Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Dua abad lalu, jarak antara sejumlah monumen-monumen-survei di Yunani diukur dengan sangat
akurat. Pada tahun 1988 team ilmiah mengukur kembali jarak-jarak tersebut, dan menemukan
bahwa Yunani lebih panjang satu meter. Mereka juga mendapatkan bahwa Yunani sedang
terpelintir (twisted), bagian ujung Selatan, Peloponnesus, bergerak ke Baratdaya. Penyebab
pemanjangan dan pelintiran ini adalah tektonik lempeng. AIrika bergerak ke Utara, perlahan-
lahan mendorong sebagian lantai laut Mediteran kebawah Yunani. Gaya tektonik secara kontinu
menekan, menarik, melengkungkan dan mematahkan batuan litosIir.
Sumber energi tektonik berasal dari energi panas bumi yang diubah menjadi energi mekanik oleh
arus konveksi. Aliran konveksi sangat besar, batuan panas dalam mesosIir dan astenosIir
pelahan-lahan menyeret dan melengkungkan litosIir secara kontinu yang akhirnya menyebabkan
batuan terdeIormasi, menjadi seperti yang kita lihat saat ini. DeIormasi batuan litosIir terlalu
lambat dan terlalu dalam untuk diamati. Contohnya lempeng India-Australia yang mendesak
lempeng Eurasia, tercermin pada sesar Sumatra. Gerakannya tidak teramati tetapi hasilnya
berupa Bukit-barisan dan seringnya terjadi gempa bumi didaerah ini.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DeIormasi kerak bumi
Secara umum deIormasi kerak bumi merupakan hasil dari gaya tektonik yang secara terus
menerus dan berkala menekan, menarik, membengkokkan dan mematahkan batuan di lapisan
litosIer. Sumber energi tektonik tersebut berasal dari energi panas bumi yang diubah menjadi
energi mekanik oleh arus konveksi. Aliran konveksi sangat besar, batuan panas dalam mesosIir
dan astenosIir pelahan-lahan menyeret dan melengkungkan litosIir secara kontinu yang akhirnya
menyebabkan kerak bumi terdeIormasi, menjadi seperti yang kita lihat saat ini. DeIormasi batuan
litosIir terlalu lambat dan terlalu dalam untuk diamati. Contohnya lempeng India-Australia yang
mendesak lempeng Eurasia, tercermin pada sesar Sumatera. Gerakannya tidak teramati tetapi
hasilnya berupa Bukit barisan dan seringnya terjadi gempa bumi di daerah tersebut. Sehingga
secara tidak langsung telah merubah struktur primer kerak bumi menjadi struktur sekunder yang
telah terdeIormasi.
2.1.1 Tegasan (stress) dan regangan (strain)
Tegasan merupakan gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan suatu benda. Sehingga
apabila di aplikasikan ke dalam kasus kerak bumi tegasan merupakan suatu kondisi yang terjadi
pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Batuan yang terdapat di kerak
Bumi merupakan subyek yang secara terus menerus mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan
dapat mengalami pelengkungan atau keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak,
maka kita menyebutnya batuan tersebut terdeIormasi (berubah bentuk dan ukurannya). Penyebab
deIormasi pada batuan adalah gaya tegasan (stress).
Pengaruh tegasan terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau siIat tegasannya dan siIat
Iisik batuan yang terkena tegasan. Stress terbagi menjadi dua bentuk yaitu :



1. Stress uniIorm
Yaitu stress yang menekan dengan besaran yang sama dari segala arah. Dalam batuan dinamakan
conIining stress karena setiap tubuh batuan dalam litosIir dibatasi oleh batuan disekitarnya dan
ditekan secara merata (uniIorm) oleh berat batuan diatasnya.
2. Stress diIIerensial
Yaitu stress yang menekan tidak dari semua jurusan dengan besaran yang sama. Dalam sistem
ortogonal dapat diuraikan menjadi stress utama, yang maksimum, yang menengah dan yang
paling kecil besarannya. Biasanya diIIerential stress ini yang mendeIormasi batuan dan dikenal 3
jenis diIIerential stress yaitu tensional stress, compression stress dan shear stress.
Tensional stress
Arahnya berlawanan pada satu bidang, dan siIatnya menarik (stretch) batuan dan dapat
mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.
Compression stress
Arahnya berhadapan serta memampatkan atau menekan batuan pada kerak bumi dan
mengakibatkan batuan mengalami penekanan.
Shear stress
Shear stress bekerja berlawanan arah, tidak dalam satu bidang, sehingga menyebabkan
tergesernya dan berpindahnya batuan.
UniIorm atau diIIerensial stress yang menyebabkan terdeIormasinya litosIir diakibatkan oleh
gaya-gaya tektonik yang bekerja sepanjang waktu. Batuan yang terkena stress mengalami
regangan atau perubahan bentuk dan atau volume dalam keadaan padat yang disebut strain atau
regangan.


Pada dasarnya apabila kerak bumi atau batuan mengalami penambahan stress akan terdeIormasi
melalui tiga tahap secara berurutan, yaitu :
1. Elastic deIormation
Secara umum terjadi terjadi apabila siIat gaya tariknya dapat berbalik (reversible). Begitu stress
hilang, batuan kembali kebentuk dan volume semula. Seperti karet yang ditarik akan melar tetapi
jika dilepas akan kembali ke panjang semula. Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic
limit, yang apabila dilampaui batuan tidak akan kembali pada kondisi awal. Di alam tidak pernah
dijumpai batuan yang pernah mengalami deIormasi elastis ini, karena tidak meninggalkan jejak
atau bekas, karena kembali ke keadaan semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir Robert
Hooke (1635-1703) adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan antara stress dan
strain yang sesuai dengan batuan Hukum Hooke mengatakan sebelum melampaui batas
elastisitasnya hubungan stress dan strain suatu material adalah linier.
2. Ducite
Terjadi apabila siIat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible). Untuk mempermudah
penjelasan dapat dilihat dari diagram strain-stress gambar 2.2, mula-mula kurva stress-strain naik
tajam sepanjang daerah elastis sampai pada elastis limit, kurvanya mendatar. Penambahan stress
menyebabkan terjadinya deIormasi ductile. Bila proses stress dihentikan pada titik awal
deIormasi elasits, maka akan kembali sedikit kearah semula.
3. Fracture
Apabila gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan pecah/retak. DeIormasi rekah
(Iracture deIormation) dan lentur (ductile deIormation) adalah sama, menghasilkan regangan
(strain) yang tidak kembali ke kondisi semula.


DeIormsi kerak bumi dapat terjadi tidak hanya tergantung pada besarnya gaya yang bekerja,
namun juga dipengaruhi oleh siIat Iisika dan komposisi batuan serta lingkungan tektonik dan
waktu, berikut diantaranya :
Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile siIatnya dan keregasannya makin
berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokkan pada suhu udara, bila dipaksa akan
patah, karena regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokkan. Demikian pula
halnya dengan batuan. Di permukaan, siIatnya padat dan regas, tetapi jauh dibawah permukaan
dimana suhunya tinggi, bersiIat ducktile dan juga karena Pada temperatur tinggi molekul
molekul dan ikatannya dapat meregang dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih
bereaksi pada kelenturan dan pada temperatur, material akan bersiIat retas.
Waktu dan strain rate
Pengaruh waktu dalam deIormasi batuan sangat penting. Kecepatan strain sangat dipengaruhi
waktu. Strain yang terjadi bergantung pada berapa lama batuan dikenai stress. Kecepatan batuan
untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang dinyatakan dalam volume per unit
volume per detik, di bumi berkisar antara 10-14/detik sampai 10-15/detik. Makin rendah strain
rate batuan, makin besar kecenderungan terjadinya deIormasi ducktile.
Pengaruh suhu, conIining pressure dan strain rate pada batuan, seperti ciri pada kerak, terutama
bagian atas dimana suhu dan conIining pressure rendah tetapi strain rate tinggi, batuan cenderung
regas (brittle) dan patah. Sedangkan bila suhu tinggi, conIining pressure tinggi dan strain rate
rendah batuan menjadi kurang regas dan lebih bersiIat ducktile. Sekitar 15 km kebawah, batuan
bersiIat regas dan mudah patah. Dibawah 15 km batuan tidak mudah patah karena bersiIat lebih
ducktile. Kedalaman dimana siIat kerak berubah dari regas mulai menjadi ducktile disebut
brittle-ductile transition.
Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deIormasinya. Komposisi mempunyai dua aspek.
Pertama, jenis kandungan mineral dalam batuan, beberapa mineral (seperti kwarsa, garnet dan
olivin) sangat brittle, sedangkan lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan gypsum) bersiIat
ducktile. Kedua, kandungan air dalam batuan mengurangi keregasannya dan memperbesar
keducktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan melapisi butiran-
butiran mineral yang memperlemah Iriksi antar butir. Jadi batuan`basah` cenderung lebih
ducktile daripada batuan kering`. Batuan yang cenderung terdeIormasi ducktile diantaranya
batugamping, marmer, lanau, serpih, Iilit dan sekis. Sedangkan yang cenderung brittle daripada
ductile, batupasir, kwarsit, granit, granodiorit dan gneiss.
Tekanan bebas
Pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan siIat untuk retak menjadi berkurang
dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada
material yang tertekan yang rendah akan menjadi bersiIat retas dan cenderung menjadi retak.
Kecepatan tarikan
Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada material yang tertarik secara
lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena itu
maka material akan berperilaku / bersiIat lentur.

2.2 Struktur geologi
DeIormasi pada kerak, yang kita amati saat ini adalah jejak deIormasi yang telah terjadi beberapa
ratus atau juta tahun yang lalu, dan dikenal sebagai struktur geologi. Dalam struktur geologi,
deIormasi akibat gaya tektonik dikelompokkan sebagai struktur sekunder dan dibedakan dari
struktur yang terbentuk pada saat atau sebelum batuan terbentuk yang dinamakan struktur
primer. Yang termasuk dalam struktur primer adalah struktur-struktur pada batuan sedimen,
seperti bidang perlapisan, lapisan bersusun (graded beding), lapisan silang siur (cross beding)
dan jejak binatang. Sedangkan pada batuan beku adalah rekahan-rekahan yang terbentuk akibat
dinginan, dinamakan kekar kolom (columnar joints). Arah rekahan-rekahan yang tegak lurus
bidang pendinginan, permukaannya segi enam, struktur aliran pada lava dsb. Struktur sekunder
yang terbentuk setelah batuan terbentuk, adalah lipatan (Iold), kekar (joint) dan sesar (Iault).

2.2.1 Jurus dan kemiringan bidang
Untuk mendiskripsi deIormasi lapisan batuan, misalnya pada batuan sedimen, diperlukan posisi
atau kedudukan garis atau bidang setelah mengalami deIormasi. Telah kita ketahui bahwa
sedimen semula diendapkan dalam posisi horizontal. Setelah mengalami deIormasi posisinya
berubah, misalnya terlipat, maka posisi limb antiklin atau sinklin tidak horizontal lagi. Posisi
atau kedudukan bidang-bidang yang membentuk limb ini dinyatakan dalam jurus atau strike dan
kemiringan atau dip, yang dipergunakan untuk menyatakan kedudukan semua bidang di alam.
Kemiringan adalah sudut terbesar antara bidang (miring) di alam dengan bidang horizontal
dinyatakan dalam derajat. Bidang horizontal tidak mempunyai kemiringan, atau 00 dan bidang
tegak 900. Jurus dan kemiringan dapat diukur ditempat dengan mempergunakan kompas geologi.
Kompas geologi dilengkapi dengan water pas, untuk membuat bidang horizontal dan klinometer
untuk mengukur kemiringan bidang.

2.2.2 Lipatan (Iold)
Lipatan adalah deIormasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan
bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya
lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah
atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan
kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
3. Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu
utama.
4. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
5. Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
6. Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
7.Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.


2.2.3 Sesar
Kadang-kadang deIormasi berlangsung cukup cepat untuk diamati dan diukur. Untuk
memudahkan deIormasi kerak bumi yang teramati digolongkan dalam dua kelompok besar :
gerakan mendadak yang melibatkan terjadinya rekahan, dimana blok-blok kerak tiba-tiba
bergerak beberapa centimeter atau beberapa meter dalam hitungan menit atau jam. Dan gerak
lamban serta bertahap termasuk deIormasi ductile. Geraknya tetap, menerus tidak disertai
hentakan. Gerakan mendadak melibatkan rekahan pada batuan regan (britle). Rekahan pada
batuan dimana terjadi pergeseran sepanjang rekahan dinamakan sesar, patahan atau Iault. Sekali
rekahan mulai, timbul gesekan mengikuti pergeseran. Selanjutnya perlahan-lahan stress
terkumpul atau tertahan selama gesekan antara kedua sisi sesar dapat mengatasinya. Kemudian
mendadak terjadi lagi pergeseran. Jika stress tetap ada, perulangan penumpukan stress yang
diakhiri dengan pergeseran mendadak terjadi berulang kali. Meskipun gerakan sesar besar
sampai beberapa kilometer, tetapi jarak tersebut merupakan jumlah dari gerakan mendadak.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatiI pergeserannya.
Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan
juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur
dan ditentukan. Pembagiannya antara lain sebagai berikut :

1. Dip Slip Faults adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran
relatiInya berada disepanjang bidang patahannya atau oIIset terjadi disepanjang arah
kemiringannya.


2. Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada
batuan yang bersiIat retas dimana 'hangingwall block telah mengalami pergeseran relatiI ke
arah bagian bawah terhadap 'Iootwall block.


3. Horsts & Gabens Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari
tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan dengan
bidang patahan yang berlawanan.


4. HalI-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan
besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok
yang turun mengalami rotasi.


5. Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan
yang bersiIat retas, dimana 'hangingwall block berpindah relatiI kearah atas terhadap 'Iootwall
block.


6. Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatiInya berarah horisontal mengikuti
arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi.
7. TransIorm-Faults adalah jenis patahan 'strike-slip Iaults yang khas terjadi pada batas
lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis
patahan transIorm umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran (oIIset),
dimana patahan transIorm hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar
dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatiI diantara kedua bloknya karena blok
tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (Iracture
zones). Patahan 'San Andreas di CaliIornia termasuk jenis patahan 'transIorm Iault.

Lipatan dan sesar tidak selalu menerus. Sesar-sesar cenderung berhenti sebagai lipatan Lipatan,
akan berhenti diujungnya yang makin mengecil,
Jika dua macam batuan terkena tegasan yang sama, yang regas (britle) akan terdeIormasi sebagai
rekahan atau tersesarkan, dan lainnya yang lentur (ductile) terdeIormasi ductile. Hasilnya adalah
sebuah lipatan monoklin,
Beberapa sesar anjakan (thrust Iault), diawali oleh lipatan rebah yang karena tegasannya
berlanjut, sayapnya yang terbalik tertarik kuat, teregangkan dan akhirnya patah menjadi sesar
anjakan.

2.2.4 Kekar
Kekar atau joint adalah rekahan-rekahan pada batuan, lurus, planar dan tidak terjadi pergeseran.
Kekar umumnya terdapat sebagai rekahan tensional dan tidak ada gerak sejajar bidangnya.Kekar
membagi-bagi batuan yang tersingkap menjadi blok-blok yang besarnya bergantung pada
kerapatan kekarnya. Dan merupakan bentuk rekahan paling sederhana yang dijumpai pada
hampir semua batuan. Biasanya terdapat sebagai dua set rekahan, yang perpotongannya
membentuk sudut berkisar antara 45 sampai 90 derajat.
Kekar mungkin berhubungan dengan sesar besar atau oleh pengangkatan kerak yang luas, dapat
tersebar sampai ribuan meter persegi luasnya. Umumnya pada batuan yang regas. Kebanyakan
kekar merupakan hasil pembubungan kerak atau dari kompresi atau tarikan (tension) berkaitan
dengan sesar atau lipatan.
Ada kekar tensional yang diakibatkan oleh pelepasan beban atau pemuaian batuan. Kekar kolom
pada batuan volkanik terbentuk oleh tegasan yang terjadi ketika lava mendingin dan mengkerut.
Pada lapisan-lapisan sedimen terutama batupasir, sering terdapat kekar-kekar yang bervariasi
arahnya. Rekahan ini terbentuk selama penimbunan dan litiIikasi yang akan tetap tertutup selama
tertimbun dikedalaman. Karena erosi dan tersingkap, sedikit pendinginan dan kompresi relieI
memungkinkan rekahan agak terbuka. Pada beberapa daerah kekar mengontrol pola aliran
sungai, terutama aliran-aliran sekundernya.
Kekar juga mempunyai nilai ekonomis. Dapat memperbesar permeabilitas yang penting bagi
migrasi dan menampung air tanah dan minyak bumi.
Analisa kekar sangat diperlukan dalam eksplorasi dan pengembangan sumber daya alam.
Rekahan-rekahan mengontrol endapan mineral, tembaga, timbal, seng, merkuri, perak, mas dan
tungsten.
Larutan hidrotermal yang berasosiasi dengan intrusi batuan beku mengalir sepanjang kekar-kekar
dan mengendapkan mineral-mineral sepanjang dinding kekar, membentuk urat-urat mineral
(mineral veins). Konstruksi besar, seperti bendungan, sangat perlu memperhatikan sistem kekar
pada batuan. Selain mempengaruhi daya dukung batuan, kekar juga dapat menimbulkan masalah
kebocoran. Dalam penambangan batuan, marmer, granit dll, sistem kekarlah yang menentukan
berapa besar blok batuan yang dapat ditambang. Dan adanya kekar-kekar akan mengurangi
peledakan yang diperlukan.




DAFTAR PUSTAKA

Sapiie, Benyamin dkk. 2010.GEOLOGI FISIK. Bandung: ITB
Endarto, Danang. 2005. PENGANTAR GEOLOGI DASAR. Surakarta: UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS

ReIerensi lain:
http://arieIgeo.blogspot.com/2010/06/deIormasi-kerak-bumi.html
http://debriadiharset.wordpress.com/2010/03/07/3rd-structure-geology/
http://www.docstoc.com/docs/58629055/Chapter-4-Geologi-Struktur-dan-Tekto
Diposkan oleh audijst di 14:12

Anda mungkin juga menyukai