Anda di halaman 1dari 2

[c nn juqi

"... let me tell you how physics can turned my world..."


Hari ini adalah hari pertama bagi seluruh siswa Senior High School 1 Shinjuku memasuki tahun pelajaran baru.
Awal tahun ajaran baru dibuka dengan pelajaran Iisika untuk kelas XI SHS. Seorang guru berjenis kelamin
perempuan akhirnya masuk ke kelas yang gaduh itu. Seketika, suasana kelas menjadi sunyi senyap seperti
pemakaman di malam hari
"Mana PR Iisika kalian tempo lalu?" desis sang guru. Semua murid berpandangan satu sama lain dengan mimik
ngeri.
"Psst... Yumi-chan, memangnya ada PR?" bisik lelaki rambut pirang pada chairmates sekaligus kekasihnya.
"Ada, Shouta-kun belum mengerjakan, ya?" sahutnya.
"HOA~! Aku belum ngerjain sama sekalee~!" jawab Shouta ketakutan.
"Hey, Shouta! Mana PR-mu?" tanya guru itu sambil mengacungkan penggaris panjang ke arah Shouta yang
duduk di baris ke dua.
"A-aku..."
"... belum mengerjakan?" sambung guru itu.
"A, . . iya guru" jawab Shouta sambil mengacak belakang rambutnya yg tak gatal.
' Apa yang kau lakukan selama liburan? Sekarang kau harus dihukum membuat essay tentang Iisika!"
"HOAPAAHH!THEEDAAAKKK~" Ia rasakan tubuhnya bak tersambar petir ketika mendengar hukuman
membuat essay tentang Iisika
"Kau harus membuatnya sekarang! Bacakan di depan kelas! Kutunggu 30 menit lagi!"
Tiga puluh menit adalah waktu yang singkat. Shouta tidak tahu apakah karya essaynya ini bisa disebut essay.
Untunglah ia punya kekasih secantik dan sepintar Yumi yang diam-diam membantunya memberi penjelasan
beberapa istilah dalam Iisika.
"Ayo Shouta, maju ke depan! Kau sudah siap dengan essaymu, 'kan?" tanya Yuki, guru killer itu.
"Sudah!" sahut Shouta sambil mengacungkan jempol dan memberikan senyum khasnya yang merekah lebar.
Seluruh manusia yang ada di ruangan itu pun sontak kaget. Mana mungkin Shouta yang physics-hater bisa
membuat essay Iisika? Dengan langkah yang pasti, Shouta menuju depan kelas.
" Fisika. Siapa yang tidak tahu mata pelajaran menyeramkan ini? Selama bertahun-tahun, banyak orang 'tewas'
karena belajar Iisika. Namun, kali ini aku akan menjabarkan mengapa Iisika mampu mengalihkan duniaku."
Semua orang di kelas itu nampak antusias mendengarkan prolog Shouta, terlebih Yuki. Mimpi apa ia
semalam sampai Shouta bisa membuat essay Iisika?
"Fisika ternyata menemani hidupku. Semua hukumnya secara tak sadar telah membuatku sebahagia ini.
Hukum-hukum Iisika tidak hanya tentang alam, tetapi juga tentang hatiku. Ehem, berperan besar dalam
kecintaanku dengan Yumi..." --Rona scarlet di pipi Yumi seketika menyemburat.
"... Apa kalian tahu?" Shouta mengerling genit ke arah Yumiaba-aba agar seluruh orang melihatnya. Sontak,
Yumi pun panik ketika semua siswa memandangnya.
"Cintaku pada Yumi memenuhi Hukum Gravitasi. Setinggi apa pun aku melambung,Yumi selalu
menjatuhkanku ke sisinya. Kami seperti dua kutub magnet yang berlawanan, saling tarik menarik tak
terpisahkan. Yumi memberikanku cinta yang kubalas tuntas sesuai Hukum Azas Black; di mana kalor yang
dilepas sama dengan kalor yang diserap.Seperti Hukum III Newton; di mana ada aksi maka ada reaksi yang
sama besar. Ia membuatku bergerak selaras; vertikal dan horizontal, sehingga aku bergerak parabola untuk
melindunginya di tiap sisi, dalam garis orbit yang stabil dan konstant seperti satelit."
Shouta melirik Yumi lagi namun kali ini Yumi langsung membuang muka. Tak mau ia terus dibuat semerah ini.
"Hari demi hari, cintaku padanya semakin bertambah. Aku tidak di bawah ilusi optik. Ini bukan juga
pembesaran bayangan pada lensa konvergen. Bukan juga pengaruh eIek Doppler ketika cintaku membesar saat
mendekat, kemudian mengecil saat menjauh. Cinta kami memancar begitu indah seperti aneka warna pada
rentang cahaya tampak di spektrum gelombang elektromagnetik. Shouta memandang Yumi lagi yang kini
tertangkap basah sedang mamandangnya lekat-lekat tak bergeser. Shouta pun tersenyum jahil ke arah Yumi.
"Cinta kami memang hanya berawal dari setitik atom yang saling bertubrukan. Aku akan terus mencintai Yumi
seperti kehangatan mentari yang stabil intensitasnya. umi and Physics, I love you two'" Wajah Yumi benar-
benar telah berwarna merah padam dibuat Shouta.
"Bagaimana guru? I-ini essaynya betul?" tanya Shouta pada guru Yuki .
"Tidak!"
Okay, satu kata itu mampu meluluh-lantakkan perasaan bahagia Shouta. Padahal ia telah bersusah payah
mengarang essay yang mirip puisi itu.
"Kau harus kuhukum lagi karena essaymu salah total!"
"Hukuman apa lagi?"
"Buatkan satu essay serupa yang lebih indah untuk Yumi lagi!"
FIN
By: Sa1itac

Anda mungkin juga menyukai