Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri atas banyak pulau dan memiliki
wilayah yang sangat luas sehingga beberapa daerah di Indonesia berbatasan
langsung dengan negara-negara tetangga, yaitu Papua Nugini, Timor Leste, dan
Malaysia.

Daerah-daerah perbatasan yang masih merupakan wilayah Indonesia
merupakan wilayah pertahanan yang rawan. Banyak terjadi permasalahan
mengenai perbatasan negara Indonesia dengan negara-negara tersebut.
Khususnya dalam hal yang mencakup aspek 8 gatra, yang meliputi aspek statis
yang disebut dengan tri gatra (3 gatra) dan aspek dinamis yang dikenal dengan
panca gatra (5 gatra). Aspek-aspek tri gatra meliputi geograIis, demograIis, dan
sumber kekayaan alam. Selain tri gatra, terdapat panca gatra yang meliputi
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan. Seluruh
aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain, di mana jika salah satu aspek
tersebut bermasalah, maka akan mempengaruhi jalannya aspek lainnya.

Pada aspek geograIis daerah perbatasan, masalah yang sering timbul ialah
pada luas wilayah daerah tersebut. Seringkali batas yang disepakati antara
Indonesia dengan negara tetangga menjadi masalah karena perubahan koordinat
yang menyebabkan wilayah perbatasan semakin menyempit. Berikutnya aspek
demograIis dimana jumlah penduduk perbatasan relatiI rendah. Sedangkan aspek
sumber kekayaan alam, banyak hasil sumber kekayaan alam yang diproduksi
daerah perbatasan, dijual ke daerah negara tetangga yang jaraknya lebih dekat
bila dibandingkan dengan daerah ibukota dari perbatasan tersebut. Sehingga,

aspek panca gatra pun terpengaruh. Pada aspek ideologi, banyak masyarakat
daerah perbatasan yang tidak memahami ideologi negaranya sendiri, meski
mereka mengaku bernegara di tempat tersebut, bukan Negara tetangga.
Kemudian aspek politik berhubungan erat dengan aspek ekonomi. Dimana
perekonomian masyarakat perbatasan cenderung jauh menengah kebawah. Hal
ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerah perbatasan
tersebut. Selanjutnya aspek social-budaya, yaitu budaya asing sangat mudah
masuk ke daerah perbatasan, karena masyarakat setempat lebih sering
bersosialisasi dengan masyarakat Negara tetangga. Baik melalui jalur
perdagangan, kesehatan, maupun yang lainnya. Terakhir adalah aspek pertahanan
keamanan, yang merupakan satu titik terpenting di daerah perbatasan. Karena,
daerah perbatasan sesungguhnya merupakan daerah pertahanan yang utama di
sebuah Negara yang harus dijaga dengan eIisien dan ketat.

Dalam diskusi kelompok yang pertama, kami membahas mengenai
permasalahan di daerah perbatasan Kalimantan, tepatnya di daerah Camar Bulan,
Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Permasalahan ini terkait
pengklaiman daerah tersebut oleh Malaysia. Pada kasus ini, kami mendiskusikan
kondisi umum daerah dilihat dari aspek Pancagatra, permasalahan-permasalahan
yang kerap terjadi, upaya pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah tersebut
dilihat dari sudut pandang sebagai warga Negara, dan upaya mengatasi
permasalahan-permasalahan di daerah tersebut sebagai seorang dokter yang
ditempatkan di wilayah perbatasan tersebut.


1.2Tujuan

. Memenuhi tugas blok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, diskusi
kelompok .
2. Mengetahui kondisi umum pada daerah-daerah perbatasan.
3. Mengetahui permasalahan yang timbul di daerah perbatasan dengan lebih
rinci dan mengaitkannya dengan aspek pancagatra.

. Mendiskusikan upaya yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut


dengan berbagai sudut pandang, baik sebagai warga Negara, maupun dokter,
5. Menemukan dan mengemukakan upaya dalam penyelesaian masalah
perbatasan daerah dengan Negara tetangga, yang sebaiknya dilakukan
pemerintah.

1.3Rumusan Masalah

. Apa saja kondisi umum daerah perbatasan dilihat dari aspek Pancagatra?
2. Apa saja permasalahan yang terjadi?
3. Apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah sebagai upaya penyelesaian
masalah tersebut?
. Apa upaya yang akan kita lakukan untuk mengatasi semua masalah tersebut,
jika ditempatkan di tempat tersebut sebagai dokter?

1.4Manfaat

. Dapat mengetahui lebih rinci dan lebih jelas mengenai daerah perbatasan dan
permasalahan-permasalahannya.
2. Dapat mengetahui upaya yang sebaiknya dilakukan pemerintah, dengan
pertimbangan berbagai aspek dan sudut pandang.
3. Dapat mengaitkan Pancagatra dengan berbagai kondisi dan permasalahan,
khususnya pada daerah perbatasan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Analisis Masalah

. Dalam pembangunan sector real seperti listrik, apakah penduduk daerah
perbatasan harus membangun sendiri?
2. Mengapa para lulusan sarjana di Indonesia (contoh; sarjana teknik) tidak
diarahkan untuk melakukan pembangunan di daerah perbatasan? (Missal
melalui pelaksanaan Pegawai Tidak Tetap (PTT) )
3. Mengapa pemerintah lebih mengutamakan untuk mengembangkan daerah
yang sudah maju daripada daerah perbatasan yang merupakan daerah
pertahanan?
. Apakah pemerintah masih menggunakan politik mercusuar hingga saat ini?
5. Apakah maksud Kalimantan lebih berpotensi dari segi ekonomi?
6. Jika lulusan sarjana Indonesia (contoh; sarjana teknik) diarahkan untuk
membangun di daerah tersebut, maka dibawah naungan siapa lulusan sarjana
itu?
7. Bagaimana cara mengarahkan penduduk agar lebih aktiI dalam pembangunan
di daerah tersebut?
8. Dimana campur tangan pemerintah dalam permasalahan-permasalahan di
daerah perbatasan?

2.2 Pemecahan Masalah


. Tidak. Karena daerah perbatasan memiliki medan yang cukup sulit untuk
dijangkau, termasuk dalam hal listrik. Daerah perbatasan cenderung
terisolasi.
2. Karena tingkat kemiskinannya yang cukup tinggi, pengaplikasiannya sulit.
Banyak pertimbangan dari berbagai sisi. Baik akomodasinya, sumber daya
alam, sumber daya manusianya, dan biaya. Sementara itu, masyarakat WNI
di daerah perbatasan tersebut lebih berorientasi pada Malaysia.
3. Secara umum, pemerintah ingin memajukan bangsanya. Namun caranya tidak
tepat. Pemerintah cenderung lebih mengembangkan wilayah yang sudah maju
karena pemerintah berpikir wilayah tersebut dianggap dapat menjadi sumber
ekonomi yang besar, salah satunya melalui berbagai investasi luar negeri
yang memiliki system perekonomian cukup. Padahal jika diperhatikan,
daerah perbatasan seperti di Kalimantan tersebut memiliki potensi untuk
memajukan ekonomi bangsa ini.
. Sebenarnya pemerintah sudah tidak begitu menggunakan politik yang pernah
digunakan pada saat era reIormasi sebelumnya. Dimana untuk membangun
Indonesia agar terlihat hebat dari luar, namun sebenarnya bobrok di dalam.
Semua hal itu karena kepentingan politik. Dan intinya pemerintah memiliki
pola pemikiran yang instan. Mengembangkan sesuatu yang sudah maju, dan
notabene bisa maju sendiri agar terlihat hebat, dan membengkalaikan sesuatu
yang sebenarnya masih sangat membutuhkan pembangunan.
5. Jika dilihat, Kalimantan sangat berpotensi memajukan ekonomi karena dilihat
dari berbagai aspek. Sebagai contoh ialah aspek sumber kekayaan alam.
Dimana hasil alam Kalimantan sangat besar dan dapat memproduksi lebih
dalam bidang ekonomi. Selain itu, dilihat dari segi geograIis dan
demograIisnya, Kalimantan juga memiliki potensi untuk diadakannya
pembangunan inIrastruktur di daerah tersebut, khususnya daerah perbatasan.
6. Lulusan sarjana itu bernaung dibawah lembaga-lembaga yang menangani
bidang itu. Missal lulusan dokter berada dibawah naungan puskesmas, atau
rumah sakit swasta. Sedangkan untuk lulusan sarjana lain seperti sarjana

teknik, dapat bernaung dibawah lembaga-lembaga atau badan usaha seperti


PU, pabrik, ataupun perusahaan swasta.
7. Dengan mengubah mind set (pola pikir) masyarakat daerah perbatasan.
Dengan begitu, mereka bisa mengatur perekonomian.
8. Dalam segi ekonomi, mungkin pemerintah telah mengalokasikan dana sesuai
APBN dan APBD yang sudah diporsi pada masing-masing wilayah/daerah.
Selain itu, pemerintah juga sudah mendirikan badan-badan di tiap daerah
tersebut untuk mengatur daerahnya sendiri-sendiri sesuai otonomi daerah
yang berlaku. Namun badan-badan tersebut masih bekerja sendiri-sendiri.

BAB III
KESIMPULAN


. Pemerintah harus lebih merangkul daerah-daerah terpencil dan
mengoordinasikan instansi-instansi terkait dengan baik. Setidaknya
membangun inIrastruktur yang memadai pada daerah itu.
2. Koordinasi yang baik kepada pekerja terutama dalam bidang pelayanan
masyarakat dengan pemerintah. Contohnya bila akan melakukan atau
menetapkan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari lulusan sarjana semua Iakultas
di Indonesia.
3. Dari masyarakat itu sendiri, perlu adanya kontribusi. Masyarakat daerah
perbatasan juga membutuhkan pendidikan yang layak untuk dapat
meneruskan kehidupan masyarakat di daerah tersebut, tanpa bergantung pada
Negara lain, terutama kaitannya dengan keterampilan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai