingnya permainan ini dan pembelajaran aktiI seri dalam
pelajaran kelihatan sangatlah tradisional.
Aturan tentang pembelajaran aktiI ini lebih jauh diperhatikan oleh Sutherland (1999)
yang menjelaskan bahwa individu membutuhkan praktek yang mendasar untuk belajar
hingga mereka sampai ke tingkat oprasional Iormal. Seperti yang kita percaya saat ini
ketika ini ditingkatkan. Sutherland menyarankan bahwa seri dalam pendidikan guru yang
lebih tinggi membutuhkan untuk memberikan kesempatan untuk pembelajaran aktiI.
Belajar dari kesalahan
Piaget menjelaskan bahwa mengajar haruslah Iokus terhadap pendapat anak. Sehingga
sebuah jawaban yang salah adalah sangat bernilai sebagaimana halnya jawaban yang
benar. Seperti halnya ini dapat digunakan untuk mengidentiIikasi pendapat anak-anak
dan untuk mengajarkan prinsip-prinsip dasar. Contonya, jika Jack menjawab bahwa 8
dikalikan dengan 8 adalah 16, dia telah melipat gandakan 8 sebanyak 2 kali (atau 2 lebih
banyak dari 8). Hal ini logis dan dapat didiskusikan dengan jawaban yang salah, dengan
tujuan untuk mengajarkan tentang kwadrat sebuah angka (Slavin, 1994).
Interaksi sejawat
Piaget beranggapan bahwa sosialisi menjadi hal yang penting dari pendidikan. Melalui
interaksi antar teman sejawat ini semua ide bisa dikembangkan dan ditantang. Tipe
interaksi ini membutuhkan anak-anak untuk menanggapi pandangan yang lain. Interaksi
dengan tantangan pikiran rekan sejawat. Seperti halnya rekan pada tingkat kognitiI yang
serupa (Birch, 1998).
Menggunakan benda yang nyata
Anak-anak dibawah tingkat operasional Iormal tidak dapat memecahkan masalah dalam
sudut pandang abstrak. Mereka membutukan perkembangan yang lebih lagi untuk dapat
memecahkan masalah secara material aktual. Contohnya, anak-anak berusaha untuk
memahami objek mana yang mengapung dan mana yang akan tenggelam tidak akan
mampu untuk mengidentiIikasi hal ini hanya dari objek saja. Sehingga, jika mereka
mempunyai sebuah benda dan meletakkan benda tersebut dalam tempat berisi air mereka
akan belajar tentang siIat sebuah objek yang tenggelam. Sama halnya jika anak-anak
mencoba untuk belajar menghitung angka 3, mereka bisa mendapatkan kesulitan untuk
menggunakan tangan mereka. Namun jika mereka mempunyai sebuah alat hitung
sehingga mereka bisa meletakkan kedalam 3 grup. Mereka akan mampu untuk
menghitung 3 kali 3. (Birch, 1998: WoolIork dan McCune-Nicolich, 1984)
Konsep baru
Anak-anak membutukan sebuah konsep yang baru dan pembelajaran yang beru yang
disambungkan dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga mereka dapat
mengasimilasikan dan mengakomodasikan inIormasi baru ini, contohnya, jika guru ingin
mengajarkan anak-anak mereka tentang 4 buah meja, guru harus menghubungkan dengan
3 buah meja yang telah mereka pelajari sebelumnya dengan perhitungan yang sama dan
suruh mereka untuk meletakkan kedalam 4 grup (Birch, 1998).
Pendapat yang lain
Meskipun hasil kerja Piaget sangat berpengaruh namun masih dikritik secara keras.
Sebagian dari kritikus itu menjelaskan sebagai berikut.
Usia
Piaget tampaknya terlalu merendahkan kemampuan kognitiI anak-anak kecil dan terlalu
melebihkan kemampuan kognitiI anak-anak yang lain. Bower (1982) mengidentiIikasi
kemampuan bayi usia 5-6 bulan dan mendapatkan bahwa mereka mampu untuk
menunjukkan sebuah objek yang permanen. Pramling dan Samuelsson (2001)
menyarankan bahwa anak-anak umur 3 tahun bisa memcahkan masalah dalam ilmu sains
dasar jika dijelaskan secara benar. Dalam eksperimen mereka, anak-anak mampu untuk
memecahkan masalah Iisika dasar jika dijelaskan dengan jelas oleh gurunya. Berdasarkan
pendapat ini bahwa Piaget memang merendahkan kemampuan anak-anak usia dini.
