Anda di halaman 1dari 17

by ahli madya (farmasi, keperawatan, kebidanan, fisioterapi) on Monday, October 12, 2009 at 8:17pm BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menambah pengetahuan tentang bidan sebagai profesi 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengertian bidan, 2. Pengertian profesi, 3. Ciri-ciri karakteristik profesi, 4. Ciri-ciri bidan sebagai profesi dan 5. Kewajiban bidan sebagai profesinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti with woman(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage femme (Bidan) berarti wanita

bijaksana,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti berkaitan dengan wanita. Menurut churchill, bidan adalah a health worker who may or may not formally trained and is a physician, that delivers babies and provides associated maternal care (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan maternal terkait). Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak. KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1: Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku. Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan. INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu. B. Pengertian Profesi Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik. C. Bidan Sebagai Profesi Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu: 1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya. 2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu 3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,

4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode etik profesi. Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional. Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu : 1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional 2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan 3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya 4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya 5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat 6. Bidan memiliki organisasi profesi 7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat 8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan. D. Arti dan Ciri Jabatan Profesional Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi. Secara populer, seseorang yang bekerja dibidang apapun sering diberi predikat profesional. Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya meskipun keteranpilan atau kecakapan tersebut merupakan hasil minat dan belajar dan kebiasaan. Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat profesional yang diperoleh dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan melakukan keterampilan tertentu ( melalui magang/ keterlibatan langsung dalam situasi kerja tertentu dan mendapatkan keterampilan kerja sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya. Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi. Baik pekerja profesional maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja (misalnya menguasai teknik kerja yang sama, dapat memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya). Akan tetapi, seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan

serta mengembangkan mutu karyanya. C.V Good menjelaskan bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu : memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan), kecakapannya memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya: organisasi profesional, konsorsium, dan pemerintah), serta jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan negaranya. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek. 2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya. 3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi. 4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis. 5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan. 6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya. 7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. 8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. 9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi. 10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. 11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat. E. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya 1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu pada masyarakat. 2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. F. Perilaku profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya 2. Mempunyai moral yang tinggi 3. Bersifat jujur 4. Tidak melakukan coba-coba 5. Tidak memberikan janji yang berlebihan 6. Mengembangkan kemitraan 7. Terampil berkomunikasi 8. Mengenal batas kemampuan 9. Mengadvokasi pilihan ibu G. Organisasi Bidan 1. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu: mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah diterima menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 2003, IBI telah memiliki 30 pengurus daerah, 342 cabang IBI (di tingkat Kabupaten / Kodya) dan 1,703 ranting IBI (di tingkat kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 68,772 orang. Tujuan IBI adalah sebagai berikut : 1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita pada umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa 2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga 3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat. Visi dan Misi IBI antara lain :

1. Membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia yang bersifat nasional, sebagai satu-satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan bidan di Indonesia. 2. Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan berada 3. Meniadakan bidan kelas satu maupun bidan kelas dua, yang ada hanya bidan 4. Membentuk pengurus didaerah-daerah. Dengan demikian organisasi/ perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini semuanya membubarkan diri dan selanjutnya menjadi anggota cabang yang dikoordinir oleh pengurus daerah tingkat propinsi. 5. Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi, apabila bekerja dibidang perawatan harus mengikuti pendidikan perawat selama dua tahun, demikian apabila perawata bekerja di kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan selama dua tahun. 2. International Confederation of Midwifes (ICM) ICM merupakan organisasi kebidanan dari berbagai negara (60 negara) yang markas besarnya berada di London Inggris. Tujuan umum dari ICM yaitu memperbaiki standar pelayanan kebidanan pada ibu bayi dan keluarga dan pendidikan yang berguna untuk peningkatan profesionalisme. Sedangkan tujuan khusus dari ICM adalah: 1. Memperbaiki standar asuhan kepada ibu, bayi, dan keluarga diseluruh dunia. 2. Meningkatkan penerapan asuhan kebidanan. 3. Mengembangkan peranan kebidanan sebagai praktisi profesional dengan hak-haknya sendiri. 4. Meningkatkan secara global potensi dan nilai kebidanan untuk menurunkan morbiditas dan moetalitas ibu dan bayi. 3. Association of Radical Midwifes (ARM) ARM adalah organisasi yang beranggotakan para bidan, mahasiswa bidan pada komite UK (United Kingdom) untuk memperbaiki pelayanan kesehatan. Tujuan dari ARM adalah agar dapat melakukan tukar wawasan, pendapat, keterampilan dan informasi dengan kolega dan pasien untuk membantu bidan mengembangkan perannya agar dapat memperoleh jaminan untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan maternitas selain itu ARM juga memberikan dukungan kepada para bidan dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan, menggali pola pelayanan alternatif dan mengevaluasi perkembangan lingkup praktek kebidanan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan.Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.

Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam meningkatkan kesehatan perempuan. B. Saran Agar pemerintah terus berupaya mendukung profesi bidan dengan cara meningkatkan kwalitas SDM bidan melalui penyediaan fasilitas pendidikan bagi bidan. Bagi organisasi diharapkan agar terus berupaya mengembangkan pelayanan dan pengetahuan bagi semua bidan secara adil dan merata. Bidan sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam organisasi dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan etika profesi.

2.1 Pengertian Bidan Bidan (midwife/pendamping istri) berasal dari bahasa Sansekerta Wirdhan yang artinya wanita bijaksana.Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah diakui oleh Internasional Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan Internasional Federation of Internasional Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada Pertemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemdian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di Negara itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang di butuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri. Serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

2.2 Pengertian Profesionalisme Seorang pekerja profesional adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya, dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya. Sebutan Profesionalisme itu sendiri berasal dari kata profesi. Jadi, berbicara tentang profesionalisme tentu mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang pekerjaan. 2.3 Praktik Profesionalisme Bidan Bidan merupakan jabatan profesional. Berdasarkan syarat-syarat profesional, maka bidan telah memiliki persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional: a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga profesional c. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat d. Memiliki kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah e. Memiliki peran dan fungsi yang jelas f. Memiliki peran dan fungsi yang jelas g. Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur h. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah i. Memiliki kde etik kebidanan j. Memiliki standar pelayanan k. Memiliki standar praktek l. Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan profesi sesuai kebutuhan pelayanan. m. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, maka bidan merupakan jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu 1. Jabatan struktural Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu irganisasi 2. Jabatan fungsional Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks ini, jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional dengan demikian, adalah wajar jika bidan mendapatkan tunjangan fungsional. 3.1 Kesimpulan Bidan adalah orang pertama yang melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat. Tugas yang diemban bidan berguna untuk kesejahteraan manusia. Bidan adalah seseorang yang telah mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek bidan. Bidan merupakan jabatan profesional, yang dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu : Jabatan structural dan fungsional. Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran dan fungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti. 3.2 Saran 1. Saran Untuk Mahasiswa Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah Konsep Kebidanan sekaligus dapat memahami materi Peran Fungsi Bidan dan Praktek Profesionalisme Bidan. 2. Saran Untuk Dosen Kami mengharapkan dosen mata kuliah konsep kebidanan, dapat terus mengarahkan dan membimbing kami dalam studi ini. 3. Saran Untuk Lembaga Kami mengharapkan lembaga institusi untuk dapat melengkapi sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar sehingga kami mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Sofyan, Mustika, Dkk. 2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Cetakan ke VII- Jakarta : PP IBI. Estiwidani, Dwana. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Soepardan Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Bandung : Penerbit Buku Kedokteran www.scholar.google.com . Profesionalisme. 2010

Muh.Fakhrurrozie, AMK,SKM a. PROFESI DAN PROFESIONAL Secara umum , profesi merupakan pekerjaan yang memiliki pengetahuan khusus, melaksanakan peranan bermutu, melaksanakan cara yang disepakati, merupakan ideologi, terikat pada kesetiaan yang diyakini dan melalui pendidikan perguruan tinggi. Profesi sebagai suatu pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya memerlukan tehnik dan prosedur, dedikasi, serta peluang lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan, memiliki kode etik yang mengarah pada orang atau subyek. ( Atik Purwandari; 2008) Profesi dapat pula diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Keahlian tadi diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu ( pendidikan/ latihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi ( Inservice training) ( Djaman Satori,dkk ; 2008 ; 1,5) Mengenai ciri- ciri suatu jabatan disebut sebagai profesi, ada banyak pengertian yang menjelaskannya. Beberapa ciri-ciri yang diberikan adalah sebagai mana diuraikan oleh Atik Purwandari meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bersifat unik Dikembangkan dengan teliti Mempunyai wadah organisasi Pekerjaan yang mempunyai kode etik Pekerjaan yang mendapat imbalan jasa Pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang yang memiliki profesi tersebut

Menurut

Djamaan

Satori,dkk

ciri-ciri

profesi

adalah

sebagai

berikut;

1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas 2. Ada lembaga pendidikan khusu yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku 3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya 4. Ada etika dank ode etik yang mengatur perilaku etik para angotanya dalam memperlakukan kliennya 5. Ada sistem imbalan jasa pelayanan yang adil dan baku 6. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai profesi Ciri- ciri profesi lainnya menurut Omstein dan Levine adalah 1. Melayanani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat 2. Memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai 3. Mengunakan hasil,pemenlitian dan aplikasi dari teori ke prktik 4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang 5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk ( memerlukan izin tertentu ) 6. Otonomi dalam mengambil keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu 7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan 8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank lien dengan penekanan terhadap layanan yang diberikan 9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya 10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh angota profesi sendiri 11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya 12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. 13. Mempunyai kadar keprcayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan dari setiap angotanya 14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi ( bila dibanding dengan jabatan lain ) Pengertian profesional menunjuk pada dua hal, yaitu orang yang menyandang suatu profesi dan penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah professional dikontraskan dengan nonprofessional atau amatiran. Dalam kegiatan sehari-hari seorang profesional melakukan pekerjaann sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya, jadi tidak asal tahu saja. Selanjutnya, Walter Johnson (1956) mengartikan petugas professional sebagai .seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi ( Djaman Satori,dkk ; 2008 ) Profesional juga dapat diartikan sebagai memberi pelayanan sesuai dengan ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara utuh/penuh tanpa mementingkan kepentingan pribadi melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana mengahargai diri sendiri. Seorang anggota profesi dalam melakukan pekerjaannya haruslah professional. Setiap anggota profesi baik secara sendiri- sendiri atau dengan cara bersama melalui wadah organisasi profesi dapat belajar, yaitu belajar untuk mendalami pekerjaan yang sedang disandangnya dan belajar dari masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka saat ini dan saat yang akan datang sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin meningkat. b. PROFESI BIDAN Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya

dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosopi yang dianut keilmuan, metode kerja, standar paraktik, pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki. Suatu jabatan profesi yang disandang oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri- ciri yang mampu menunjukkan sebagai jabatan yang professional. Ciri-ciri jabatan professional adalah : 1. Pelakunya secara nyata dituntut cakap dalam bekerja,memiliki keahlian sesuai tugas- tugas khusu serta tuntutan jenis jabatannya ( cenderung spesialis ) 2. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja professional bukan hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapiperlu memiliki wawasan keilmuan yang mantap. Jabatan professional menuntut pendidikan 3. Pekerja profesinal dituntut berwawasan luas sehingga pilihan jabatan serta kerjanya harus disadari oleh nilai-niai tertentu sesuai jabatan profesinya. Pekerja professional bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, bermotivasi dan berusaha berkarya sebaik-baiknya 4. Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat atau negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya. Ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab professional. Bidan sebagai tenaga professional termasuk rumpun kesehatan. Untuk menjadi jabatan professional ,bidan harus mampu menunjukkan ciri-ciri jabatan professional. Syarat bidan sebagai jabatan professional, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Memberi pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan Keberadaanya diakui dan diperlukan masyarakat Mempunyai peran dan fungsi yang jelas Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah Memiliki organisasi profesi sebagai wadah Memiliki kode etik bidan Memiliki etika bidan Memiliki standar pelayanan Memiliki standar praktik Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai kebutuhan masyarakat 12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi Sebagai bidan professional, selain memiliki syarat-syarat jabatan professional bidan juga dituntut memiliki tanggung jawab sebagai berikut ; 1. Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date terus mengembangkan keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua asfek peran seorang bidan 2. Mengenali batasbatas pengetahuan, ketrampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui wewenangnya dalam praktik klinik 3. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari keputusan tersebut 4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatn lainnya ( Bidan, dokter dan perawat ) dengan rasa hormat dan martabat 5. Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal 6. Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat, pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal/ perinatal 7. Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidan praktik, meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan 8. Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita. Tuntutan berat terhadap tugas bidan adalah selalu berhadapan dengan sasaran dan target pelayanan kebidanan, KB dan pelayanan kesehatan masyarakat dengan memperkuat

kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan sejumlah keahlian yang telah diterima dan berguna bagi masyarakat. Konsekuensi logis dari semua itu karena kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan keahlian yang bermanfaat dan diterima oleh sebuah masyarakat itu senantiasa berubah. Maka untuk menghadapi masyarakat seperti itu seorang bidan harus bisa mempersiapkan segenap kemampuan dan keahliannya untuk menghadapi segala bentuk perubahan. Proses dinamika masyarakat itulah yang menyebabkan bidan dapat menjadi agen pembaharu yang mengambil peran besar, dan peran ini akan dapat dimainkan oleh bidan jika atasannya memang mendayagunakannya secara optimal. Masalah ketenagaan atau bidan merupakan masalah besar yang dihadapi para pemimpin instansi pelayanan kesehatan apalagi jika kaitannya terhadap kebutuhan untuk mengembangkan sumber daya manusia itu ( bidan ) terutama pada saat bertugas di desa pada lingkungan yang memiliki kebudayaan yang sangat beragam ( Wahyuni, 1996 ; 158 ) . Tantangan besar ini umumnya tidak akan bisa dijawab oleh Kepala Puskesmas yang seringkali hanya banyak melontarkan wacana retorik, sebaliknya tidak membuktikan diri memiliki kemampuan kerja profesional ( Gerbang, 2004 ; 47 ).

Istilah profesionalisme mengandung makna dua istilah, yaitu profesional dan profesi. Profesional adalah keahlian dalam suatu bidang. Dengan demikian, seseorang dikatakan profesional bila ia memiliki keahlian dalam suatu bidang yang ditandai dengan kemampuannya dalam menawarkan suatu jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya serta mendapatkan gaji dari jasa yang telah diberikannya. Selain itu, dia juga merupakan anggota dari suatu entitas atau organisasi yang didirikan sesuai dengan hukum di sebuah negara atau wilayahnya. Meskipun demikian, tidak semua orang yang ahli dalam suatu bidang bisa dikatakan profesional, karena profesional memiliki karakteristik yang harus dipenuhi, yaitu: memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkan melalui pendidikan formal dan non formal yang cukup untuk memenuhi kompetensi profesionalnya. Sedangkan yang disebut dengan profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi/perkumpulan profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Meskipun profesi merupakan sebuah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan pekerjaan yang lain, yaitu: keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoretis; asosiasi profesional; pendidikan yang ekstensif; menempuh ujian kompetensi; mengikuti pelatihan institutional; lisensi; otonomi kerja; memiliki kode etik; mampu mengatur diri; layanan publik dan altruisme; meraih status dan imbalan yang tinggi. Bidan Sebagai Tenaga Kesehatan Definisi bidan terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. ( 50 Tahun IBI, 2006: 15) Sedangkan kebidanan sendiri merupakan ilmu sintesa berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsespsi masa hamil, ibu bersalin, post partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat (50 Tahun IBI, 2006: 125). Dari paparan diatas maka jelas bahwa bidan merupakan suatu profesi yang profesional, dimana seorang bidan bisa menjalankan pekerjaanya jika telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan, yang diakui Negara tempatnya berada, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar dan / atau izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan. Dengan mengikuti pendidikan kebidanan maka seorang bidan terus dilatih dan dituntut untuk mampu serta menguasai kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang pekerjaannya. Dari situlah maka ilmu yang diperoleh akan diaplikasikan secara terus-menerus, terutama ketika terjun langsung di masyarakat. Hal inilah yang menjadikan bidan semakin ahli dalam bidangnya. Bermula dari anggapan masyarakat yang mengakui keahlian bidan, maka seorang bidan disebut professional. Dari sejarah perkembangan kebidanan di dunia, bidan merupakan wanita yang dipercaya untuk mendampingi ibu-ibu ketika dalam proses persalinan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Hal ini yang menjadikan bidan sebagai suatu profesi yang diakui dan dihormati oleh masyarakat karena tugasnya yang mulia. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak beberapa abad

