Anda di halaman 1dari 6

ORGANISASI NON PEMERINTAH YANG MELAYANI

MASYARAKAT MADANI

1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
Yayasan Lembaga Konsumen ndonesia (YLK) merupakan sebuah
organisasi masyarakat yang bersifat nirlaba dan independen yang didirikan pada
tanggal 11 Mei 1973. Keberadaan YLK diarahkan pada usaha meningkatkan
kepedulian kritis konsumen atas hak dan kewajibannya, dalam upaya melindungi
dirinya sendiri, keluarga, serta lingkungannya. Saat ini YLK berkantor di
JL.Pancoran Barat V No. 1, Duren Tiga, Jakarta Selatan-12760.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Advokasi
Mempengaruhi para pengambil keputusan di sektor industri dan
pemerintahan agar memenuhi kewajibannya terhadap konsumen, pada
tingkat lokal dan nasional.
2. Penggalangan Solidaritas
Meningkatkan kepedulian kritis konsumen melalui penggalangan
solidaritas antar konsumen, serta melalui prasarana kegiatan berbagai
kelompok konsumen.
3. Pengembangan Jaringan
Memperkuat kerjasama antar organisasi konsumen dan juga dengan
organisasi kemasyarakatan lainnya pada tingkat lokal, nasional, regional
dan internasional.
4. Penyebaran nformasi yang Tidak Memihak
Mengimbangi informasi yang telah ada dengan informasi dan data
objektif lainnya yang diperoleh berdasarkan kajian dan bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan.

2. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia atau disingkat YLBHI
tadinya adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang didirikan atas gagasan
dalam kongres Persatuan Advokast ndonesia (Peradin) ke tahun 1969.
Gagasan tersebut mendapat persetujuan dari Dewan Pimpinan Pusat Peradin
melalui Surat Keputusan Nomor 001/Kep/10/1970 tanggal 26 Oktober 1970 yang
isi penetapan pendirian Lembaga Bantuan Hukum/Lembaga Pembela Umum
yang mulai berlaku tanggal 28 Oktober 1970. Ketua Pembinanya sejak 25 April
2007 adalah Toeti Herati Rooseno yang terpilih menggantikan Adnan Buyung
Nasution.
Setelah beroperasi selama satu dasawarsa, pada 13 Maret 1980 status
hukum LBH ditingkatkan menjadi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum ndonesia
(YLBH) dan 28 Oktober tetap dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun YLBH.
Pada awalnya, gagasan pendirian lembaga ini adalah untuk memberikan
bantuan hukum bagi orang-orang yang tidak mampu memperjuangkan hak-
haknya, terutama rakyat miskin yang digusur, dipinggirkan, di PHK, dan
keseharian pelanggaran atas hak-hak asasi mereka. Lambat laun rezim otoriter
Orde Baru di bawah Soeharto membawa LBH menjadi salah satu subyek kunci
bagi perlawanan terhadap otoriterianisme Orde Baru, dan menjadi simpul
penting bagi gerakan pro-demokrasi.
Prinsip-prinsip bagi penegakan demokrasi, hak asasi manusia dan
keadilan membawa LBH ke tengah lapangan perlawanan atas ketidakadilan
struktural yang dibangun dalam bingkai Orde Baru. LBH memilih untuk berada di
sisi pergerakan kaum buruh, petani, mahasiswa, kaum miskin kota, dan semua
kekuatan yang memperjuangkan demokrasi.
LBH kemudian mengembangkan konsep Bantuan Hukum Struktural (BHS),
konsep yang didasarkan pada upaya-upaya untuk mendorong terwujudnya
negara hukum yang menjamin keadilan sosial.
LBH berkembang menjadi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum ndonesia
(YLBH) yang kini memiliki 15 kantor cabang dan 7 pos yang tersebar dari Banda
Aceh hingga Papua.

. Indonesian Corruption Watch (ICW)
Indonesia Corruption Watch (ICW) adaIah organisasi non-profit yang
dibentuk oleh sekelompok orang yang berkomitmen untuk memberdayakan
warga negara untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam memerangi korupsi.
CW didirikan di Jakarta pada 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan
reformasi yang mencari pemerintahan pasca-Soeharto yang demokratis, bersih,
dan bebas dari korupsi.
CW visi adalah untuk memperkuat posisi masyarakat untuk mengontrol
negara dan berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang mengarah ke
pemerintahan yang demokratis.
tu dukung anti-korupsi, keadilan ekonomi, keadilan sosial, dan kesetaraan
jender.
Misi CW adalah memberdayakan rakyat dengan memberikan mereka
pengetahuan tentang, hukum sistem politik, ekonomi dan birokrasi.

