Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian inIormasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
mempengaruhi di antara keduanya.

Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, mengangkat bahu.

Cara seperti ini disebut komunikasi dengan
bahasa nonverbal.
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar 'suluh atau obor,
sekaligus sebagai terjemahan dari kata 'voorlichting dapat diartikan
sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam ke-
gelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan.
Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala
inIormasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan
menerima manIaat penyuluhan (beneIiciaries), sehingga mereka benar-
benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru-
penerangnya.
Di makalah ini kami akan membahas mengenai hubungan antara
komunikasi dengan penyuluhan. Pembahasan ini dipilih karena terkait
dengan TPL sebagai penyuluh dan terkait dengan adanya komunikasi
dalam melakukan penyuluhan.




2
B. aksud dan Tujuan
1. aksud
O &ntuk mengetahui pengertian mengenai komunikasi dan
penyuluhan
O engetahui gambaran mengenai penyuluhan yang terkait dengan
komunikasi.
2. Tujuan
O Agar mampu mengaplikasian penyuluhan dalam membina IK
dan komunikasi kehidupan sehari hari yang baik.
O Agar menambah wawasan mahasiswa/i Tenaga Penyuluh Lapangan
khususnya tentang penyuluhan yang terkait dengan komunikasi
yang akan diaplikasikan dalam pembinaan usaha kecil dan
menengah dalam bidang industri



















3
BAB II
HUBUNGAN KOUNIKASI DENGAN PENYULUHAN

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian inIormasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan
bahasa nonverbal.

B. Sejarah Komunikasi
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin
communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau
communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara
sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara
penyampai pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu,
komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu
dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand
one another).
Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan
kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan
untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal
kimiawi primitiI yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit
seperti tarian kawin pada ikan.
Pada binatang, komunikasi juga dilakukan dengan cara yang
sederhana melalui tindakan - tindakan yang bersiIat reIlek. enurut
sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil"
4
menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi Iisiologis
terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada
manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak
manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi".
anusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan
pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal,
bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa
interaktiI, transaktiI, bertujuan, atau tak bertujuan.
elalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau
sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi,
komunikasi hanya akan eIektiI apabila pesan yang disampaikan dapat
ditaIsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk
'barang antik, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena
pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai 'penemuan yang
revolusioner, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang
pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring
dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia.
Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen
sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa,
komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya
akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman
komunikasi itu sendiri.
. Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. enurut Laswell komponen-
komponen komunikasi adalah :
O Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan
pesan kepada pihak lain.
O Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh
satu pihak kepada pihak lain.
3
O Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
O Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima
pesan dari pihak lain
O &mpan balik (1eedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas
isi pesan yang disampaikannya.
O Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")
D. Proses komunikasi
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa
digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi
dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang
dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa inIormasi dalam
bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti
kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau
saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya
berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
edia (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari
komunikator ke komunikan.
1. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan
menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang
dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (1eedback) atau
tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti
atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

E. odel-model komunikasi
Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan
dibahas tiga model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang
6
mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan dalam
perkembangannya.
1. odel Komunikasi Linear
odel komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan
Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku %he Mathematical o1
Communication. ereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses
linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin
mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana
inIormasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah
konseptualisasi dari komunikasi linear (linear communication model).
Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source),
pesan (message) dan penerima (receiver). odel linear berasumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini
merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-
partisipan dalm proses komunikasi.
2. odel Interaksional
odel interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada
tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah
diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung
dua arah: dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima
kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa
komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut
model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi
manusiawinya melalui interaksi sosial, tapatnya melalui pengambilan
peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber
dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen
yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik
(Ieedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.
3. odel Transaksional
odel komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund
pada tahun 1970. odel ini menggarisbawahi pengiriman dan
penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalm sebuah
7
episode komunikasi. Komunikasi bersiIat transaksional adalah proses
kooperatiI: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab
terhadap dampak dan eIektivitas komunikasi yang terjadi. odel
transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan
dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan
nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator)
melalukan proses negosiasi makna.

