Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Reshuffle kabinet merupakan salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan keefektifitasan dan keefesienan dalam menjalankan tugas negara. Reshuffle kabinet bisa diartikan restrukturisasi, reorganisasi atau lebih tepatnya pergantian menteri (Wahyudi Kumoroto,2008 : 288). Di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama telah terjadi 2 kali reshuffle kabinet, yaitu reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu I pada tanggal 5 Desember 2005 dan 7 Mei 2007. Sedangkan pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode kedua, telah dilakukan 1 kali reshuffle kabinet yaitu pada tanggal 18 Oktober 2011. Jika pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama reshuffle hanya memperhatikan menteri yang berasal dari partai politik (Parpol) anggota kabinet atau yang menjadi anggota koalisi, pada reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode kedua juga memempatkan kaum professional yang bukan berasal dari Parpol sebagai menteri ataupun wakil menteri. Hal itu dilakukan dengan harapan terjadinya perubahan yang signifikan dalam jalannya pemerintahan tidak seperti reshuffle kabinet sebelumnya yang dinilai tidak ada perubahan yang signifikan untuk mengakomodasi kebutuhan rakyat Indonesia dan kinerja kabinet dinilai buruk. Berdasar pada UUD 1945 presiden memiliki beberapa kewenangan, salah satunya adalah kewenangan yang bersifat administratif (Jimly Asshiddiqie,2007: 176). Kewenangan yang bersifat administratif adalah kewenangan presiden untuk mengangkat dan memberhentikan orang dalam jabatan-jabatan kenegaraan dan jabatan-jabatan administrasi negara. Pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik seringkali dianggap sebagai hak mutlak Presiden. Istilah yang biasa dipakai untuk ini adalah Hak Prerogatif Presiden. Berdasarkan pernyataan tersebut maka reshuffle kabinet merupakan hak Prerogatif Presiden yang tidak bisa diganggu gugat. Dalam melakukan reshuffle kabinet presiden tentu memiliki kriteria serta
1

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selain itu juga ada aturan-aturan serta kode etik agar tidak terjadi penyalahgunaan hak prerogatif tersebut. Hak Prerogatif tersebut telah diatur dalam UUD 1945, sebagai pelaku pemerintahan baik dari Parpol ataupun para menteri dan mantan menteri tentu telah paham betul akan hak Prerogatif tersebut. Kenyataannya, setelah reshuffle kabinet terjadi ketegangan-ketegangan politik antara Presiden, partai koalisi dan mantan menteri. Mulai dari perang pernyataan melalui media massa sampai pernyataan untuk tidak berkoalisi lagi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan hak Prerogatif ? 2. Bagaimana penerapannya dalam reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II ? 3. Bagaimana keadaan politik setelah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II ? 4. Apa yang menyebabkan hal tersebut? 5. Bagaimana solusi agar tidak terjadi hal tersebut?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hak Prerogatif Presiden Beberapa kewenangan Presiden yang dirumuskan dalam UUD 1945, mencakup lingkup kewenangan sebagai berikut:
1.

Kewenangan yang bersifat eksekutif atau menyelenggarakan

pemerintahan berdasarkan undang-undang dasar Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
2.

Kewenangan yang bersifat legislatif atau di bidang perundang

undangan Pasal 5 ayat (1) setelah perubahan UUD 1945 menyatakan bahwa: Presiden berhak mengajukan rancangan undangundang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan ayat (2) menegaskan bahwa: Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam perubahan Kedua UUD 1945, Presiden tidak lagi disebut memegang kekuasaan membentuk undang-undang, Pesiden hanya dapat mengajukan rancangan undang-undang.
3.

Kewenangan yang bersifat yudisial

Hal ini diatur dalam Pasal 14 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut: ayat (1) mengatur bahwa, Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Ayat (2) menegaskan bahwa, Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
4.

Kewenangan yang bersifat diplomatik

Yaitu kewenangan untuk menjalankan hubungan dengan negara lain atau subjek hukum internasional lainnya dalam konteks hubungan luar negeri, baik dalam keadaan perang maupun damai.
3

5.

Kewenangan yang bersifat administratif kenegaraan dan jabatan-jabatan administrasi negara.

Kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan orang dalam jabatan-jabatan Pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik seringkali dianggap sebagai hak mutlak Presiden. Istilah yang biasa dipakai untuk ini adalah Hak Prerogatif Presiden. Prerogatif secara kebahasaan berasal dari bahasa Latin praerogativa (dipilih sebagai yang paling dahulu memberi suara), praerogativus (diminta sebagai yang pertama memberikan suara), praerogare (diminta sebelum meminta yang lain). Jadi hak Prerogatif presiden adalah hak yang dimiliki presiden secara penuh dan tidak memerlukan persetujuan dari pihak atau lembaga lain dalam penggunaannya. Walaupun presiden harus memperhatikan pertimbangan dari lembaga negara lain tetapi pertimbangan tersebut tidak mengikat. Begitu pula dengan reshuffle kabinet juga merupakan hak prerogatif presiden seperti yang telah disinggung di atas. Adapun adanya ketentuan untuk meminta pertimbangan terlebih dahulu, semata-mata untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan keputusan yang diambil bisa lebih transparan dan relevan. 2.2 Reshuffle Kabinet Reshuffle kabinet bisa diartikan restrukturisasi, reorganisasi atau lebih tepatnya pergantian menteri (Wahyudi Kumoroto,2008 : 288). Reshuffle kabinet merupakan salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan keefektifitasan dan keefesienan dalam menjalankan tugas negara. Tujuan dari reshuffle kabine adalah tuntuk memperbaiki jalannya ketatanegaraan tetapi bisa juga bertujuan untuk pengaturan ulang jatah kekuasaan dan penyelarasan perbedaan kepentingan di partai koalisi. Semoga dalam reshuffle yang telah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak bertujuan negatif seperti tujuan yang kedua. Walaupun juga berhembus issue-issue seperti itu. Di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama telah terjadi 2 kali reshuffle kabinet, yaitu reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu I pada tanggal 5 Desember 2005 (presiden mengangkat 3 menteri baru, 3 menteri dirotasidan 3 menteri diberhentikan) dan 7 Mei 2007 (presiden
4

mengangkat 5 menteri baru, 2 menteri yang dirotasi dan 5 menteri diberhentikan). Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode kedua, telah dilakukan 1 kali reshuffle kabinet yaitu pada tanggal 18 Oktober 2011. Jika pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama reshuffle hanya memperhatikan menteri yang berasal dari partai politik (Parpol) anggota kabinet atau yang menjadi anggota koalisi, pada reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode kedua juga memempatkan kaum professional yang bukan berasal dari Parpol sebagai menteri ataupun wakil menteri. Hal itu dilakukan dengan harapan terjadinya perubahan yang signifikan dalam jalannya pemerintahan tidak seperti reshuffle kabinet sebelumnya yang dinilai tidak ada perubahan yang signifikan untuk mengakomodasi kebutuhan rakyat Indonesia dan kinerja kabinet dinilai buruk. Pada reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, presiden memberhentikan 7 menteri dan merotasi 4 menteri serta mengangkat 13 wakil menteri baru. Selain itu dalam proses reshuffle, terdapat 2 kementerian yang mengalami restrukturisasi fungsi yang perubahan tersebut telah disetujui DPR. 2.3 Keadaan Politik Pasca Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II Setelah pengumuman reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II pada tanggal 18 Oktober 2011 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Boediono dan Mensesneg Sudi Silalahi, mulai terjadi ketegangan situasi politik. Sebernarnya issue-issue sebelum reshuffle diumumkan juga menjadi salah satu pemicu ketegangan situasi politik tersebut. Sebelum reshuffle kabinet diumumkan, kabar angin kencang berhembus mengenai pencopotan Agung Laksono sebagai Menko Kesra dan digantikan oleh Fadel Muhammad. Kenyataannya malah Fadel Muhammad yang lengser dari kursi menteri. Selain itu pengurangan kursi Parpol, khususnya pada PKS menyebabkkan terancam bubarnya koalisi karena kekecewaan PKS terhadap presiden. Secara garis besar terjadi ketegangan politik antara presiden dengan partai politik koalisi serta ketegangan politik antara presiden dengan mantan menteri kabinet. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

2.3.1 Ketegangan Politik antara Presiden dengan Partai Koalisi Ketegangan politik antara Presiden dengan partai politik anggota koalisi yang dimaksud disini adalah dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS),hal itu terjadi karena beberapa hal yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut : Komposisis jatah kursi Parpol dalam reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II mengalami perubahan. Dua dari enam Parpol anggota koalisi mengalami pengurangan kursi. Dua Parpol itu adalah dari Demokrat sendiri dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski Presiden mengatakan sudah berkomunikasi dengan pimpinan Parpol sebelum mengambil keputusan pengurangan kursi dari Parpol PKS namun sepertinya presiden tidak mengindahkan ancaman dari PKS. Sebelumnya PKS mengultimatum akan menarik seluruh kadernya dari kabinet jika ada salah satu menterinya yang direshuffle. Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaaq mengatakan partainya hampir pasti akan mengubah komitmennya terhadap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. PKS menganggap presiden tidak konsisten dalam melakukan reshuffle kabinet, ini dibuktikan dengan pergeseran menteri dari satu jabatan ke jabatan lain yang diragukan apakah benar-benar memiliki double side kapabilitas profesionalisme seperti yang dikatakan oleh Ketua DPP PKS, Aboebakar Alhabsyi. PKS hanya ingin konsisten pada janji, kesepakatan atau kontrak politik mengenai koalisi yang telah disepakati sebelumnya. Salah satu anggota Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid menuding adanya komunikasi yang tidak jujur antara Cikeas (presiden) dengan partainya. Komunikasi yang tidak jujur yang dimaksud adalah adanya upaya pemanggilan salah satu menteri dari PKS dan diminta mundur dari kabinet. Disampaikan kepada menteri tersebut bahwa itu adalah keinginan PKS padahal PKS tidak menginginkannya. Hal ini belum mendapat konfirmasi langsung dari pihak presiden. Sikap atau langkah apa yang akan diambil PKS lebih lanjut akan ditentukan melalui Rapimnas yang akan diadakan pada November nanti. Semua kader akan taat dan komitmen terhadap keputusan yang akan diambil oleh Dewan Majelis Syuro.

Terpisah, anggota DPP Demokrat berpendapat bahwa PKS akan tetap bertahan di koalisi dan akan tetap berkomitmen bergabung dengan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga 2014 nanti. Dia beralasan bahwa semua telah dikomunikasikan seperti yang telah disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya. Sesuai dengan kesepakatan koalisi, dalam penambahan atau pengurangan kursi, presiden berkonsultasi dengan partai politik yang bersangkutan. Pengurangan jatah kursi yang dilakukan semata-mata dilakukan untuk mewadahi kaum profesional yang bukan berasal dari Parpol. Kaum professional tersebut diperlukan untuk keefektifitasan kabinet. Presiden menjelaskan dalam penataan koalisi menggunakan lima dasar pertimbangan seperti yang telah disinggung di atas, yaitu hasi evaluasi kinerja dan integritas, faktor the right man on the right place, kebutuhan organisasi, masukan dan aspirasi masyarakat serta pertimbangan faktor persatuan dan kemajemukan. Selain itu reshuffle kabinet berjalan akuntabel dan sistematik. 2.3.2 Ketegangan Politik antara Presiden dengan Mantan Menteri Ketegangan politik antara presiden dengan mantan menteri yang dimaksud disini adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad. Bahkan beberapa hari setelah pengumuman reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, pernyataan-pernyataan Fadel Muhammad masih menghiasi ruang publik. Artikel dalam salah satu media massa mengutip pernyataan Fadel yang mengatakan bahwa dirinya kaget, kecewa dan merasa terzalimi karena Fadel tidak mengetahui alasan apa yang melatarbelakangi pencopotan dirinya sebagai menteri Kelautan dan Perikanan. Pukul 15.30 (18 Oktober 2011) Mensesneg Sudi Silalahi menelepon dan memberitahu bahwa posisinya tetap dipertahankan. Tetapi sekitar pukul 19.50 Mensesneg menelpon kembali dan mengatakan ada surat dari partai, macam-macam tidak begitu jelas (mengindikasi pada pencopotan Fadel). Ada indikasi pencopotan Fadel karena unsur politis berkaitan dengan jalan salah satu petinggi Parpol Golkar menuju capres 2014. Jika hal itu benar maka sangat disayangkan karena tidak berdasar kridebilitasnya Sempat beredar rumor, alasan pencopotan Fadel terkait kasus hokum antara anak perusahaannya dengan UIN Jakarta. Fadel menjelaskan bahwa persoalan itu
7

sudah selesai bahkan sudah ada surat keputusan bersama antara kedua belah pihak dalam penyelesaian persoalan tersebut. Fadel menduga pencopotan dirinya berkaitan dengan dugaan kekhawatiran para penganut pasar bebas di kabinet. Kebijakannya menolak impor garam dan ikan sampai sempat bersitegang dengan Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu yang juga dicopot dari jabatannya dianggap bisa merugikan kepentingan para penganut pasar bebas. Meski belakangan Fadel menagku ikhlas, namun dia masih berbaku pendapat dengan Mensesneg, Sudi Silalahi. Perseteruan Fadel dan Sudi ditengarai semakin memanas. Bermula dari pernyataan Mensesneg, Sudi Silalahi yang menyebut pencopotan Fadel karena ada masalah dan masalah itu ada faktanya. Fadel menyerang balik Sudi dan menuduh Sudi tidak tahu etika dan mengada-ngada dengan main tuduh begitu saja. Uniknya Fadel mendapat dukungan dari Ketua DPP Golkar, Akbar Tanjung. Langkah Fadel dan Akbarjelas mendobrak ramburambu yang ada. Reshuffle kabinet merupakan hak prerogatif presiden yang tidak dapat digugat oleh siapapun. 2.4 Upaya yang Dilakukan unuk Meminimalisir Ketegangan Politik Pasca Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II Ketegangan politik antara presiden, partai koalisi dan para mantan menteri seharusnya tidak perlu terjadi. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintahan secara umum dan pada kabinet baru hasil reshuffle secara khusus. Telah diketahui bersama bahwa reshuffle kabinet adalah hak Prerogatif dari Presiden. Hak prerogatif presiden dalam reshuffle kabinet tidak bisa digugat oleh siapapun dan dilindungi konstitusi sebagaimana telah diatur dalam Pasal 17 ayat (2) UUD 1945. Akan tetapi bukan berarti karena menjadi hak Prerogatif lalu presiden bisa mereshuffle seenaknya saja. Perlu dibuat aturan-aturan atau batasanbatasan tertentu agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dan keputusan yang diambil bisa lebih transparan dan relevan sehingga tidak ada pihak yang merasa tidak puas dan tersakiti. Maka untuk meminimalisir ketegangan politik pasca reshuffle kabinet dapat dilakukan hal-hal sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Presiden juga harus memperhatikan etika berpolitik yaitu bisa diwujudkan berkonsultasi dengan Parpol yang bersangkutan dalam pengurangan dan penambahan kursi kabinet. Selain itu presiden juga memberitahukan kriteria atau ketentuan dalam reshuffle kabinet. Seperti yang telah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam reshuffle kali ini didasarkan pada 5 pertimbangan, yaitu : Hasil evaluasi kinerja dan integritas Faktor the right man on the right place Kebutuhan organisasi Aspirasi masyarakat Pertimbangan faktor persatuan dan kemajemukan

Tentunya kelima dasar pertimbangan tersebut bukan hanya menjadi wacana saja tetapi benar-benar diterapkan. Penilaian kelima pertimbangan dasar tersebut tentu saja dilakukan berdasar pengamatan obyektif. Presiden juga harus menjauhkan dari kepentingan golongan agar reshuffle menjadi efektif dan menunjukan perubahan kearah yang baik. Presiden harus lebih transparan dalam memberikan penjelasan tentang pencopotan menteri dari jabatannya. Hal itu bisa dilakukan secara internal karena dengan mengetahui alasan yang pasti dan masuk akal maka mantan menteri tersebut bisa mengevaluasi bukannya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang frontal. Selain dari presiden, agar tidak terjadi ketegangan situasi politik kesadaran Parpol koalisi dan mantan menteri juga diperlukan. Mereka harus menerapkan sikap menerima dan mendukung pemerintahan, bukannya menyampaikan ketidakterimaannya melalui perang media massa. Akan lebih baik diadakan pertemuan internal antara presiden, partai koalisi dan mantan menteri. Dalam pertemuan tersebut presiden bisa menyampaikan alasan secara lebih detail sehingga timbul kejelasan dikedua pihak dan tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Dewasa ini rakyat lebih kritis, apalagi negara kita adalah negara demokrasi. Jadi rakyat bisa menilai sendiri, tidak perlu berkoar-koar siapa salah dan siapa yang benar.
9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Reshuffle kabinet adalah hak Prerogatif presiden yang tidak bisa digugat oleh siapapun. Setelah reshuffle kabinet sering terjadi ketegangan situasi politik disebabkan adanya pihak yang tidak terima dan merasa tersakiti. Dalam menjalankan hak Prerogatif melakukan reshuffle kabinet, presiden seharusnya memperhatikan beberapa hal, seperti etika berpolitik yaitu dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Parpol bersangkutan terkait penggeseran atau penggusuran menterinya, melakukan penilaian secara obyektif serta adanya keterbukaan atau transparansi alasan yang bisa dilakukan secara internal dengan menteri atau partai terkait. Apabila terjadi ketegangan politik itu dikarenakan oleh beberapa hal. Untuk ketegangan politik dengan PKS disebabkan adanya komunikasi yang kurang terbuka dan PKS yang merasa presiden telah menyalahi kontrak. Sedangkan ketegangan politik dengan Fadel Muhammad disebabkan kurangnya transparansi alasan pemberhentian yang ditengarai mengandung tujuan politis tertentu. 3.2 Saran
-

Dalam penggunaan hak Prerogatif yang berkaitan dengan reshuffle kabinet, hendaknya presiden bisa lebih berhati-hati dan tetap mematuhi rambu-rambu politik.

Dalam reshuffle kabinet, presiden hendaknya tidak menggunakan alasan pribadi/golongan dan didasarkan pada kompetensi menteri secara obyektif.

10

Reshuffle yang dilakukan haendaknya dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya perubahan yang lebih bik bukan sekedar drama politik Pihak-pihak terkait hendaknya bisa menerima keputusan yang telah ditetapkan. Jika ada keberatan hendaknya disampaikan sesuai aturan yang berlaku.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://www.gatra.com/nasional-cp/1-nasional/3863-fadel-mendobrak-hakprerogatif-presiden http://nasional.kompas.com/read/2011/10/18/17152671/Tiba.di.Istana.Wajah.Fade l.Tegang Suara Merdeka,19 Oktober 2011.PKS Gamang, Fadel Meradang.Halaman 1 Jawa Pos,19 Oktober 2011.Jatah Demokrat dan PKS Berkurang Satu.Halaman 1 Jawa Pos,19 Oktober 2011.Fadel : Saya Dizalimi.Halaman http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/11/10/19/ltbbrc-pks-klaimreshuffle-kabinet-tidak-konsisten

12

Anda mungkin juga menyukai