Dalam melaksanakan misi ini, CW mengambil peran seperti:
1. memfasilitasi kesadaran dan mengorganisir orang-orang di bidang hak-
hak warga negara dan pelayanan publik;
2. memperkuat kapasitas masyarakat dalam proses pembuatan dan
pengawasan kebijakan publik;
3. mendorong inisiatif masyarakat untuk membongkar kasus-kasus korupsi
yang terjadi dan melaporkan pelaku kepada penegak hukum dan
masyarakat luas untuk diadili dan mendapatkan sanksi sosial;
4. memfasilitasi peningkatan kapasitas dalam pemantauan orang di bawah
investigasi untuk korupsi;
5. melaksanakan kampanye publik untuk mendorong reformasi hukum,
politik dan birokrasi yang kondusif untuk pemberantasan korupsi, dan
6. memfasilitasi penguatan good governance di masyarakat sipil dan
penegakan standar etika di kalangan profesi.
CW mempertahankan posisinya bagi masyarakat miskin. ni nilai-nilai
keadilan sosial, kesetaraan gender, demokrasi, dan kejujuran.
Di antara prinsip-prinsip CW yang menuju integritas, akuntabilitas,
independensi, objektivitas dan kerahasiaan, dan anti-diskriminasi
Diantara program-program CW adalah:
(a) program pelayanan pemantauan publik;
(b) program penegakan hukum dan
(c) penyebaran informasi kepada masyarakat; dan
(d) dana dan sponsor untuk program-programnya.

. Lembaga Sensor FiIm
Lembaga Sensor FiIm (LSF) adalah sebuah lembaga yang bertugas
menetapkan status edar film-film di ndonesia. Sebuah film hanya dapat
diedarkan jika dinyatakan "lulus sensor" oleh LSF. LSF juga mempunyai hak
yang sama terhadap reklame-reklame film, misalnya poster film. Selain tanda
lulus sensor, lembaga sensor film juga menetapkan penggolongan usia penonton
bagi film yang bersangkutan.
Sebelum 1994, LSF bernama Badan Sensor Film.
Tugas pertama LSF adalah secara rutin melakukan penyensoran dengan
hasil:
O Meluluskan dengan atau tanpa potongan untuk SEMUA UMUR, REMAJA,
dan DEWASA untuk penonton bioskop;
O Meluluskan dengan atau tanpa potongan untuk SEMUA UMUR, REMAJA,
DEWASA untuk penonton televisi;
O Tidak meluluskan dengan catatan revisi, khusus untuk film ndonesia;
O Tidak meluluskan secara utuh;
O Meluluskan tanpa potongan untuk film keperluan festival film dengan
kategori 'TERBATAS' .
Tugas kedua LSF adalah secara terus-menerus wajib mengadakan
pemantauan melalui konsultasi dengan pimpinan Majelis Ulama ndonesia (MU),
Persekutuan Gereja-Gereja ndonesia (PG), Konferensi Waligereja ndonesia
(KW), Parisada Hindudharma ndonesia, Perwalian Umat Buddha ndonesia
(WALUB), dan tokoh-tokoh agama lainnya, serta mengadakan kunjungan kerja
ke daerah dan mengadakan temu wicara dengan berbagai organisasi sosial
kemasyarakatan, LSM dan lain-lain untuk memperoleh masukan yang berharga.
Tugas ketiga LSF adalah secara periodik menginformasikan kepada masyarakat
mengenai perkembangan tata nilai dan apresiasi masyarakat terhadap hasil
kerja LSF untuk menjadi bahan kajian serta rumusan tata kerja dan kriteria
penyensoran sesuai dengan perkembangan zaman. Tugas berikutnya adalah
LSF melakukan kegiatan lain yang dianggap perlu dan bermanfaat bagi
perkembangan perfilman ndonesia. tulah inti permasalahan yang dihadapi oleh
LSF yang pada dasarnya bukan suatu persoalan sederhana yang berdiri
sendiri dan mustahil untuk dapat diselesaikan sendiri oleh LSF, tetapi
merupakan suatu 'pekerjaan rumah' bangsa ndonesia yang hanya dapat
diselesaikan secara bertahap dan bersama-sama dengan semua pihak yang
merasa terkait

. Kontra S (Komisi Untuk Orang HiIang dan Korban Tindak Kekerasan)
KontraS, yang lahir pada 20 Maret 1998 merupakan gugus tugas yang
dibentuk oleh sejumlah organisasi .ivil so.iety dan tokoh masyarakat. Gugus
tugas ini semula bernama KP-HAM yang telah terbentuk pada tahun 1996.
Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, KP-HAM
banyak mendapat pengaduan dan masukan dari masyarakat, baik masyarakat
korban maupun masyarakat yang berani menyampaikan aspirasinya tentang
problem HAM yang terjadi di daerah. Pada awalnya KP-HAM hanya menerima
beberapa pengaduan melalui surat dan kontak telefon dari masyarakat. Namun
lama kelamaan sebagian masyarakat korban menjadi berani untuk
menyampaikan pengaduan langsung ke sekretariat KP-HAM.
Dalam beberapa pertemuan dengan masyarakat korban, tercetuslah ide
untuk membentuk sebuah lembaga yang khusus menangani kasus-kasus orang
hilang sebagai respon praktik kekerasan yang terus terjadi dan menelan banyak
korban. Pada saat itu seorang ibu yang bernama bu Tuti Koto mengusulkan
dibentuknya badan khusus tersebut. Selanjutnya, disepakatilah pembentukan
sebuah komisi yang menangani kasus orang hilang dan korban tindak kekerasan
dengan nama KontraS.
Dalam perjalanannya KontraS tidak hanya menangani masalah penculikan
dan penghilangan orang secara paksa tapi juga diminta oleh masyarakat korban
untuk menangani berbagai bentuk kekerasan yang terjadi baik secara vertikal di
Aceh, Papua dan Timot-Timur maupun secara horizontal seperti di Maluku,
Sambas, Sampit dan Poso. Selanjutnya, ia berkembang menjadi organisasi yang
independen dan banyak berpartisipasi dalam membongkar praktik kekerasan
dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan
kekuasaan.
Dalam perumusan kembali peran dan posisinya, KontraS mengukuhkan
kembali visi dan misinya untuk turut memperjuangkan demokrasi dan hak asasi
manusia bersama dengan entitas gerakan civil society lainnya. Secara lebih
khusus, seluruh potensi dan energi yang dimiliki KontraS diarahkan guna
mendorong berkembangnya ciri-ciri sebuah sistim dan kehidupan bernegara
yang bersifat sipil serta jauhnya politik dari pendekatan kekerasan. Baik
pendekatan kekerasan yang lahir dari prinsip-prinsip militerisme sebagai sebuah
sistem, perilaku maupun budaya politik. Artinya, kekerasan disini bukan semata-
mata persoalan intervensi militer ke dalam kehidupan politik. Akan tetapi, lebih
jauh menyangkut kondisi struktural, kultural dan hubungan antar komunitas
sosial, kelompok-kelompok sosial serta antar strata sosial yang mengedepankan
kekerasan dan simbol-simbolnya.

. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
WALH adalah organisasi lingkungan hidup yang independen, non-profit
dan terbesar di ndonesia. WALH kini hadir di 27 propinsi dengan total 471
organisasi anggota dan 156 anggota individu (terhitung April 2011) yang secara
aktif berkampanye di tingkat lokal, nasional dan internasional. Di tingkat
internasional, WALH berkampanye melalui jaringan Friends of the Earth
nternasional yang beranggotakan 71 organisasi akar rumput di 70 negara, 15
organisasi afiliasi, dan lebih dari 2 juta anggota individu dan pendukung di
seluruh dunia.
WALH menentang model pembangunan saat ini yang berhaluan
globalisasi ekonomi dan korporasi. WALH mempromosikan solusi yang akan
membantu menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial
masyarakat. WALH mendapatkan kekuatan yang sangat besar dan
pengetahuan dari kerja-kerja WALH bersama masyarakat yang selama ini
dipinggirkan dan menjadi korban. WALH bersama- sama untuk melakukan
kampanye baik lokal, nasional maupun internasional.
Permasalahan lingkungan saling terkait dan telah berdampak besar
terhadap kehidupan masnusia dalam bentuk pemiskinan, ketidakadilan dan
menurunnya kualitas hidup manusia.
Sebagai solusi, penyelamatan lingkungan hidup harus menjadi sebuah
gerakan publik. Sebagai organisasi publik, WALH terus berupaya :
O Menjadi organisasi yang populis, inklusif dan bersahabat.
O Menjadi organisasi yang bertanggung gugat dan transparan.
O Mengelola pengetahuan yang dikumpulkannya untuk mendukung upaya
penyelamatan lingkungan hidup yang dilakukan anggota dan jaringannya
maupun publik.
O Menjadi sumberdaya ide, kreatifitas dan kaderisasi kepemimpinan dalam
penyelamatan lingkungan hidup.
O Menggalang dukungan nyata dari berbagai elemen masyarakat.
O Menajamkan fokus dan prioritas dalam mengelola Kampanye dan
advokasi untuk berbagai isu:
4 Air, pangan dan keberlanjutan
4 Hutan dan Perkebunan
4 Energi dan Tambang
4 Keadilan klim
4 Pesisir dan Laut
4 su-isu Perkotaan

Anda mungkin juga menyukai