Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Advokat merupakan salah satu penegak hukum yang bertugas memberikan
bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang menghadapi
masalah hukum yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Advokat
mengandung tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang luhur, baik terhadap diri
sendiri, klien, pengadilan, dan Tuhan, serta demi tegaknya keadilan dan kebenaran.
Dalam sumpahnya, advokat bersumpah tidak akan berbuat palsu atau membuat
kepalsuan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
1
Juga tidak akan dengan sengaja
atau rela menganjurkan suatu gugatan atau tuntutan yang palsu dan tidak mempunyai
dasar hukum, apalagi memberi bantuan untuk itu. Tidak akan menghambat seseorang
untuk keuntungan dan itikad jahat, tetapi akan mencurahkan semua pengetahuan dan
kebijaksanaan terbaik dalam tugas dengan penuh kesetiaan kepada klien, pengadilan,
dan Tuhan.
Pada saat menjalankan tugasnya seorang advokat memiliki hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban seorang advokat adalah menjalankan tugas dan Iungsinya sesuai
Kode Etik Advokat Indonesia dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang
Advokat. Hubungan antara advokat dan kliennya dipandang dari advokat sebagai
officer of the court, yang mempunyai dua konsekuensi yuridis, sebagai berikut :
Frans Hendra Winarta./;okat In/onesia Citra, I/ealisme /an Keprihatinan, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1995.hal,38
1. Pengadilan akan memantau bahkan memaksakan agar advokat selalu tunduk pada
ketentuan Undang Undang atau berperilaku yang patut dan pantas terhadap
kliennya.
2. Karena advokat harus membela kliennya semaksimal mungkin , maka advokat
harus hati-hati dan tunduk sepenuhnya kepada aturan hukum yang berlaku.
Dalam membela kliennya advokat tidak boleh melanggar aturan hukum yang
berlaku. Tidak boleh melanggar prinsip moral, serta tidak boleh merugikan
kepentingan orang lain. Advokat termasuk proIesi yang mulia (nobile officium, karena
ia berkewajiban memberikan jasa hukum yang berupa menjadi pendamping, pemberi
nasehat hukum, menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya, atau dapat
menjadi mediator bagi para pihak yang bersengketa tentang suatu perkara, baik yang
berkaitan dengan perkara pidana, perdata, maupun tata usaha negara. Ia juga dapat
menjadi Iasilitator dalam mencari kebenaran dan menegakan keadilan untuk membela
hak asasi manusia serta memberikan pembelaan hukum yang bebas dan mandiri.
2
ProIesi advokat adalah proIesi yang mulia karena advokat mengabdikan dirinya
kepada kepentingan masyarakat dan demi penegakan hukum yang berdasarkan kepada
keadilan, serta turut menegakkan hak-hak asasi manusia. Di samping itu, advokat
bebas dalam membela, tidak terikat pada perintah kliennya dan tidak pandang bulu
terhadap terhadap kasus yang dibelanya. Namun seringkali dalam kenyataan, orang-
orang yang menggeluti proIesi advokat tidak dapat menjunjung tinggi idealisme dari
#ahmat rosyadi dan Sri Hartini, /;okat Dalam Perspektif Islam /an Hukum Positif, Ghalia Indonesia, hal
17.
proIesi itu sendiri. Hal itu disebabkan karena Iaktor di luar dirinya yang begitu kuat
dan kurangnya penghayatan advokat yang bersangkutan terhadap esensi proIesinya.
Seringkali advokat dihadapkan pada pembelaan terhadap klien yang tersangkut
kasus korupsi yang mana hal itu adalah bagian dari tugasnya sebagai bagian dari
sistem peradilan pidana. Namun tidak jarang advokat berada pada kondisi dimana ia
dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan kemampuannya dalam meringankan atau
membebaskan kliennya dari tuduhan tindak pidana korupsi dengan cara menghalang-
halangi penyidikan tindak pidana korupsi. Penghalang-halangan penyidikan tindak
pidana korupsi oleh advokat harus diproses secara hukum akan tetapi proses tersebut
harus berdasarkan prosedur yang resmi agar advokat dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Berikut contoh kasus penangkapan advokat yang diindikasikan
menghalang-halangi penyidikan tindak pidana korupsi :
Jajaran Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat kembali membuat gebrakan. Kali ini,
bukannya tersangka korupsi yang ditahan, tetapi termasuk pengacaranya dengan
dugaan menghambat penyidikan. Jika di Jakarta Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK menangkap Jaksa, maka di Sumatera Barat advokat yang ditangkap Jaksa.
Advokat tersebut bernama Manatap Ambarita,SH yaitu penasehat hukum dari AInel
Ambarita yang merupakan tersangka tiga kasus dugaan korupsi proyek pemeliharaan
jalan dan jembatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun Anggaran 2005, yang
akhirnya ditahan penyidik Kejaksaan Negeri Tua Pejat, pada hari Jumat 4 April 2008
3
www.tempo.com/ Menghalangi Pemeriksaan Kasus Korupsi, Pengacara Jadi Tersangka, diakses pada
tanggal 12 Juni 2011
www.minor.com/ pengacara tindak pidana korupsi ditahan jaksa, diakses pada tanggal 12 Juni 2011
perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga tahun
dan paling lama 12 (dua belas tahun dan atau denda paling sedikit #p.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak #p
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah.
Dengan memperhatikan uraian dan contoh kasus diatas, maka pada kesempatan
ini penulis bermaksud untuk membahas dan melakukan penelitian mengenai apakah
seorang advokat dapat dipidana jika diindikasikan menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana korupsi, dengan skripsi yang berjudul :
'PERTANGGUNG1AWABAN PIDANA OLEH ADVOKAT YANG
MERINTANGI PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah
yang menjadi pokok atau inti dari permasalahan hukum ini dapat diidentiIikasikan
sebagai berikut:
1. Apakah kriteria-kriteria perbuatan yang dikategorikan merintangi proses
penyidikan Tindak Pidana Korupsi ;
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap advokat yang
merintangi proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi ;
3. Bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap Advokat yang merintangi proses
penyidikan Tindak Pidana Korupsi ;
. Tujuan Penelitian
Dengan bertolak dari identiIikasi masalah yang telah penulis jabarkan, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan penulisan hukum yang berjudul
'PERTANGGUNG1AWABAN PIDANA OLEH ADVOKAT YANG
MERINTANGI PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kriteria-kriteria perbuatan yang dikategorikan merintangi proses
penyidikan Tindak Pidana Korupsi ;
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap advokat
yang merintangi proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi ;
3. Untuk mengetahui proses penegakan hukum terhadap Advokat yang merintangi
proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi ;
D. Manfaat Penelitian
1. ManIaat teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan hasilnya bermanIaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan hukum khususnya di bidang hukum pidana. Hasil penulisan juga
bermanIaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan penulis sebagai wujud konkret
dari realisasi penerapan ilmu di bidang hukum yang penulis dapatkan selama ini.
2. ManIaat praktis
a Hasil penulisan ini diharapkan bermanIaat bagi Iungsionaris hukum dalam
menegakkan hukum khususnya hukum pidana serta mengadakan
Moeljatno. 1993. sas-asas Hukum Pi/ana. #ineka Cipta: Jakarta, hal 153
2. Asas yang tidak dirumuskan dan menjadi asas hukum pidana yang tidak
tertulis serta dianut dalam yurisprudensi.
Para ahli pada umumnya mengakui asas yang tidak tertulis dalam hukum
pidana yaitu asas kesalahan, sebab dipidananya seseorang tidaklah cukup
apabila orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum
atau bersiIat melawan hukum. Jadi meskipun perbuatannya memenuhi rumusan
delik dalam undang-undang dan tidak dibenarkan, namun hal tersebut belum
memenuhi syarat penjatuhan pidana.
) Kerangka Konseptual
Untuk lebih terarahnya penulisan proposal ini, disamping perlu adanya
kerangka teoritis juga diperlukan kerangka konseptual yang merumuskan deIinisi-
deIinisi dari peristilahan yang digunakan sehubungan dengan judul yang diangkat,
yaitu:
1. Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban pidana adalah pengancaman hukuman terhadap
tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban
pidana dikenal dengan Comminatoire Clausule, Strafbe/reiin, dan
%hreat of Punishment.
7
Menurut teori analitis Austin
pertanggungjawaban pidana adalah diwajibkan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, atau ditempatkan di bawah kewajiban atau
keharusan melakukan atau tidak melakukan, adalah menjadi dapat
Hans Kelsen,%eori Hans Kelsen %entan Hukum,Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkanah
Konstitusi #I,2006, hal.64
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, pasal 1 butir 2
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
W.J.S Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa In/onesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976.
Aria Zurnetti. 2002. Diktat Hukum Pi/ana Korupsi. Padang: Bagian Hukum Pidana Universitas Andalas,
hal 3-5.
. Metode Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan menggunakan metode
yuridis normatiI
15
. Penelusuran berbagai peraturan yang ada kaitannya dengan
pertanggungjawaban pidana, peraturan yang berkaitan dengan perintangan proses
penyidikan tindak pidana korupsi, dan peraturan tentang advokat. Kemudian
menganalisanya secara yuridis dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder, dengan minitikberatkan penelitian dan pengkajian terhadap data di bidang
hukum.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatiI dengan metode
penelitian atas asas-asas hukum.
16
Penelitian yuridis normatiI penulis lakukan dengan
cara meneliti bahan pustakan atau data sekunder. Adapun data tersebut mencakup
17
:
1. 1enis data
1 Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang berkaitan
dengan masalah yang dikaji penulis diantaranya:
a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2 Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan
hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum
16
Ibi/,h.252.
17
Ibi/,h.201.
Winarno Surakhmad, Penantar Penelitian Ilmiah Dasar /an Meto/e %eknik, Tarsito, hal 60.
Bambang Waluyo, 1999, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar GraIika; hlm. 72.
dan kewajiban advokat, Iungsi dan tugas advokat, advokat dalam undang-
undang nomor 18 tahun 2003, tindak pidana korupsi dalam undang-undang
nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001, proses
penyelesaian tindak pidana korupsi, kendala-kendala dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi, unsur-unsur perintangan proses penyidikan tindak
pidana korupsi, dan ancaman pidana bagi yang merintangi proses penyidikan
tindak pidana korupsi.
BAB III PEMBAHASAN PERMASALAHAN
Di dalam bab ini penulis hendak mengkaji mengenai apakah kriteria-kriteria
perbuatan yang dikategorikan merintangi proses penyidikan tindak pidana
korupsi, bagaimanakah bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap
advokat yang merintangi proses penyidikan tindak pidana korupsi, dan
bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap Advokat yang merintangi
proses penyidikan tindak pidana korupsi.
BAB IV PENUTUP
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini penulis mencoba memberi kesimpulan
terhadap masalah yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Selain itu
penulis akan mencoba memberikan saran-saran yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut.