Anda di halaman 1dari 10

kutipan semangat

keberhasilan adalah sebuah pencapaian... tiada keberhasilan tanpa kerja keras tiada kerja keras tanpa resiko setiap orang akan mengalami fase2 sulit.. salam sukses!!!

STRUMA
06:23 | Label: KMB

Konsep Dasar Medis A. Definisi

Struma adalah istilah untuk pembesaran kelenjar tiroid / godok (Dr.Hendra T.Laksman ) Struma Nodusa adalah struma yang tanpa disertai hipertiroidisme ( Manjoer 1999 : 589 ) Struma Nodusa atau struma adenomathosa adalah struma yang ditemukan di daerah pegunungan kerena difisiensi yodium ( Syamsu Hidayat,1997 : 934 )

B. Etiologi Penyebab kelainan ini bermacam macam,pada siap orang dapat dijumpai masa karena kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa pubertas , pertumbuhan ,

menstruasi, kehamilan , laktasi, monepouse, infeksi atau stress lain. Pada masa-mas tersebut dapat dijumpai hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga terjadi iskemia. ( Manjoer, 1999 : 589 ) C. Klasifikasi Klasifikasi dan karakteristik Struma Nodusa menurut ( Sarwana, 1991 : 757 dan Manjoer, 1999 : 598 ) antara lain : 1. Berdasarkan jumlah nodul a. Struma nodusa soliter : jika jumlah nodul hanya Satu b. Struma multi nodusa : jika jumlah nodul lebih dari satu . 2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif a. c. a. c. Nodul dingin Nodul panas 3. Berdasarkan Konsistensinya Nodul lunak Nodul keras b. Nodul kistik d. Nodul sangat keras D. Manifestasi Klinis Akibat berulangnya hyperplasia dan involusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi sabagai fibrosis, nekrosis, klasifikasi, pembentukan kista dan perdarahan kedalam kista tersebut. Pada umumnya kelainan yang dapat menampakan diri sebagai struma nodusa adalah Edenoma, kista perdarahan tiroiditis dan karsinoma. ( Mansjoer,199 ; 589 ) Sedangkan manifestasi klinik penderita dengan hipotiroidisme nyata, berupa kurang energi, rambut rontok, intoleransi dingin, berat badan naik, konstipasi, kulit kering dan dingin, suara parau, serta lamban dalam berpikir. b. Nodul hangat

Pada hipotiroidisme, kelenjar tiroid sering tidak teraba. Kemungkinan terjadi karena atrofi kelenjar akibat pengobatan hipertiroidisme memakai yodium radioaktif sebelumnya atau setelah tiroditiditis autoimun.( Sarwana, 1991 : 757 ) E. Patofisiologi Pada umumnya penderita struma nodusa tidak mengalami keluham karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme. Nodusa mungkin tunggal tetapi kebanyakan berkembang menjadi multi noduler yang tidak berfungsi. Struma dapat menjadi besar tanpa gejala, kecuali berjalan dileher. Sebagian penderita dengan Struma nodusa dapat hidup dengan Strumanya tanpa keluhan, karena tidak mengganggu pernafasan dan menonjol kedepan. Sebagian lain dapat menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnaya terjadi Dyspnea. Biasanya struma adenoma benigna, walaupun besar tidak menyebabkan gangguan neurologik, Muskuloskeletal, menelan karena tekanan atau dorongan. Kelainan lain adalah rasa berat di leher saat menelan makanan. Trakea naik untuk menutup laring dan epiglostis sehingga tiroid terasa berat karena terfiksasi pada trakea. ( Syamsu Hidayat, 1997 : 934 935 )

F. Pathways

Kebut.Tiroksin

( spt pd usia pubertas)

Hyperplasia & Hipertrofi kelenjar tiroid

Nodularis Kelenjar Tiroid

Struma

Penyempitan jalan Epiglostis menutup Napas Stromektomi trakea

Dyspnea

sesak saat menelan

interupsi bedah

Ketidakefektifan jalan napas Nyeri telan pita suara luka operasi

Nyeri Kerusakan komunikasi verbal

Dampak Anastesi

System saraf pernafasan

Medulla oblongata

System pernafasan

sekret

Ketidakefektifan jalan napas obstruksi jalan nafas

G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan struma menurut ( Manjoer, 1999 : 600 ) 1. Strumektomi

Dilakukan pada struma yang besar dan menyebabkan keluhan mekanis 2. L Tiroksin selama 4 5 bulan Preparat ini diberikan bila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid ulang. 3. Biopsis aspirasi jarum halus Cara ini dilakukan pad kista tiroid sehingga nodul kurang dari 10 mm. H. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang menurut Arief Manjoer ( 1999 : 599 ) 1. Pemeriksaan sidik tiroid Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama adalah fungsi bagian bagian tiroid. 2. Pemeriksaan Ultrasonografi ( USG ) Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair dan beberapa bentuk kalainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakan suatu nodul ganas atau jinak 3. Biopsis aspirasi jarum halus Biopsi ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. 4. Termografi Adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermographi. 5. Petanda Tumor Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobin ( TG ) serum.

Konsep Dasar Keperawatan I. Pengkajian Menurut Doengoes ( 1999 : 202 ) 1. Integritas Ego

Gejala : perasaan takut akan kehilangan suara, khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga atau kemampuan kerja. Tanda : Ansietas, Depresi, marah dan menolak. 2. Makanan atau cairan Gejala : Kesulitan menelan Tanda : kesulitan menelan, mudah tersedak, inflamasi / drainage oral, kebersihan gigi buruk. 3. Hygiene Tanda : kemunduran kebersihan gigi, kebutuhan perawatan dasar. 4. Neurosensori Gejala : Displobia ( penglihatan ganda ), ketulian, kesemutan parastesia otot wajah. Tanda : Hiperemis wajah ( keterlibatan parotid dan submandibularis ), parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian konduksi, kerusakan membran mukosa. 5. Nyeri / kenyamanan Gejala : Sakit tenggorokan atau mulut ( nyeri hebat menyertai pembedahan leher dibandingkan nyeri sebelum pembedahan ) Tanda : perilaku berhati hati, gelisah, gangguan tonus otot. 6. Pernafasan Gejala : batuk dengan atau tanpa sputum, Drainase darah pada nasal Tanda : sputum dengan darah, Hiplopisis, Dyspnea. 7. Interaksi social Gejala : Masalah tentang kemampuan berkomunikasi bergabung dalam interaksi social Tanda : Parau menetap / perubahan tinggi, suara bicara kacau, enggan untuk bicara II. Fokus Intervensi 1. Resti ketidakefektifan jalan nafas b/d spasme laryngeal ( Doengoes,2000 : 720 ) Tujuan : jalan nafas efektif Kriteria Hasil : - mempertahankan jalan nafas paten - tidak terjadi aspirasi Intervensi : a. Pantu frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan

R/ : Pernafasan normal, kadang kadang cepat tetap perkembangan distress pada pernafasan Merupakan indikasi komplikasi. b. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi R/ ; Ronchi merupakan indikasi adanya obsruksi atau spasme laryngeal c. Waspadakan klien untuk menghindari ikatan pada leher menyokong kepala pada leher. R/ : Menurunkan kemungkinan adanya ketegangan pada daerah luka karena pembedahan. d. Selidiki kesulitan menelan, pemupukan sekresi oral R/ : Merupakan indikasi edema / perdarahan yang membeku pada sekitar jaringan daerah operasi 2. Kerusakan komunikasi vebal b/d cidera pita suara ( Doengoes,2000 : 721) Tujuan : klien dapat berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal Kriteria Hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami Intervensi : a. Kaji fungsi bicara periodic, anjurkan untuk tidak bicara terus menerus R/ : Kerusakan saraf permanent dapat terjadi, yang menyebabkan paralysis pita suara dan atau penekanan pada trakea. b. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang memerlukan jawaban Ya atau Tidak . R/ : Menurunkan kebutuhan berespon mengurangi bicara. c. Memberi metode komunikasi alternative yang sesuai seperti papan tulis, kertas atau papan gambar R/ : Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan d. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur. R/ : Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi. e. Beritahu pasien untuk terus membatasi bicara R/ : Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diperlukan. f. Pertahankan lingkungan yang tenang R/ : Meningkatkan kemampuan mendengar komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan.

3. Nyeri b/d interupsi bedah terhadap jaringan / otot. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang. Kriteria Hasil : - Melaporkan nyeri hilang / berkurang - mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan, aktivitas, hiburan yang tepat situasi. Intervensi : a. kaji tanda tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat hasil intensitasnya skala ( 0 10 ) R/ : Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi. b. Letakan pasien dalam Semi Fowler dan leher / kepala dengan bantal. R/ : Mencegagh hiperekstensi laher pada garis jahitan, menurunkan tegangan otot. c. Pertahankan leher / kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan posisi. R/ : Mencegah stress pada garis jahitan dan menurunkan tegangan otot. d. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti mendengarkan musik R/ : Membantu memfokuskan kembali perhatian dan mengurangi nyeri. e. Kolaborasi dengan Dokter pemberian analgetik sesuai indikasi. R/ : Menurunkan Nyeri 4. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d epiglottis menutup trakea, nyeri telan. Tujuan : tidak terjadi malnutrisi Kriteria Hasil : - Menjelaskan alasan dan prosedur pengobatan. - Mendapatkan pengalaman tentang nutrisi yang adekuat melalui Oral Intervensi : a. Kaji tingkat kesadaran dan respon secara tepat dan kemampuan dalam menelan R/ : Mengetahui sejauh mana pasien dapat menelan makanan seperti semula b. Ajarkan teknik untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat dan merangsang nafsu makan R/ : Meningkatkan pengetahuan pasien c. Ubah variasi kepadatan makanan yang diperbolehkan menurut tekstur dan rasa yang berbeda

R/ : Dengan pemberian makanan yang bervariasi paisen tidak akan bosan. e. Posisikan pasien dengan setengah duduk / Semi Fowler atau ditepi tempat tidur jika memungkinkan R/ : Menjaga kenyamanan pasien f. pertahankan posisi selama 10-15 menit sebelum dan sesudah makan. R/ : Untuk mempertahankan kepatenan esofhagus.

Daftar Pustaka Carpenito L Y, 2001, Hand Book of Nursing Diagnosis, Edisi 8, EGC : Jakarta Doengoes, dkk, 2000, Nursing Care Plans : Guideline For Planning And Dokumentating Care. EGC : Jakarta. Hidayat, Syamat, dkk, 1997. Edisi Revisi Buku Ilmu Ajar Bedah,EGC : Jakarta. Manjoer, Arief, dkk, 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapius : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai