Sejoroh Perkembongon AkhIok di DoIom don di Luor IsIom
Momo : JAJA A8DUS SUIUP
MIM : IZI07040I8 IeIos : Iimio A/ III
JUPUSAM IIMIA FAIULTAS SAIMS DAM TEIMOLO0I UIM SUMAM 0UMUM0 DJATI 8AMDUM0 2011 MAkALAH AkHLAk/TASAWUF KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur dan segala puji bagi Allah SWT, penguasa alam dan seisinya yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah dengan judul 'Sejarah Perkembangan Akhlak dari Massa ke Massa di Dalam dan di Luar Islamini dapat terselesaikan dengan baik, dan mengutus Nabi Muhammad SAWsebagai 'Uswatun Hasanah dan tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan atasutusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, junjungkan kita Nabi Muhammad SAWbeserta keluarga dan para sahabatnya dan pengikut sekiranya sampai akhir zaman. Adapun tujuan pembuatan dari makalah ini adalah dijadikan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah akhlaq tasawuI. Penulis juga menyadari di dalam penulisan ini terdapat kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersiIat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Makalah ini di masa yang akan datang. Demikianlah sedikit yang dapat penulis sampaikan, mudah-mudahan makalah ini bermanIaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.
Bandung, 02 November 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TasawuI adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dalam Islam.Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuI lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang Iana. Melacak sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini.Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat-istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli Iikir Yunani dianggap telah pernah membangun 'kerajaan IilsaIat ', dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran IilsaIat.Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan Iikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu akhlak diluar Islam, ilmu Ahlak pada agama Islam dan ilmu ahlak pada zaman baru. . B. Ruang Lingkup Pembahasan Agar pembahasan didalam makalah kami mudah dipahami, maka kami membatasi pembahasan dalam makalah kami, yaitu : 1. Bagaimana sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu ahlak diluar Agama Islam.? 2. Apa yang dimaksud dengan ilmu ahlak pada Agama Islam.? 3. Apa yang dimaksud dengan ilmu ahlak pada zaman baru.?
. Tujuan Pembahasan 1. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu ahlak diluar Agama Islam. 2. Untuk menjelaskan ilmu ahlak pada Agama Islam. 3. Untuk menjelaskan ilmu ahlak pada zaman baru.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN AKHLAQ Secara bahasa akhlak berasal dari kata =' =- ' `=' ar tinya per angai , kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah: 1. QS. Al- Qalam: 4: -== = _ =- ' 2. QS. Asy-Syu`ara: 137: ' - `' = `' '~ - 3. Hadis :`=`' ' ~ ~ `` '~-' Menurut Istilah, akhlak adalah: 1. Ibnu Miskawaih: siIat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan. 2. Imam Ghazali: siIat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ciri Perbuatan Akhlak : 1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. 3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar 4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh. 5. Dilakukan dengan ikhlas.
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak : 1. Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk. 2. Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut. 3. Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektiI. ManIaat mempelajari Ilmu Akhlak: 1. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk. 2. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. 3. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia. 4. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk. 2.2. PENGERTIAN TASAWUF Secara bahasa tasawuI berarti: saI (baris), suIi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suI (kain wol),sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana. Menurut Istilah: 1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkanperhatian hanya kepada Allah Swt. 2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. Sumber Ajaran TasawuI 1. Unsur Islam: Al-Qur`an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS~ At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3) Hadis Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya. Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn AIIan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-GhiIIari, Hasan Basri, dll.
2. Unsur Non Islam: Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Yunani: Unsur IilsaIat tentang masalah ketuhanan. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuI adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan Iitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda siIat dan perbuatan tercela. Hubungan Akhlak dengan TasawuI: Akhlak dan TasawuI saling berkaitan.Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesame manusia, sedangkan tasawuI mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya.Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuI, sehingga dalam prakteknya tasawuI mementingkan akhlak. 2.3. SE1ARAH AKHLAK Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal. Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman Iatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang wahyu. Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka sudah memiliki perangai halus dan rela dalam kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapi juga pemarah luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diri atau kabilahnya.Hal ini Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang buta huruI, tetapi daya ingatan dan haIalan mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu abi Salam mengatakan: 'Barang siapa menepati janji tidak kan tercela dan barang siapa membawa hatinya menuju kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu. Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh IilosoI-IilosoI zaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, handai tolan, umat manusia serta alam seluruhnya. Setelah Al-qur`an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.
2.4. PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK Sejarah Perkembangan Akhlak ditelusuri dari aspek kebangsaan, dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Akhlak pada bangsa Yunani Ditandai dengan munculnya Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana. Dasar pemikirannya: rasionalistik, baik dan buruk didasarkan pada pertimbangan akal pikiran. Argumentasinya didasarkan pada IilsaIat tentang manusia (anthropocentris), terkait dengan kejiwaan manusia. Akhlak adalah sesuatu yang Iitri yang ada dalam diri manusia. Tokohnya: 1.Socrates (469-399 SM): membentuk pola hubungan antara manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu. Namun demikian, para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yang mengatakan bahwa Socrates tidak menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dari akhlak dan tidak memberikan patokan-patokan untuk mengukur segala perbuatan dan menghukumkannya baik atau buruk. Akibatnya, maka timbullah beberapa golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak yang dihubungkan pada Socrates. Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah Cynics dan Cyrenics.Keduanya dari pengikut Socrates.Golongan Cynics di bangun oleh Antistenes (414 - 370 SM).Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan. Maka ia mengurangi kebutuhannya sedapat mungkin rela dengan sedikit, suka menanggung penderitaan dan mengabaikannya. Di antara pemimpin paham golongan Cynics yang terkenal adalah Diagenes yang meninggal pada tahun 323 SM. Dia memberi pelajaran pada kawan-kawan supaya membuang beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan peranannya.Dia memakai pakaian yang kasar makan-makanan yang buruk dan tidur di atas tanah. Adapun golongan 'Cyrenics di bangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena (kota Barka di utara AIrika). Golongan ini berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merupakan satu-satunya tujuan hidup yang benar dan perbuatan itu dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan. Kedua golongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan yang baik, utama dan mulia. Golongan pertama, Cynics bersikap memusat pada Tuhan (teo- sentris) dengan cara manusia berupaya mengindentiIikasi siIat Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan golongan kedua, Cyrenics bersikap memusat pada manusia (antro-pocentris) dengan cara manusia mengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya. 2. Plato (427 347 SM). Seorang IilsaIat Athena dan murid dari Socrates, bukunya yang terkenal adalah 'Republic. Ia membangun ilmu akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Pandangannya dalam akhlak berdasar dari 'teori contoh bahwa di balik alam ini ada alam rohani sebagai alam yang sesungguhnya. Dan di alam rohani ini ada kekuatan yang bermacam-macam, dan kekuatan itu timbul dari pertimbangan tunduknya kekuatan pada hokum akal. Dia berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara lain: 1. Hikmah/kebijaksanaan, 2. Keberanian, 3. Keperwiraan 4. Keadilan. Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan perseorangan.Di dalam beberapa bangsa kita mengathui bhawa kebijaksanaan itu utama bagi para hakim, keberanian itu utama bagi para tentara, perwira itu utama bagi rakyat dan adil itu utama bagi semua. Pokok-pokok keutamaan itu membatasu bagi tiap-tiap manusia akan perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengan sebaik-baiknya. Selain itu Plato juga mengatakan bahwa akhlak termasuk kategori keindahan. 3. Lahiriyah sebenarnya telah ada contoh sebelumnya yang ada dalam bayangan dari yang tidak tampak (alam rohani atau alam ide). Teorinya ini terdapat dalam bukunya: Republik. 4. Aristoteles ( 394 322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana pengikutnya diberi nama dengan 'Peripatetics karena mereka memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya. Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah 'bahagia. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut pendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya. Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah- tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut. Setelah Aristoteles dating 'Stoics dan 'Epicuric.Mereka berbeda penyelidikannya dalam akhlak 'Stoics berpendirian sebagai paham 'Cynics, dan paham 'Stoics ini diikuti oleh banyak ahli IilsaIat di Yunani dan Romawi.Dan pengikutnya yang termasyhur pada permulaan kerajaan Rome ialah Seneca (6 SM- 65 M), dll. Adapun 'Epicuric, maka mereka mendasarkan pelajarannya menurut pelajaran Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah 'Epicuric.di antara pengikutnya dalam zaman baru ini ialah 'Gassendi seorang IilsaIat Perancis (1592-1656). Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di Eropa.Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum di dalam Taurat.Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber segala akhlak.Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. B. Akhlak pada Agama Nasrani Dasarnya adalah teocentris, Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhan yang menentukan dan membentuk patokan akhlak. Menekankan pada aspek suIistik (dimensi batin). Pendorong kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan kitab Taurat. C. Akhlak pada bangsa Romawi Dibangun berdasarkan perpaduan antara ajaran Yunani (anthropocentris) dengan ajaran Nasrani (Teocentris). Tokohnya: Abelard (1079-1142 M) dari Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274 M) dari Italia. D. Akhlak pada Agama Islam Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia. Al-Qur`an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak. Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam. Sejarah Perkembangan TasawuI. 2.5 AKHLAK PERIODE PADA ABAD MODERN Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan IilsaIat Yunani kuno.Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa.Kehidupan mereka yang semula terikat pada dogma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih besar kepada kemampuan akal pikiran. Di antara masalah yang mereka kritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah akhlak.Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empiric dan tidak mengikuti gambaran-gambaran khayalan, dan hendak melahirkan kekuatan yang ada pada manusia, dihubungkan dengan praktek hidup di dunia ini.Pandangan baru ini menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau.Selanjutnya pandangan akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka menjadi anggota masyarakat yang mandiri. Ahli IilsaIat Perancis yaitu Desrates (1596-1650 M), termasuk pendiri IilsaIat baru dalam Ilmu Pengetahuan dan FilsaIat.Ia telah menciptakan dasar-dasar baru, diantaranya: 1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya. Dan apa yang didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja, wajib di tolak. 2. Di dalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yang semudah- mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat pengertiannya, sehingga tercapai tujuan kita. 3. Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hokum akan kebenaran sesuatu soal, sehingga menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-pengikutnya suka kepada paham Stoics, dan selalu mempertinggi mutu pelajarannya sedang Gassendi dan Hobbes dan pengikutnya suka kepada paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran pahamnya. Kemudian lahir pula Bentham (1748-1832) dan John Stoart Mill (1806- 1873).Keduanya berpindah paham dari Iaham Epicurus ke Iaham Utilitarianim. Setelah keadaannya muncul Green (1836-1882) dan Hebbert Spencer (1820- 19030, keduanya mencocokkan Iaham pertumbuhan dan peningkatan atas akhlak sebagaimana yang kita ketahui.
2.6 PERKEMBANGAN AKHLAK DALAM BERBAGAI A1ARAN AGAMA A. Akhlak dalam ajaran agama Hindu Ajaran Hindu berdasarkan kepada Kitab Veda (1500 SM, disamping mengandung dasar- dasar ketuhanan, juga mengajarkan prinsip-prinsip etika yang wajib dipegang teguh oleh pengikut.Etika mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan yang mereka anut yang termaktub dalam kitab Veda tersebut. Prinsip tersebut ialah siIat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara-upacara ajarannya sebagaimana mestinya.Manakala seseorang dapat melaksanakan kewajiban tersebut dengan sempurna, dapatlah di pandang sebagai orang yang mencapai derajat kemuliaan yang sesungguhnya.Sebaliknya barang siapa melalaikan hal tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam mengerjakan upacara keagamaan, maka hal itu berarti dosa dan sumber terbitnya kejelekan. Dengan demikian, prinsip etika Hindu ialah bahwa peraturan ajaran dipandang sebagai sumber segala sumber segala kemuliaan akhlak manusia. 2.6.1 Akhlak dalam ajaran Ibrani Bangsa Ibrani yang popular dengan nama Bani Israil, mengaku berdasarkan akhlak mereka kepada ajaran Yahudi yang disandarkan kepada ajaran Nabi Musa dalam kitab Taurat. Bani Israil adalah bangsa yang telah memperoleh nikmat keutamaan dan keunggulan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka banyak di bangkitkan Rasul dan Nabi, diberikan kitab dan nikmat, kekuasaan, rizki dan kecerdasan.Tetapi segolongan dari pada bangsa ini tidak tahu menimbang rasa dan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat Allah.Bahkan dengan kenikmatan itu mereka menjadi sombong dan angkuh, merubah kitab suci, dan berbuat kerusuhan di muka bumi. Sebenarnya mereka telah dibekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari ajaran Allah melalui Rasul-Rasul dan mereka mengakui dirinya sebagai bangsa yang berakhlak yang berdasarkan ajaran Allah. Tetapi karena mereka keluar dari garis akhlakul karimah maka Allah menyiksa mereka dengan penderitaan-penderitaan yang luar biasa, lebih dari yang dialami oleh bangsa-bangsa lain. Dalam teori mereka mengaku menganut prinsip-prinsip akhlakul karimah tetapi dalam prakteknya mereka melakukan akhlakul madzmumah. B. Akhlak dalam ajaran Kong Fu Tse (Konfucius) Sejak abad ke 5 sebelum Masehi di negeri Tiongkok berkembang suatu ajaran yang berakar pada Lao Tse yang kemudian dikembangkan oleh muridnya yang bernama Kong Fu Tse (kongIucius) (1551-478 SM). Sebagian orang memandang ajaran ini didasarkan IilsaIat dan sebagian memandang bercorak agama. Menurut KonIucius, tidak ada alternative lain untuk membangun akhlak yang rusak selain 3 (tiga) perkara: 1. Pergi menyendiri beribadat kepada Tuhan seperti yang telah diperbuat oleh Lao Tse. 2. Mengundang rakyat menghadiri pertemuan-pertemuan terbuka dan disana memberikan kursus-kursus akhlak. 3. Membawa diri-sendiri, baik pemerintah maupun cendekiawan, para pembesar dan diplomat, melaksanakan akhlak yang setinggi-tingginya dalam kehidupan sehari-hari Demikianlah konIucius dengan segala kesanggupannya yang berusaha menarik perhatian ummat ke jurusan undang-undang umumnya . . Akhlak dalam ajaran agama Nasrani (Masehi) Pada akhir abad ke 3 Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa.Agama ini telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang terdapat dalam kitab taurat dan injil.Menurut agama ini, bahwa Tuhan adalah sumber akhlak.Tuhanlah yang menentukan dan membentuk patokan-patokan akhlak yang harus di pelihara dan di laksanakan dalam kehidupan social kemasyarakatan. Selain itu agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-sungguh mensucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan.Dengan demikian agama ini menjadikan roh sebagai kekuasaan terhadap diri manusia, yaitu suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan naIsu syahwat.Akibt dari paham akhlak yang demikian itu, kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia Iana beribadah, Zuhud, dan hidup menyendiri. D. Akhlak dalam ajaran agama Islam Ajaran akhlak menurut bentuknya yang sempurn pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia.Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengikutinya bahwa Dia-lah Pencipta, Pelindung, Pengasih, Pemberi Rahmat, dan Penyayang terhadap segala makhluk-Nya. Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntut umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Dan semua itu terkandung dalam ajaran Al-Qur`an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang di datangkan dari Nabi Muhammad SAW. Al-Qur`an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan agama islam. hukum- hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan yang dapat di jumpai sumber yang aslinya di dalam Al-Qur`an.
2.6 SE1ARAH AKHLAK DAN PERKEMBANGAN TASAWUF PADA AGAMA ISLAM 2.6.1. Akhlak pada Agama Islam Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia. Al-Qur`an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak. Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam. 2.6.2. Sejarah Perkembangan Tasawuf Masa Rasulullah belum ada istilah tasawuI. Benih-benih tasawuI ditemukan pada perilaku dan siIat Nabi, seperti ketika berkhalwat di gua hira. Kehidupan para sahabat juga mencerminkan kehidupan sebagai suIi seperti sikap zuhud dan qana`ah. Masa Tabi`in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Tokohnya Hasan Basri, yang benar-benar mempraktekkan tasawuI dengan memunculkan konsep khauI dan raja`. Istilah tasawuI muncul pada abad ke 2 H. Kata suIi pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim, seorang Zahid dari Syria (w. 780 M). Dia mendirikan Takya, semacam padepokan suIi yang pertama. TasawuI muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang penuh dengan kemewahan. Para suIi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al- Qur`an, salat sunnah dan sebagainya. TasawuI menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru suIi. Abad ke 3 H: muncul tasawuI yang menonjolkan pemikiran eksklusiI (tasawuI IalsaIi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul. Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuI hanya pada al- Qur`an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral. Abad ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad RiIa`I (w. 570 H), dan Sayid Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M). Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuI akhlaki dengan IalsaIi dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi. BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN O Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan.Lalu datang Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli FilsaIat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam Etika berdasarkan teori contoh`. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani.Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengikutnya disebut !eripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh O Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan) Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan dianiaya` oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi FilsaIat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno.Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar. O Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli FilsaIat yang mengajak kepada aliran atau Iaham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles.Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.
O Sejarah Akhlak Pada Abad Modern Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan IilsaIat Yunani kuno.Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa. Pandangan baru ini menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau. O Perkembangan Akhlak Dalam Berbagai Ajaran Agama 1. Akhlak dalam ajaran agama Hindu 2. Akhlak dalam ajaran Ibrani 3. Akhlak dalam ajaran Kong Fu Tse (KonIucius) 4. Akhlak dalam ajaran agama Nasrani (Masehi) 5. Akhlak dalam ajaran agama Islam
DAFTAR PUSTAKA Depag RI. l-Quran dan Terfemahan, 1971. Ardani, Moh. hla Tasawuf (Nilai-nilai ahla budipeerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta: PT Karya Mulia,2005. AR, Zahruddin dkk. !engantar Studi hla, Jakarta: PT.Raja GraIindo Persada, 2004. Ilyas, Yunahar. uliah hlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar OIIset, 2006. MustoIa, hla Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997. Muthahhari, Murtadha. Falsafah hla Bandung: Pustaka Hidayah, 1995 Nata, Abudin. hla Tasawuf. Jakarta: PT. Raja GraIindo Persada, 1997. Sahal, Siti Aminah. Ditat uliyah hlaq. Ponorogo: IAIN Sunan Ampel Ponorogo, 1985. Soleiman, Abjan. Ilmu hla (Ilmu Etia) Jakarta: Dinas Rawatan Rohani Islam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat,1976. Umary, Barmawi. ateria hla Solo: CV. Ramadhani, 1989