Anda di halaman 1dari 13

INTELEKTUALITAS GENERASI PEMIMPIN MASA DEPAN

Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu hal yang besar, tidak sedrehana. Jabatan ini hanya sesuai untuk orang tertentu saja yang memenuhi syaratnya, yaitu orang orang besar, orang orang berpikir, orang orang yang bijakasana. Dimanapun kita berada, ketika kita membicarakan kepemimpinan masa depan, maka yang menjadi objek yang disorot adalah generasi muda. Hal ini terjadi karena yang akan berperan sebagai tokoh pemimpin di masa mendatang adalah mereka. Dan kemudian timbul berbagai pertanyaan tentang mereka. Bagaimana keadan generasi muda sekarang? Apakah mereka semua akan mampu jadi pemimpin? Bagaimana kemampuan mereka memimpin? Apakah mereka punya inteligensi yang bisa dibanggakan sebagai calon pemimpin? Pertanyaan terakhir ini yang sangat kita butuhkan jawabannya untuk mengetahui keadaan generasi muda. Karena intelektualitas itu sendiri merupakan kesatuan kompleks antara kemapuan berpikir, kecerdasan otak, dan kemampuan bersosialisasi dengan sekitar. Beberapa pengertian inteligensi yang saya kutip anatara lain: inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan segenap alat bantu dari pikiran guua penyesuaian diri terhadap tuntutan tuntutan baru; inteligensi adalah keterampilan untuk memecahkan masalah, juga merupakan kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Dari kedua pengertian tersebut kita bisa pahami bahwa inteligensi ynag tinggi mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin, kalau kita memang mengharapkan seorang pemimpin yang bisa berpikir untuk negara dan rakyat yang

dipimpinnya bukan hanya seorang orator yang hanya bisa menebar harapan harapan kepada rakyat lewat mulutnya. Nah, bagaimana dengan generasi muda kita di Indonesia? Apakah mereka mempunyai inteligensi yang tinggi sehingga nantinya mampu menjadi pemimpin. Atau mereka hanya berbakat menjadi seorang orator? Perlu diketahui bahwa kita tidak bisa mengukur intelektualitas seseorang dari pendidikannya saja, disekolah dan universitas mana ia menuntut ilmu. Karena intelektualitas bukan hanya sekadar peringkat di kelas, bukan hanya nilai dari dosen, tetapi lebih besar dari itu. Menyangkut pola berpikir, bertindak dan berbicara. Bahkan bisa saja salah satu dari anak anak yang tidak bersekolah punya intelektualitas yang lebih tinggi dibanding pelajar, tinggal kita membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya tersebut. Tapi sayangnya banyak dari mereka tidak punya kesempatan untuk itu. Contoh lainnya: sekarang, mahasiswa baru disambut di kampus sebagai putra putra terbaik, padahal banyak putra terbaik tidak dapat masuk universitas, karena tidak ada biaya,SMA nya tidak baik, atau kebetulan gagal dalam UMPTN. Kalau begini keadaannya, bagaimana kita bisa mencari putra putra terbaik yang tidak pernah ada di universitas. Saya rasa ini merupakan masalah baru yang harus segera dituntaskan oleh pemerintah. Lalu bagaiman dengan putra putra bangsa yang belum dianggap sebagai yang terbaik. Apakah mereka memang tidak mempunyai kemampuan berpikir yang intelek? Kita tinjau dari faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Dari salah satu buku dijelaskan bahwa keterlambatan berpikir juga bisa disebabkan oleh semacam rem rem psikis, misanya oleh rasa malu, rendah diri dan kecemasan. Kita tahu bahwa rem rem psikis tadi pada

dasarnya disebabkan oleh lingkungan, tempat dimana seseorang mengalami proses perkembangan berpikir. Apakah lingkungan tersebut mendukung pikirannya untuk berkembang, memberikan kesempatan untuk mengeluarakan intelektualitas yang dimiliki, atau malah menghambat semua proses penting tersebut.
a. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir

Faktor internal Faktor internal merupakan hal hal yang sudah ada dalam diri manusia. Dan hal hal termaksud tersebut antara lain keturunan. Memang pengaruhnya tidak cukup besar, tetapi kita tidak boleh mengacuhkan pengaruh yang ditimbulkan oleh faktor keturunan ini.

Faktor eksternal ~ Pengaruh pemikiran orang sekitar ( keluarga, masyarakat) Dalam hal ini menyangkut proses terbentuknya pemikiran dari kecil. Apakah ia dididik untuk berpikir ilmiah atau tidak. Dalam satu lingkup masyarakat, seorang anak tidak dipenuhi keingintahuannya. Misalnya ketika ia mempertanyakan apa dan mengapa terhadap hal hal sederhana, jawaban yang ia dapat hanya; memang sudah seperti itu, sangat tidak ilmiah. Hal ini sangat sering terjadi, apalagi bagi anak anak yang orang tuanya kurang berpendidikan, dan di daerah pedesaan. Hal ini sebenarnya sangat berbahaya, karena dengan begitu pikiran yang tadinya akan berkembang hanya berhenti sampai disitu, pada waktu berikutnya anak tersebut akan malas untuk kembali berpikir, bahkan untuk sekadar bertanya. Jika ini

terjadi pada seseorang maka ia tidak akan pernah mampu mrnjadi seorang pemimipin karena seorang pemimpin pekerjaannya adalah berpikir. Tetapi bagi seorang anak yang sejak kecil sudah disuguhi jawaban jawaban ilmiah atas pertanyaan pertanyaan sederhana yang ia ajukan, ia akan terbiasa berpikir refleksif/ ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang lebih luas dan jaringan yang lebih halus dengan titik pandangan yang lebih jauh dan lebih luas, mengandung unsur unsur bagian lebih banyak; ada abstraksi yang lebih tinggi, punya pengertian yang lebih kompleks dan disertai verifikasi serta pembuktian. Berpikir ilmiah itu juga disebut sebagai berpikir arif bijaksana. Cara berpikir seperti inilah yang kita harapkan dari seorang pemimpin.

~ Pendidikan Faktor pendidikan merupakan salah satu yang terpenting dalam membentuk intelektualitas seseorang. Karena, walaupun seseorang memiliki potensi untuk menjadi seseorang dengan inteligensi tinggi, jika ia tidak pernah dididik untuk membangkitkan intelektualitas tang dimilikinya, potensi tadi menjadi sia sia. Jadi disini masalahnya adalah Apakah semua anak Indonesia punya kesempatan untuk mengecap pendidikan? Tapi perlu diketahui bahwa pendidikan yang kita bicarakan disini tidak hanya pendidikan formal seperti sekolah dan lainnya. Tetapi mencakup semua pelajaran yang bisa didapat seorang anak baik dari sekolah. Orang tua, masyarakat sekitar, bahakan alam.

~ suguhan media dan masuknya budaya luar

Hal ini bukan hanya sekedar berpengaruh pada proses pembentukan intelektualitas dan pemikiran tapi bahkan merusak pemikiran para pemuda. Antara lain: *narkoba *pornografi *pergaulan bebas

b. Pengaruh Narkoba Terhadap Tingkat Intelektualitas

Salah satu fenomena menyedihkan yang sedang terjadi dikalangan remaja sekarang ini adalah narkoba (narkotika dan obat-obat terlarang). Salah satu jenis narkoba yang mendunia di kalangan remaja sekarang ini adalah ganja (cimeng), candu, heroin, pil ekstasi, dan minuman keras. Hal ini telah memberi pengaruh negatif yang sangat besar, karena penggunaan narkoba adalah salah satu faktor yang menyebabkan terganggunya konsentrasai. Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi dengan perkembangan intelektualitas generasi muda kita jika mereka termasuk yang mengkonsumsi narkoba? Berikut ini kami tampilkan beberapa data yang telah kami himpun sebagai bukti bahwa narkoba telah membudaya di dunia remaja dan sasaran yang paling utama adalah kalangan pelajar SMA dan sederajat:

Pada tahun 2000 lalu sekitar 70% dari 4 juta pecandu narkoba (narkotik dan obat-obatan berbahaya) tercatat sebagai anak usia sekolah, antara 14-20 tahun.[1]

Sementara itu Direktur RS Marzuki Mahdi. dr Amir Hussein Anwar, ada 500 ribu pengguna narkoba jarum suntik di Indonesia terkena HIV positif. Dalam 4 hingga 5 tahun mendatang mereka bakal mengidap pengidap AIDS baru.[2]

[1]

National

Drug

Abuse

Prevention

Center

(NDPC),

Depdiknas

[2] Republika, 23 Maret 2002

(Gambar pengguna narkoba yang sedang menyuntik tangannya dengan salah satu jenis narkoba)

(Gambar pengguna narkoba yang telah mendapatkan efek dari barang haram tersebut)

Dari data diatas menunjukkan bahwa pesatnya perkembangan barang haram di kalangan remaja tidak bisa dengan mudah ditanggulangi. Mari kita renungi apa yang akan terjadi 5 atau 10 tahun kedepan jika para remaja kita masih belum bisa melindungi dirinya dari pengaruh kecanduan narkoba? Lahirnya satu genersi yang akan jadi penghancur bangsa.

c. pengaruh Virus Pornografi

Tabloid/majalah bernuansa Seks: TOP, WOW, LIPSTIK, HOT, MAP, BOS, POPULAR, LAJANG, KOSMOPOLITAN, A+, HER WORLD, ME, dsb. VCD, Internet dan buku porno.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Wonosobo melaporkan 1/3 remaja putri telah hamil di luar nikah.

PKBI cabang Jogjakarta: per bulan ada 30 anak kos yang hamil di luar nikah. Survei Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu: 42% remaja menyatakan pernah berhubungan seks dan 52% di antaranya masih aktif menjalaninya.

Dinas Kesehatan Kota Bandung mencatat dari 1.058 kasus yang masuk ke Konseling Kesehatan Remaja, tercatat 22,7 persen atau sekitar 240 remaja melakukan hubungan seks pranikah.

PKBI Palembang: 20 % mahasiswa melakukan hubungan seks pranikah. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Dra Hj Khofifah I.P.: Angka aborsi saat ini mencapai 2,3 juta dan setiap tahun ada trend meningkat. Tetapi peningkatannya bukan karena pemerkosaan melainkan karena suka sama suka atau free sex. Bahkan, di Surabaya ada sekitar 6 dari 10 gadis yang sudah tak perawan lagi.

Dr. Boyke Dian Nugraha memperkirakan sekitar 20% - 25% remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks pranikah. Bahkan berdasarkan data BKKBN, 1,6 juta aborsi di Indonesia, 10%-15% dilakukan oleh kalangan remaja. UNICEF tentang situasi anak dunia tahun 2000 diketahui bahwa setiap menit ada 6 remaja tertular HIV/AIDS di dunia.

Data di atas menunjukkan kepada kita semua bahwa betapa parahnya viruspornografi ternyata tidak kalah hebat dengan bakteri narkoba. Fenomena negatif ini juga telah ada di tingkat sekolah dasar,coba kita bayangkan lagi bagaimana kondisi negatif ini dikalangan pelajar SMA dan sederajat? Sudah pasti keaadaannya lebih parah di kalangan mereka.

d. Pergaulan Bebas

14 Februari = Hari Kasih Sayang = Hari Pacaran se Dunia. Pada saat itu adalah semacam hari pacaran sedunia. Para kekasih menyatakan ulang cintanya. Tidak

jarang momen ini dilanjutkan dengan bercinta betulan

Meledaknya film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang dibintangi oleh bintang film muda Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo yang mulai ditayangkan bulan Februari 2002 kemarin seakan memberikan justifikasi merebaknya tradisi Valentine di kalangan generasi muda kita.

Belum genap sebulan diputar di bioskop jaringan 21, film tersebut telah menyedot sekitar 810 ribu penonton. Belum termasuk pemutaran di sejumlah bioskop lain di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, bandung dan Jogja yang juga amat membludak sebuah rekor yang fantastis dalam sejarah perfilman nasional selama ini

Film-film Cinta: Roda-roda cinta, Cinta SMU, Di matamu Ada Cinta, Ketika Cinta Harus Memilih, Cintaku terbagi lima, Cintaku di Rumah Susun, Gita Cinta dari SMA, Eiffel Im in Love, Tokyo Love Story, From Russia with Love dsb.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa film-film yang terdapat dari data di atas atau media massa baik elektronik maupun cetak di masa sekarang sangat bertanggung jawab atas pengaruh negatif ini,disebabkan mereka sudah menggiring para remaja secara bersama untuk memahami istilah cinta yang salah melalui pacaran. Hal hal tersebut telah membuat generasi muda kita kehilangan waku unutk meningkatakan intelektualitasnya dan malah melakukan kegiatan kegiatan konyol tersebut. Kegiatan kegiatan tersebut membuat pemikiran generasi muda kita menjadi sangat rusak. Dan kini kita kehilangan generasi muda yang bisa diandalkan dimasa depan. Dari faktor faktor tersebut kita bisa mengetahui mengapa keadaan generasi muda kita sekarang tidak seperti yang kita harapkan. Dalam bidang akademis dan pendidikan kita berada di peringkat terbawah seperti yang tertera pada data berikut ini.

e. Kemampuan Akademis Rendah

Survei internasional di 16 negara menunjukkan Indonesia termasuk peringkat

paling akhir dalam hal mutu pendidikannya. Misalnya, apabila dibandingkan anak SD/SMP

di Filipina, Malaysia, Singapura dan Vietnam, maka anak Indonesia paling bodoh. Sedangkan dari HDI (Human Development Index), Indonesia mendapat peringkat 106.[1]

Survey The Third International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-

R) yang diselenggarakan oleh lembaga internasional The International Association for Evaluation of Educational Achievement (IEA) pada tahun 1999 yang lalu, kemampuan matematika dan IPA siswa Indonesia usia 13 tahun- nyaris berada di posisi terbawah dari kemampuan rata-rata anak didik di 38 negara yaitu peringkat 34 untuk bidang matematika dan 32 untuk IPA.

Kemampuan anak-anak kita hanya sedikit diatas kemampuan rata-rata siswa di

negara-negara urutan terbawah: Turki, Tunisia, Cile, Filipina, Maroko dan Afrika Selatan. Survey ini melibatkan sample sebanyak 18.567 siswa dari 150 sekolah SLTP negeri dan swasta dari seluruh Indonesia. [1] Republika, 28 Maret 2002

RANGKING INDONESI INDONES

NEGARA

1995

2000

Ti T (Intl

HONGKONG 75

SINGAPORE 74.0 THAILAND 65.1 FILIPHINA 52.6

Indonesia s achievement Indonesia s achievement countries both in ter countries both in te


120 100 80
Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana memperbaiki kualitas generasi muda kita. Yang dapat dilakukan pemerintah antara lain adalah sebagai berikut :

60 40 20

Membentuk badan khusus unutk semua daerah di Indonesia untuk memastikan bahwa semua anak Indonesia punya kesempatan dan terpenuhi sarananya untuk mengembangkan /meninkatkan intelektualitaanya.

Mengadakan survei oleh badan dari Indonesia sendiri setiap tahun, bagaimana keadaan generasi muda, inovasi apa saja yang sudah bisa diciptakan. Dan juga mengamati perkembangan inteligensi mereka dengan mengadakan tes inteligensi.

Korea

Australia

Japan

-20 -40

Anda mungkin juga menyukai