yang lalu. Yang ditandai dengan dimulainya pendidikan formal untuk bidan di amerika serikat pada tahun 1765, dibukanya pendidikan bidan pertama kali di Australia pada tahun 1862, serta terbitnya buku tentang praktik kebidanan di inggris pada tahun 1902. (Dwana Estiwidani, dkk., 2000: 30-48) Di Indonesia sendiri perkembangan pendidikan bidan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda, yaitu sejak tahun 1851 oleh dokter W.Bosch. Dengan berbagai proses yang panjang, pada tahun 1981 berhasil dibuka program D1 kebidanan, namun program ini tidak bertahan lama. Sampai pada akhirnya diadakan berbagai progam pendidikan bidan seperti PPB, PPB-A, PPB-B, dan PPB-C. Pada 1996 dibuka Program D-III Kebidanan atau Akademi Kebidanan dikota kota besar di Indonesia. Awalnya program ini hanya menerima peserta didik dari lulusan bidan yang disebut dengan program khusus, dengan lama pendidikan 5 semester. Program inilah yang masih berkembang dan diakui hingga saat ini. Pendidikan bidan pun berkembang pesat dengan dibukanya Pendidikan D-IV Bidan pendidik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yaitu pada tahun 2000 dan Pendidikan S-2 Kebidanan di Universitas Padjadjaran Bandung dengan peserta didik dari lulusan D-IV Bidan Pendidik dan lama pendidikan selama 2 Tahun pada tahun 2006. Dan dengan dibukanya Pendidikan S-1 Kebidanan pada tahun 2009 semakin menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan Kebanan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. ( Dwana Estiwidani, dkk., 2000: 24-30) Perkembangan pendidikan Kebidanan yang sedemikian rupa menunjukkan profesionalisme bidan sebagai tenaga kesehatan. Meskipun dalam prosesnya sering mengalami pasang surut, namun pada akhirnya pembentukan jenjang pendidikan yang lebih tinggi pun dapat terealisasi. Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan merupakan penerapan ilmu kebidanan melaui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat. Namun agar seorang bidan diakui keberadaanya dan dapat menjalankan praktiknya maka bidan harus mampu untuk memenuhi tahap legislasi. Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan). Peran legislasi ini, diantaranya: menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi sendiri. Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional. Pada tahap sertifikasi, ditempuh calon bidan melalui proses pendidikan formal dan non formal untuk memperoleh dua bentuk pengakuan kelulusan yang berupa ijazah dan sertifikat. Dari tahap sertifikasi ini kemudian berlanjut ke tahap registrasi. Tahap registrasi Tahap registrasi ditempuh bidan guna memperoleh SIB (Surat Izin Bidan). SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui. SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas dasar ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya, tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri. SIB sendiri merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Dan menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002, SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. Tahap lisensi. Bidan yang praktik harus memiliki SIPB, dan untuk memperoleh SIPB seorang bidan harus

mendapatkan Rekomendasi dari organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba di beberapa wilayah, namun terdapat beberapa propinsi yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk penyelenggaraan Uji Kompetensi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, misalnya propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan menempatkan Uji Kompetensi pada tahap pengajuan SIB. Uji Kompetensi masih dalam pembahasan termasuk mengenai bagaimana dasar hukumnya. Dengan diselenggarakannya Uji Kompetensi diharapkan bahwa bidan yang menyelenggarakan praktik bidan adalah bidan yang benar-benar kompeten. Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, mengurangi Medical Error atau malpraktik dalam tujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak. Dalam rancangan Uji Kompetensi apabila bidan tidak lulus Uji Kompetensi, maka bidan tersebut menjadi binaan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat. Materi Uji Kompetensi sesuai 9 area kompetensi dalam standar profesi bidan Indonesia. Namun demikian Uji Kompetensi belum dibakukan dengan suatu dasar hukum, sehingga baru pada tahap draft atau rancangan. (Heni Puji Wahyuningsih, 2008: 41-47). Dalam menjalankan praktiknya, bidan memiliki beberapa area dalam memberikan pelayanan kebidanan, area tersebut didasari pada standar pelayanan kebidanan serta kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan. Bertitik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi: safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus; family planning; penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi; kesehatan reproduksi remaja; kesehatan reproduksi pada orang tua. (http://bidanshop.blogspot.com). Adapun sasaran pelayanan kebidanan ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi : 1. Layanan Primer yaitu layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab bidan. 2. Layanan Kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. 3. Layanan Rujukan yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.(http://bidanshop.blogspot.com) Pelayanan kebidanan ini akan terlaksana pada saat bidan melakukan suatu asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan ini dilaksanakan berdasarkan pedoman menejemen kebidanan (pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis) yang disebut dengan 7 langkah Varney, yaitu: pengkajian data; merumuskan, menganalisa, menginterpretasikan, mengidentifikasi diagnosa dan masalah bedasarkan pengkajian data; merumuskan diagnosa dan masalah potensial; menetapkan kebutuhan tindakan segera; menyusun rencana asuhan secara menyeluruh; implementasi; dan evaluasi. (Hellen Varney, dkk. 2006: 26-27)

Untuk memberikan suatu pelayanan kebidanan yang profesional, bidan harus memahami serta mengimplementasikan standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan oleh profesi, yaitu: STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan filosofi bidan STANDAR II : ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan, standar pelayanan dan prosedur tetap. Pengelolaan pelayanan yang kondusif, menjamin praktik pelayanan kebidanan yang akurat. STANDAR III : STAF DAN PIMPINAN Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengeloaan sumber daya manusia, agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien. STANDAR IV : FASILITAS DAN PERALATAN Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan. STANDAR V : KEBIJAKAN DAN PROSEDUR Pengelola pelayanan kebidanan memiliki kebijakan penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualitas. STANDAR VI : PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan. STANDAR VII : STANDAR ASUHAN Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien. STANDAR VIII : EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 369/MENKES/SK/III/2007) Dengan adanya standar pelayanan kebidanan ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di Indonesia. Peningkatan pelayanan kebidanan sendiri dapat dimulai dari aspek pendidikan. Dari pendidikan formal, bidan memperoleh standar kompetensi kebidanan, yang di dalamnya mengandung sembilan kompetensi yang harus dipenuhi oleh bidan, yaitu:

Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya; Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua; Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu; Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi

kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir; Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat; Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan; Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan 5 tahun); Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat; Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 369/MENKES/SK/III/2007) Tidak hanya dari pendidikan formal bidan dapat mengembangkan pelayanan kebidanan, tetapi juga dari pendidikan non formal yang berupa pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan yang diselanggarakan oleh profesi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan ini diharapkan bidan dapat mengembangkan diri dan kemampuannya, sehingga bidan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.(Editor : A.Zani Pitoyo)

Daftar Pustaka 1. Estiwidani, Dwana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya 2. Febrina. Sejaraqh Perkembangan Pelayanan Kebidanan. (Online: http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/sejarah-kebidanan-di-indonesia.html, diakses tanggal 10 Februari 2011) 3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan 4. Kurnia, S. Nova. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Panji Pustaka 5. Sofyan, Mustika dkk. 2006. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP IBI Indonesia 6. Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Jogyakarta: Fitramaya 7. Varney, Hellen, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai