Anda di halaman 1dari 20

Sejoroh Perkembongon AkhIok di DoIom don di Luor IsIom

Momo : JAJA A8DUS SUIUP


MIM : IZI07040I8
IeIos : Iimio A/ III

JUPUSAM IIMIA
FAIULTAS SAIMS DAM TEIMOLO0I
UIM SUMAM 0UMUM0 DJATI
8AMDUM0
2011
MAkALAH AkHLAk/TASAWUF
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur dan segala puji bagi Allah SWT,
penguasa alam dan seisinya yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
makalah dengan judul 'Sejarah Perkembangan Akhlak dari Massa ke Massa di Dalam dan
di Luar Islamini dapat terselesaikan dengan baik, dan mengutus Nabi Muhammad
SAWsebagai 'Uswatun Hasanah dan tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan
atasutusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, junjungkan kita Nabi Muhammad
SAWbeserta keluarga dan para sahabatnya dan pengikut sekiranya sampai akhir zaman.
Adapun tujuan pembuatan dari makalah ini adalah dijadikan untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah akhlaq tasawuI. Penulis juga menyadari di dalam penulisan ini terdapat
kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersiIat
membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Makalah ini di masa yang akan datang.
Demikianlah sedikit yang dapat penulis sampaikan, mudah-mudahan makalah ini
bermanIaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.


Bandung, 02 November 2011

Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TasawuI adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau
aspek spiritual dalam Islam.Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuI lebih menekankan
aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Dalam kaitannya dengan kehidupan, ia
lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang Iana.
Melacak sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak (etika) dalam
pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini.Yaitu, yang
dikenal dengan istilah adat-istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap
individu, keluarga dan masyarakat.Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli Iikir
Yunani dianggap telah pernah membangun 'kerajaan IilsaIat ', dengan lahirnya berbagai
ahli dan timbulnya berbagai macam aliran IilsaIat.Para penyelidik akhlak
mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan Iikiran dan teori-teori
pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah
akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu akhlak diluar
Islam, ilmu Ahlak pada agama Islam dan ilmu ahlak pada zaman baru.
.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Agar pembahasan didalam makalah kami mudah dipahami, maka kami membatasi
pembahasan dalam makalah kami, yaitu :
1. Bagaimana sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu ahlak diluar Agama
Islam.?
2. Apa yang dimaksud dengan ilmu ahlak pada Agama Islam.?
3. Apa yang dimaksud dengan ilmu ahlak pada zaman baru.?

. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu ahlak diluar Agama
Islam.
2. Untuk menjelaskan ilmu ahlak pada Agama Islam.
3. Untuk menjelaskan ilmu ahlak pada zaman baru.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN AKHLAQ
Secara bahasa akhlak berasal dari kata =' =- ' `=' ar tinya per angai ,
kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq.
Dasarnya adalah:
1. QS. Al- Qalam: 4: -== = _ =- '
2. QS. Asy-Syu`ara: 137: ' - `' = `' '~ -
3. Hadis :`=`' ' ~ ~ `` '~-'
Menurut Istilah, akhlak adalah:
1. Ibnu Miskawaih: siIat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.
2. Imam Ghazali: siIat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ciri Perbuatan Akhlak :
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.

Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak :
1. Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
2. Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
3. Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektiI.
ManIaat mempelajari Ilmu Akhlak:
1. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk.
2. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
3. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.
4. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang
baik atau buruk.
2.2. PENGERTIAN TASAWUF
Secara bahasa tasawuI berarti: saI (baris), suIi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suI
(kain wol),sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana,
rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut Istilah:
1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan
memusatkanperhatian hanya kepada Allah Swt.
2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan
Tuhan.
Sumber Ajaran TasawuI
1. Unsur Islam:
Al-Qur`an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54),
bertaubah dan mensucikan diri (QS~ At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam
pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya
kepada HambaNya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS.
Ali Imran: 3)
Hadis Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia
mengenal penciptanya.
Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman
Ibn AIIan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-GhiIIari, Hasan Basri, dll.

2. Unsur Non Islam:
Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.
Yunani: Unsur IilsaIat tentang masalah ketuhanan.
Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuI adalah suatu kehidupan rohani yang
merupakan Iitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada
dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan
melepaskan jiwanya dari noda-noda siIat dan perbuatan tercela.
Hubungan Akhlak dengan TasawuI:
Akhlak dan TasawuI saling berkaitan.Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur
hubungan horizontal antara sesame manusia, sedangkan tasawuI mengatur jalinan
komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya.Akhlak menjadi dasar dari
pelaksanaan tasawuI, sehingga dalam prakteknya tasawuI mementingkan akhlak.
2.3. SE1ARAH AKHLAK
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan
alam semesta.Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak
adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.
Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini
yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman
Iatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan
kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang
wahyu.
Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka sudah
memiliki perangai halus dan rela dalam kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapi juga
pemarah luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diri atau
kabilahnya.Hal ini Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang buta huruI, tetapi
daya ingatan dan haIalan mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu abi Salam mengatakan:
'Barang siapa menepati janji tidak kan tercela dan barang siapa membawa hatinya menuju
kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu.
Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam
bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya,
walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah
yang diucapkan oleh IilosoI-IilosoI zaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh
Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat
pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi
dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, handai tolan, umat manusia serta alam seluruhnya.
Setelah Al-qur`an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi sempit
menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.

2.4. PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK
Sejarah Perkembangan Akhlak ditelusuri dari aspek kebangsaan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
A. Akhlak pada bangsa Yunani
Ditandai dengan munculnya Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana.
Dasar pemikirannya: rasionalistik, baik dan buruk didasarkan pada pertimbangan
akal pikiran. Argumentasinya didasarkan pada IilsaIat tentang manusia
(anthropocentris), terkait dengan kejiwaan manusia. Akhlak adalah sesuatu yang Iitri
yang ada dalam diri manusia.
Tokohnya:
1.Socrates (469-399 SM): membentuk pola hubungan antara manusia dengan dasar
ilmu pengetahuan. Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang
pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia
dengan dasar ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu
adalah ilmu. Namun demikian, para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yang
mengatakan bahwa Socrates tidak menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dari
akhlak dan tidak memberikan patokan-patokan untuk mengukur segala perbuatan
dan menghukumkannya baik atau buruk. Akibatnya, maka timbullah beberapa
golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak yang dihubungkan
pada Socrates.
Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah Cynics dan
Cyrenics.Keduanya dari pengikut Socrates.Golongan Cynics di bangun oleh
Antistenes (414 - 370 SM).Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari
segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang berperangai dengan
akhlak ke Tuhanan. Maka ia mengurangi kebutuhannya sedapat mungkin rela
dengan sedikit, suka menanggung penderitaan dan mengabaikannya. Di antara
pemimpin paham golongan Cynics yang terkenal adalah Diagenes yang meninggal
pada tahun 323 SM. Dia memberi pelajaran pada kawan-kawan supaya membuang
beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan peranannya.Dia memakai pakaian
yang kasar makan-makanan yang buruk dan tidur di atas tanah. Adapun golongan
'Cyrenics di bangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena (kota Barka di utara
AIrika). Golongan ini berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi
kepedihan adalah merupakan satu-satunya tujuan hidup yang benar dan perbuatan itu
dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan.
Kedua golongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan yang baik,
utama dan mulia. Golongan pertama, Cynics bersikap memusat pada Tuhan (teo-
sentris) dengan cara manusia berupaya mengindentiIikasi siIat Tuhan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan golongan kedua,
Cyrenics bersikap memusat pada manusia (antro-pocentris) dengan cara manusia
mengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya.
2. Plato (427 347 SM). Seorang IilsaIat Athena dan murid dari Socrates, bukunya
yang terkenal adalah 'Republic. Ia membangun ilmu akhlak melalui akademi yang
ia dirikan. Pandangannya dalam akhlak berdasar dari 'teori contoh bahwa di balik
alam ini ada alam rohani sebagai alam yang sesungguhnya. Dan di alam rohani ini
ada kekuatan yang bermacam-macam, dan kekuatan itu timbul dari pertimbangan
tunduknya kekuatan pada hokum akal.
Dia berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara lain:
1. Hikmah/kebijaksanaan,
2. Keberanian,
3. Keperwiraan
4. Keadilan.
Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan
perseorangan.Di dalam beberapa bangsa kita mengathui bhawa kebijaksanaan itu
utama bagi para hakim, keberanian itu utama bagi para tentara, perwira itu utama bagi
rakyat dan adil itu utama bagi semua. Pokok-pokok keutamaan itu membatasu bagi
tiap-tiap manusia akan perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengan
sebaik-baiknya. Selain itu Plato juga mengatakan bahwa akhlak termasuk kategori
keindahan.
3. Lahiriyah sebenarnya telah ada contoh sebelumnya yang ada dalam bayangan dari
yang tidak tampak (alam rohani atau alam ide). Teorinya ini terdapat dalam
bukunya: Republik.
4. Aristoteles ( 394 322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu paham yang
khas, yang mana pengikutnya diberi nama dengan 'Peripatetics karena mereka
memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat berjalan
yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya. Dan ia berpendapat
bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya
ialah 'bahagia. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih
tinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut
pendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal
pikiran sebaik-baiknya.
Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan
adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-
tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta
dan takut.
Setelah Aristoteles dating 'Stoics dan 'Epicuric.Mereka berbeda
penyelidikannya dalam akhlak 'Stoics berpendirian sebagai paham 'Cynics, dan
paham 'Stoics ini diikuti oleh banyak ahli IilsaIat di Yunani dan Romawi.Dan
pengikutnya yang termasyhur pada permulaan kerajaan Rome ialah Seneca (6 SM-
65 M), dll. Adapun 'Epicuric, maka mereka mendasarkan pelajarannya menurut
pelajaran Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah 'Epicuric.di antara pengikutnya
dalam zaman baru ini ialah 'Gassendi seorang IilsaIat Perancis (1592-1656).
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di
Eropa.Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok
akhlak yang tercantum di dalam Taurat.Demikan juga memberi pelajaran kepada
manusia bahwa Tuhan sumber segala akhlak.Tuhan yang memberi segala patokan
yang harus kita pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti
baik dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya.
B. Akhlak pada Agama Nasrani
Dasarnya adalah teocentris, Tuhan adalah sumber akhlak.
Tuhan yang menentukan dan membentuk patokan akhlak.
Menekankan pada aspek suIistik (dimensi batin).
Pendorong kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan kitab Taurat.
C. Akhlak pada bangsa Romawi
Dibangun berdasarkan perpaduan antara ajaran Yunani (anthropocentris) dengan
ajaran Nasrani (Teocentris).
Tokohnya: Abelard (1079-1142 M) dari Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274
M) dari Italia.
D. Akhlak pada Agama Islam
Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia.
Al-Qur`an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak.
Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam.
Sejarah Perkembangan TasawuI.
2.5 AKHLAK PERIODE PADA ABAD MODERN
Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan
IilsaIat Yunani kuno.Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa.Kehidupan mereka
yang semula terikat pada dogma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser dengan
memberikan peran yang lebih besar kepada kemampuan akal pikiran.
Di antara masalah yang mereka kritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah
akhlak.Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan
empiric dan tidak mengikuti gambaran-gambaran khayalan, dan hendak melahirkan kekuatan
yang ada pada manusia, dihubungkan dengan praktek hidup di dunia ini.Pandangan baru ini
menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya
tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan
keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau.Selanjutnya pandangan akhlak
mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka menjadi anggota masyarakat
yang mandiri.
Ahli IilsaIat Perancis yaitu Desrates (1596-1650 M), termasuk pendiri IilsaIat baru
dalam Ilmu Pengetahuan dan FilsaIat.Ia telah menciptakan dasar-dasar baru, diantaranya:
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya. Dan apa yang
didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja, wajib di
tolak.
2. Di dalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yang semudah-
mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat
pengertiannya, sehingga tercapai tujuan kita.
3. Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hokum akan kebenaran sesuatu soal, sehingga
menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-pengikutnya suka kepada paham
Stoics, dan selalu mempertinggi mutu pelajarannya sedang Gassendi dan Hobbes dan
pengikutnya suka kepada paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran pahamnya.
Kemudian lahir pula Bentham (1748-1832) dan John Stoart Mill (1806-
1873).Keduanya berpindah paham dari Iaham Epicurus ke Iaham Utilitarianim.
Setelah keadaannya muncul Green (1836-1882) dan Hebbert Spencer (1820-
19030, keduanya mencocokkan Iaham pertumbuhan dan peningkatan atas akhlak
sebagaimana yang kita ketahui.