Pada bagian awal dari bab ini, perkerjaan Sutherland (1982) talah mengungkapkan
bahwa menunjukkan hanya 50 dari anak-anak menunjukkan kemampuan pada tingkat
operasional Iormal. Masalah ini dipimpin oleh seorang psikolog untuk menyarankan
bahwa meskipun tingkatan Piaget itu ada, namun tentang pengaruh usia membutukan
peninjauan ulang.
Penggunaan pertanyaan
Tes Piaget dan teks telah dikritik dalam penggunaan bahasa yang tidak Iamilier untuk
anak-anak atau mengunakan pertanyaan yang sulit atau agak rancu. Donaldson (1972)
melihat bahasa yang digunakan oleh Piaget dalan kelas tes inklusi, didapati bahwa bahasa
dan pertanyaan sangatlah membingungkan. Ketika pertanyaan direpresentasikan
menunjukkan bahwa angka responden yang menjawab benar hanya dar 25 hingga
48. Pada awal bab ini tentang pendapat Samuel dan Bryant telah dijelaskan. Pekerjaan
mereka menunjukkan bahwa pertanyaan yang ditanyakan dalam uji coba percakapan
sering membingungkan anak-anak. Dan dan hanya ada satu pertanyaan yang dijawab oleh
responden dapat dikatakan meningkat.
isain tes
Eksperimen Piaget menggunakan bahan dan skenario yang tidak Iamiliar bagi anak-anak,
dan sering sekali tes yang disajikan menimbulkan permasalahan. Sebuah eksperimen
yang mudah digunakan untuk percakapan ditemukan percakapan yang digunakan untuk
anak-anak usia dini dibandingkan dengan spesiIikasi Piaget. McGarrgle dan Donaldson
(1974) memperkanalkan 'Naugthy Teddy dalam tes percakapan dan perubahan ini
mendapatkan hasil 70 dari anak usia 4-6 tahun dapat melakukan percakapan.
Saat tes tipe tiga gunung dibuat dalam cara yang berbeda (Bell et al., 1975:lihat bagian
awal) anak-anak mampu melengkapi teks pada usia dini. Reset terbaru mengilunstrasikan
tentang hal yang menarik bahawa orang dewasa mendapatkan kesulitan dalam
melengkapi teks, dan mendapatkan kesulitan karena disain yang pada Iaktanya mereka
adalah partisipan yang tidak egosentrik (McDonald dan Stuart-Hamilton, 2003).
Light, Buckingham dan Robbins (1979) melakukan versi yang berbeda dari teks
konservasi dengan menggunakan dua gelas yang identik dan berisi makanan, kemudian
menunjukkan kepada anak-anak bahwa satu gelas sebagai satu bagian. Kemudian anak-
anak diminta untuk meletakkan makanan dari satu gelas ke gelas lain yang berbeda.
Berdasarkan kondisi ini kebanyakan anak-anak mampu untuk menyatakan tentang jumlah
makanan yang sama, meskipun kelihatanya berbeda. Hal ini menyarankah bahwa cara tes
konservasi ini didisain untuk tanggapan tentang kesalahan si anak dan bukan untuk
ketidak mampuan mereka dalam melakukan konservasi.
Bahasa
Frank (1966) mengklaim bahwa bahasa tidak dapat membantu untuk mengatasi pikiran
yang konkrit. Sehingga sebagaimana yang kita lihat, Sinclair-de-Zwart (1969)
mendapatkan bahwa tidak ada bukti dalam penggunaan latihan bahasa dapat
meningkatkan porIomen.
Jika perkembangan kognotiI dikaitkan dengan kedewasaan, misalnya bahwa kemampuan
tertentu hanya ada pada usia tertentu, maka praktek ini tidak meningkatkan porIemen.
Danner dan Day (1977) telah menemukan peningkatan dalam pemecahan masalah secara
operasional Iormal setelah praktek ini, akan tetapi lebih jelasnya bahwa peningkatan ini
terjadi pada anak-anak yang lain. Ini menyatakan bahwa kedewasaan memiliki sebuah
pengaruh.

Anda mungkin juga menyukai