(Peran, Proses Dan Produk Bioteknologi Dalam Pembuatan Bahan Minuman)
D I S U S U N OLEH :
Rahmadani 408231039 Ikhmam Peristiawan 082244710003 Debora T. Manurung 408231018 Ronald J. Sitinjak 408231043
1URUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2011 BAB I PENDAHULUAN
Nira merupakan makanan yang sangat bergizi sebab mempunyai kandungan air sebesar 75 90 zat padat total sebesar 15 -19,7 yang meliputi kadar sukrosa sebesar 12,3 -17.4, gula reduksi 0,5 -1, protein 0,23 0,32 dan abu 0,11 0,41 (Child, 1974). Karakteristik nira adalah 84,4 air, 14,35 karbohidrat (terutama sukrosa), 0,66 abu, 0,11 protein, 0,17 lemak dan 0,31 lain-nya (Anonim, 1989). Sedangkan Gautara dan Wijandi (1972) menyatakan bahwa nira kelapa segar mengandung gula sebanyak 14 -15 , 8 21 diantaranya adalah sukrosa. Oleh karena itu Nira sangat disukai oleh segala macam Bakteri/ mikroba/ jasad renik yang menyebabkan kerusakan dan perubahan siIat-siIat Nira tersebut. Adapun jenis-jenis Bakteri yang dapat tumbuh pada nira adalah : Bacillus subtillis Baterium aceti, juga spesies Micrococcus yaitu Escherichia Sachromo bacterium Flavobakterium Leuconostoc mesenteroides. L. dextranicum, merupakan bakteri penyebab terbentuknya lender Lactobacillus plantarum, Sarcina dari genus Pediococcus, Acetobacter (Frazier, 1958 : 76 ; Pederson, 1971 ). Ada beberapa upaya untuk mempertahankan mutu nira tetap baik bertahan seperti pada saat nira baru keluar dari jaringan pohon yang terluka, yaitu berasa manis, segar dan berkesan aroma alam yang khas. Untuk mencari gambaran cara mempertahankan mutu, sebaiknya kita mencoba merunut dulu, sejak kapan perubahan mutu nira itu terjadi. Pertama, upaya mengurangi terjadinya kontak antara nira dengan udara di sekitarnya sejak setelah nira keluar dari tandan pohon Aren. Selain udara itu membawa Oksigen, udara juga menjadi vector yang membawa beraneka macam mikroba yang berhamburan di alam bebas. Aneka mikroba ini saking kecilnya terbawa oleh udara yang mengalir atau angin yang bergerak atau berhembus yang akhirnya terikut aneka mikroba dari tempat satu ke tempat lain. Apalagi jika keadaan kebun kotor atau berdebu, karena keadaan yang panas dan kering, semak belukar dan gulma yang tumbuh di sekitar pohon kelapa, atau kegiatan manusia atau hewan yang lain di sekitar pohon. Maka apabila angin berhembus dan bersinggungan dengan nira yang baru menetes atau nira yang tertampung di wadah, maka nira akan terkontaminasi dengan berbagai mikroba alam ini. Keadaan dedaunan yang ada disekitarnya yang tidak sehat, kusam dan berjamur akibat dari pohon yang tidak terkena basuhan air hujan dan terpaan sinar matahari langsung, keadaan kebun yang terbiarkan tidak pernah diurus atau dibersihkan. Kalau di sekitar tempat penampungan nira kelapa ini keadaannya seperti tadi, maka kemungkinan terIermentasi akan semakin besar. Keadaan ini akan menjadi vector bagi mikroba untuk berkembang biak. Jika udara bersih atau kontak dengan udara kotor sangat minimal, maka nira akan lebih aman dari kemungkinan terkontaminasi dengan aneka mikroba yang berakibat terjadinya Iermentasi. Oleh karena itu, keadaan ini seharusnya bisa dihindari jika kebun terawat secara periodik, dijaga kebersihan dan kesehatan kebun serta tanamannya. Kedua, selanjutnya nira yang keluar dari bagian sayatan atau tandan bunga yang terluka akan jatuh dan berkontak dengan wadah penampung nira atau media penghubung menuju wadah penampungan nira. Wadah penampungan nira yang bersih dan sudah dilakukan upaya disinIektasi atau treatment anti mikroba maka akan dapat menghambat nira untuk terIermentasi. Oleh karena itu para penyadap nira kelapa biasanya mencuci wadah penampung nira dengan air bersih, malah kadang-kadang membilasnya dengan air panas, atau mengasapi wadah di atas perapian atau pipa penyalur asap dari tungku/ cerobong pemasakan gula. Upaya sederhana ini secara tradisi sudah bisa menghambat terjadinya Iermentasi pada nira kelapa, sehingga nira menjadi awet segarnya dan pH (keasamannya) dapat dipertahankan.
BAB II ISI
2.1. Tuak Salah satu produk yang bisa dihasilkan dari nira adalah tuak. Tuak telah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu. Tuak mengandung alkohol (etil alkohol), sehingga kalau diminum terlalu banyak dapat menyebabkan mabuk. Didaerah sumatera Utara minuman tuak ini di produksi hampir diseluruh kabupaten yang memiliki pohon kelapa. Salah satu podusen tuak di medan adalah di desa Santis. Tuak dari desa Saintis dibuat dari nira kelapa yang dibiarkan secara alami.
2.2. Mikroorganisme Ada dua spesies khamir yang dapat tumbuh pada nira tetapi yang merupakan khamir utama dalam proses Iermentasi nira adalah : Saccharomyces cereviciae danSaccharomyces carlbergensis var alcoholophila. Kedua Saccharomyces terebut merupakan khamir utama dalam proses Iermentasi nira. Khamir tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak pada pH 4,4-4,6 dan suhu 21-25C (Prescott, 1949). Nutrien yang dibutuhkan oleh genus Saccharomyces adalah C,H,0,N,S,P,Mg,Fe,Ca. Penelitian lain mengatakan bahwa khamir dapat tumbuh pada pH 4-4,5 dengan suhu 25-30C. Sedangakan untuk menjaga agar tuak tidak masam atau sebagai pengawet digunakanlah laru yang mengandung mikroorganisme Zymomonas mobilis.
2.3. Mekanisme Reaksi Dalam Iermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.
Reaksinya:
1. Gula (C 6 H 12 O 6 ) ~ asam piruvat (glikolisis) 2. Dekarbeksilasi asam piruvat.
3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol (etanol). 2 CH 3 CHO 2 NADH 2 ~ 2 C 2 H 5 OH 2 NAD. alkohol dehidrogenase enzim Ringkasan reaksi : C 6 H 12 O 6 -----> 2 C 2 H 5 OH + 2 CO 2 + 2 NADH 2 + Energi
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Nira kelapa yang dihasilkan dari penyadapan tangkai bunga kelapa (mayang/manggar), Mayang merupakan bakal buah kelapa. Mayang yang dideras/dipotong berusia 2,5-3 bulan dan menghasilkan 1,5-2 Liter tuak/ malam. Setiap harinya mayang dideres 3-5 cm dan ditampung air tuaknya dengan penampungan khusus yang digantungkan pada tangkai mayang tersebut dan diisi dengan laru yaitu suatu bahan yang dibuat dari kulit kayu kutat. Dengan pemberian raru ini warna tuak menjadi kemerahan. raru juga berperan sebagai zat pengawet terutama dapat mencegah terjadinya proses Iermentasi pada tuak, sehingga tuak tidak cepat menjadi masam. Mayang kelapa perlu diikat terlebih dahulu supaya ia tidak pecah. Kemudian pada bahagian hujung mayang tadi akan dipotong sedikit supaya tuak dapat keluar.Keadaan ini akan dibiarkan sehari. Pada keesokannya barulah mayang yang telah dipotong tadi akan ditadah dengan menggunakan "tukil"(tempat tadahan air tuak).Dahulu tukir ini dibuat dari bambu, sekarang digunakan juga botol air minuman. Biasanya air tuak akan dipungut dua kali sehari yaitu pagi dan petang. Setiap kali air tuak dipungut, ujung mayang kelapa akan dipotong sedikit demi sedikit sehingga air tuak tidak keluar lagi. Selepas itu, ikatan pada mayang tersebut akan dibuka. Proses pembuatan tidak banyak mengalami proses sampai menjadi minuman tuak. Nira yang ada pada wadah penampung yang sudah diisi dengan raru, dikumpulkan dengan cara menuangkannya kedalam wadah tertentu misalnya ember plastik atau jerigen. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada nira. Nira yang bersih ini selanjutnya dibotolkan dan didiamkan sekitar 5-6 jam, selanjutnya baru siap dikonsumsi sebagai minuman tuak. Penangangan mayang dan nira pada saat di pohon kelapa untuk memperoleh gula kelapa yang terbaik meliputi 3 tahap yang antara lain : 1. Tahap pemilihan mayang yang akan di sadap niranya 2. Teknik pengirisan mayang 3. Proses penyadapan nira dari mayang O Pemilihan Mayang 1. Pilihlah pohon kelapa yang dalam satu tangkai mempunyai buah kelapa lebih dari 5 buah, karena ini pertanda bahwa pohon tersebut mempunyai produktiIitas nira/buah kelapa yang baik. 2. Dalam memilih mayang kita ambil mayang yang belum mekar karena jika belum mekar maka mayang belum terkontaminasi elemen - elemen dari luar khususnya serangga atau hama lainnya kemudian mayang diikat menjadi satu agar memudahkan dalam pengumpulan nira. O Pengirisan Mayang 1. Sebelum diiris mayang yang tegak diarahkan ke bawah untuk memperlancar proses keluarnya nira dengan bantuan gaya graIitasi bumi, sehingga nira yang keluar menjadi maksimal 2. Sebelum diiris disini terlihat Iungsi lain dari pengikatan mayang yaitu memudahkan proses pengirisan mayang dalam satu irisan. 3. Setelah di ikat dan sebelum diiris mayang yang ada dipukul - pukul secara berlahan dari pangkal ke ujung mayang dengan kayu untuk memancing keluarnya nira. 4. Pemotongan ujung mayang dilakukan sehari sesudahnya dengan arah pemotongan yang membujur. 5. Pengirisan mayang bisa dilakukan 1 atau 2 kali tergantung dari kebiasaan masing - masing 6. Pengirisan dilakukan dengan alat iris yang khusus (tidak boleh digunakan untuk keperluan lain) untuk sterilisasi dari nira itu sendiri 7. Jika mayang diiris pada pagi hari baiknya mayang diiris sekitar 4 - 5 cm dengan menghadap ke bawah. 8. Biasanya untuk hari pertama hasil sadapan kurang maksimal, nira mulai mengucur deras pada hari kedua setelah pengirisan pertama. O Proses Penyadapan Nira Dari Mayang 1. Pasang pongkor (wadah bambu atau plastik) untuk menampung tetesan nira dari mayang yang sudah diiris 2. Untuk menghindari bercampurnya tetesan nira dan tetesan air hujan, diatas pongkor ditutupi dengan daun pohon kelapa atau penutup lainnya 3. Setiap menyadap nira pengirisan hanya boleh dilakukan 1 kali dengan arit (pisau sadap) yang tajam agar tidak merusak jalannya nira keluar 4. Pengalaman dilapangan menunjukan bahwa, nira hasil sadapan keluar maksimal hanya dalam 15 hari setelah itu terjadi penurunan kuantitas nira dalam satu mayang, tetapi biasanya setelah sekitar 30 - 40 hari akan muncul mayang baru yang bisa kita sadap. 5. Pongkor untuk menampung nira harus bersih agar nantinya bisa menghasilkan gula jawa atau gula kelapa yang super, dan dalam proses penyadapan nira, nira yang ada ditambahkan laru (campuran kulit manggis dan kapur) untuk mencegah terjadinya Iermentasi.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN O Dalam pembuatan tuak dari kelapa, digunakan mikroorganisme/khamir yaitu $accharomyces cereviciae dan $accharomyces carlbergensis var alcoholophila, dan agar tuak yang dihasilkan tidak cepat terasa masam maka digunakan raru sebagai media untuk mengawetkan tuak tersebut dan membuat tuak berasa manis dan enak. O Proses pembuatan nira menjadi tuak memerlukan waktu 12 jam, biasanya nira disadap 2x sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada pengambilan nira jumlah yang diperoleh berbeda pada pagi dan sore, hal tersebut dikarenakan Iaktor cuaca. O Mayang yang dapat di sadap haruslah yang berusia 2,5-3 bulan. Nira yang dihasilkan dari tiap mayang/hari adalah 1,5-2 L. O Proses yang terjadi dalam pembuatan tuak merupakan proses Iermentasi anaerob dimana terjadi perubahan dari glukosa menjadi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Fermentasi Tuak, http://www.scribd.com/doc/9739014/FERMENTASI, Diakses 26 September 2011.
Anonim, 2011, Proses Pembuatan Tuak,http://www.pondokdaya.com/2011/05/penanganan- bunga-kelapa-mayang-yang.html, Diakses 27 September 2011.
Anonim, 2010, Cara Pengawetan Nira.http://arenIoundation.wordpress.com/2010/03/06/mencari- cara-pengawetan-alami-nira-aren-untuk-produksi-gula-organik/, Diakses 26 September 2011.