2.6 PERKEMBANGAN AKHLAK DALAM BERBAGAI A1ARAN AGAMA
A. Akhlak dalam ajaran agama Hindu
Ajaran Hindu berdasarkan kepada Kitab Veda (1500 SM, disamping mengandung dasar-
dasar ketuhanan, juga mengajarkan prinsip-prinsip etika yang wajib dipegang teguh oleh
pengikut.Etika mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan yang mereka anut yang termaktub
dalam kitab Veda tersebut.
Prinsip tersebut ialah siIat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara-upacara
ajarannya sebagaimana mestinya.Manakala seseorang dapat melaksanakan kewajiban tersebut
dengan sempurna, dapatlah di pandang sebagai orang yang mencapai derajat kemuliaan yang
sesungguhnya.Sebaliknya barang siapa melalaikan hal tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam
mengerjakan upacara keagamaan, maka hal itu berarti dosa dan sumber terbitnya kejelekan.
Dengan demikian, prinsip etika Hindu ialah bahwa peraturan ajaran dipandang sebagai
sumber segala sumber segala kemuliaan akhlak manusia.
2.6.1 Akhlak dalam ajaran Ibrani
Bangsa Ibrani yang popular dengan nama Bani Israil, mengaku berdasarkan akhlak
mereka kepada ajaran Yahudi yang disandarkan kepada ajaran Nabi Musa dalam kitab Taurat.
Bani Israil adalah bangsa yang telah memperoleh nikmat keutamaan dan keunggulan
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka banyak di bangkitkan Rasul
dan Nabi, diberikan kitab dan nikmat, kekuasaan, rizki dan kecerdasan.Tetapi segolongan dari
pada bangsa ini tidak tahu menimbang rasa dan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat
Allah.Bahkan dengan kenikmatan itu mereka menjadi sombong dan angkuh, merubah kitab suci,
dan berbuat kerusuhan di muka bumi.
Sebenarnya mereka telah dibekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari
ajaran Allah melalui Rasul-Rasul dan mereka mengakui dirinya sebagai bangsa yang berakhlak
yang berdasarkan ajaran Allah. Tetapi karena mereka keluar dari garis akhlakul karimah maka
Allah menyiksa mereka dengan penderitaan-penderitaan yang luar biasa, lebih dari yang dialami
oleh bangsa-bangsa lain. Dalam teori mereka mengaku menganut prinsip-prinsip akhlakul
karimah tetapi dalam prakteknya mereka melakukan akhlakul madzmumah.
B. Akhlak dalam ajaran Kong Fu Tse (Konfucius)
Sejak abad ke 5 sebelum Masehi di negeri Tiongkok berkembang suatu ajaran yang
berakar pada Lao Tse yang kemudian dikembangkan oleh muridnya yang bernama Kong Fu Tse
(kongIucius) (1551-478 SM). Sebagian orang memandang ajaran ini didasarkan IilsaIat dan
sebagian memandang bercorak agama.
Menurut KonIucius, tidak ada alternative lain untuk membangun akhlak yang rusak
selain 3 (tiga) perkara:
1. Pergi menyendiri beribadat kepada Tuhan seperti yang telah diperbuat oleh Lao Tse.
2. Mengundang rakyat menghadiri pertemuan-pertemuan terbuka dan disana memberikan
kursus-kursus akhlak.
3. Membawa diri-sendiri, baik pemerintah maupun cendekiawan, para pembesar dan
diplomat, melaksanakan akhlak yang setinggi-tingginya dalam kehidupan sehari-hari
Demikianlah konIucius dengan segala kesanggupannya yang berusaha menarik perhatian
ummat ke jurusan undang-undang umumnya
.
. Akhlak dalam ajaran agama Nasrani (Masehi)
Pada akhir abad ke 3 Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa.Agama ini telah berhasil
mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang terdapat
dalam kitab taurat dan injil.Menurut agama ini, bahwa Tuhan adalah sumber akhlak.Tuhanlah
yang menentukan dan membentuk patokan-patokan akhlak yang harus di pelihara dan di
laksanakan dalam kehidupan social kemasyarakatan.
Selain itu agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-sungguh
mensucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam bentuk pemikiran
maupun perbuatan.Dengan demikian agama ini menjadikan roh sebagai kekuasaan terhadap diri
manusia, yaitu suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan naIsu syahwat.Akibt dari paham akhlak
yang demikian itu, kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini suka menyiksa dirinya,
menjauhi dunia Iana beribadah, Zuhud, dan hidup menyendiri.
D. Akhlak dalam ajaran agama Islam
Ajaran akhlak menurut bentuknya yang sempurn pada agama Islam dengan titik
pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia.Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar
percaya kepada Tuhan dan mengikutinya bahwa Dia-lah Pencipta, Pelindung, Pengasih, Pemberi
Rahmat, dan Penyayang terhadap segala makhluk-Nya.
Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna
dan memuat ajaran yang menuntut umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Dan semua itu
terkandung dalam ajaran Al-Qur`an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang di datangkan
dari Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur`an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan agama islam. hukum-
hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak
dan perbuatan yang dapat di jumpai sumber yang aslinya di dalam Al-Qur`an.


2.6 SE1ARAH AKHLAK DAN PERKEMBANGAN TASAWUF PADA
AGAMA ISLAM
2.6.1. Akhlak pada Agama Islam
Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia.
Al-Qur`an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak.
Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam.
2.6.2. Sejarah Perkembangan Tasawuf
Masa Rasulullah belum ada istilah tasawuI. Benih-benih tasawuI ditemukan pada
perilaku dan siIat Nabi, seperti ketika berkhalwat di gua hira.
Kehidupan para sahabat juga mencerminkan kehidupan sebagai suIi seperti sikap
zuhud dan qana`ah.
Masa Tabi`in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan dirinya
untuk beribadah kepada Allah. Tokohnya Hasan Basri, yang benar-benar
mempraktekkan tasawuI dengan memunculkan konsep khauI dan raja`.
Istilah tasawuI muncul pada abad ke 2 H. Kata suIi pertama kali digunakan oleh
Abu Hasyim, seorang Zahid dari Syria (w. 780 M). Dia mendirikan Takya,
semacam padepokan suIi yang pertama.
TasawuI muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang
penuh dengan kemewahan. Para suIi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-
Qur`an, salat sunnah dan sebagainya. TasawuI menjadi pengajian yang dipimpin
oleh guru suIi.
Abad ke 3 H: muncul tasawuI yang menonjolkan pemikiran eksklusiI (tasawuI
IalsaIi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.
Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuI hanya pada al-
Qur`an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa, dan
pembinaan moral.
Abad ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para murid
seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad RiIa`I (w. 570 H), dan Sayid Abdul
Qadir Jaelani (w. 651 M).
Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuI akhlaki dengan IalsaIi
dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
O Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha
dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan.Lalu
datang Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli FilsaIat Athena, yang merupakan murid dari
Socrates. Buah pemikirannya dalam Etika berdasarkan teori contoh`. Dia berpendapat alam lain
adalah alam rohani.Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato.
Pengikutnya disebut !eripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat
berjalan yang teduh
O Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan dianiaya` oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja
memerangi FilsaIat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan
kuno.Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan apa yang
terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar.
O Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli FilsaIat yang mengajak
kepada aliran atau Iaham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan
Aristoteles.Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah
maju. Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang
memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan,
dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.

O Sejarah Akhlak Pada Abad Modern
Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan
IilsaIat Yunani kuno.Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa.
Pandangan baru ini menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan
kedermawanan umpamanya tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad
pertengahan, dan keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau.
O Perkembangan Akhlak Dalam Berbagai Ajaran Agama
1. Akhlak dalam ajaran agama Hindu
2. Akhlak dalam ajaran Ibrani
3. Akhlak dalam ajaran Kong Fu Tse (KonIucius)
4. Akhlak dalam ajaran agama Nasrani (Masehi)
5. Akhlak dalam ajaran agama Islam










DAFTAR PUSTAKA
Depag RI. l-Quran dan Terfemahan, 1971.
Ardani, Moh. hla Tasawuf (Nilai-nilai ahla budipeerti dalam ibadat dan tasawuf),
Jakarta: PT Karya Mulia,2005.
AR, Zahruddin dkk. !engantar Studi hla, Jakarta: PT.Raja GraIindo Persada, 2004.
Ilyas, Yunahar. uliah hlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar OIIset, 2006.
MustoIa, hla Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.
Muthahhari, Murtadha. Falsafah hla Bandung: Pustaka Hidayah, 1995
Nata, Abudin. hla Tasawuf. Jakarta: PT. Raja GraIindo Persada, 1997.
Sahal, Siti Aminah. Ditat uliyah hlaq. Ponorogo: IAIN Sunan Ampel Ponorogo, 1985.
Soleiman, Abjan. Ilmu hla (Ilmu Etia) Jakarta: Dinas Rawatan Rohani Islam Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat,1976.
Umary, Barmawi. ateria hla Solo: CV. Ramadhani, 1989

Anda mungkin juga menyukai