F. engatasi Hambatan Komunikasi
1. Gunakan Umpan Balik
Beri kesempatan untuk orang lain untuk mengembangkan ide
maupun gagasannya, sehingga tercipta iklim komunikasi dua arah.
2. Kenali Si Penerima Berita
Bagaimana latar belakang pendidikan
Bagaimana pengetahuan tentang subjek pembicaraan
Sejauh mana minat, situasi dan perasaannya.
3. #encanakan secara teliti, pertimbangkan baik - baik :
Apa, engapa, Siapa, Bagaimana, Kapan

G. Ilmu komunikasi Di Antara Bidang Ilmu Lainnya
Dahulu orang lebih mudah memberikan deIinisi tentang ilmu
daripada sekarang. Dulu deIenisi ilmu bergantung pada sistem IilsaIat yang
dianutnya. Sekarang ilmu memperoleh posisi yang bebas dan mandiri.
DeIinisi ilmu tidak lagi berdasarkan dan dilihat dari IilsaIatnya, melainkan
berdasarkan pada apa yang dilaksanakan oleh ilmu tersebut, serta
metodologinya.
Berbicara posisi Ilmu Komunikasi di antara ilmu-ilmu lainnya, tidak
akan terlepas dari akar atau landasan Ilmu Komunikasi itu sendiri, dimana
banyak ilmuwan nonkomunikasi memberikan kontribusi untuk lahirnya Ilmu
Komunikasi. Ahli politik Harold D. Lasswell. Sosiolog ax Weber, Daniel
Lerner dan Everett . Rogers. Psikolog Carl I. Hoveland dan Paul
8
LazarsIeld. Ahli bahasa Wilbur Schramm. Shannon dan Weaver adalah ahli
matematika.

H. Pengertian Penyuluhan
Diskusi tentang istilah 'penyuluhan (extension), pertama kali
dilakukan pada pertengahan abad 19 oleh &niversitas OxIord dan
Cambridge pada sekitar tahun 1850 (Swanson, 1997). Dalam perjalanananya
Van den Ban (1985) mencatat beberapa istilah seperti di Belanda disebut
voorlichting, di Jerman lebih dikenal sebagai 'advisory work (beratung),
vulgarization (Perancis), dan capacitacion (Spanyol). Roling (1988)
mengemukakan bahwa Freire (1973) pernah melakukan protes terhadap
kegiatan penyuluhan yang lebih bersiIat top-down. Karena itu, dia kemudian
menawarkan beragam istilah pengganti extension seperti: animation,
mobilization, conscientisation. Di alaysia, digunakan istilah
perkembangan sebagai terjemahan dari extension, dan di Indonesia
menggunakan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari voorlichting.
Kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti:
1. Penyuluhan sebagai Proses Penyebarluasan Informasi
Sebagai terjemahan dari kata 'extension, penyuluhan dapat
diartikan sebagai proses penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan
peyebarluasan inIormasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan
praktis.
Implikasi dari pengertian ini adalah:
1. Sebagai agen penyebaran inIormasi, penyuluh tidak boleh hanya
menunggu aliran inIormasi dari sumber-sumber inIormasi (peneliti,
pusat inIormasi, institusi pemerintah, dll) melainkan harus secara
aktiI berburu inIormasi yang bermanIaat dan atau dibutuhkan oleh
masyarakat yang menjadi kliennya.
Dalam hubungan ini, penyuluh harus mengoptimalkan peman-
Iaatan segala sumberdaya yang dimiliki serta segala media/ saluran
inIormasi yang dapat digunakan (media-masa, internet, dll) agar
9
tidak ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber inIormasi
'baru oleh kliennya.
2. Penyuluh harus aktiI untuk menyaring inIormasi yang diberikan atau
yang diperoleh kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang
menyangkut kebijakan, produk, metoda, nilai-nilai perilaku, dll. Hal
ini penting, karena di samping dari penyuluh, masyarakat seringkali
juga memperoleh inIormasi/inovasi dari sumber-sumber lain (aparat
pemerintah, produsen/ pelaku bisnis, media masa, LS) yang tidak
selalu 'benar dan bermanIaat/ mengun-tungkan
masyarakat/kliennya.
Sebab, dari pengalaman menunjukkan, inIormasi yang datang dari
'luar seringkali lebih berorientasi kepada 'kepentingan luar
dibanding keberpihakannya kepada kepentingan masyarakat yang
menjadi kliennya.
3. Penyuluh perlu lebih memperhatikan inIormasi dari 'dalam baik
yang berupa 'keariIan tradisional maupun 'endegenuous
technology.
Hal ini penting, karena inIormasi yang berasal dari dalam, di
samping telah teruji oleh waktu, seringkali juga lebih sesuai dengan
kondisi setempat, baik ditinjau dari kondisi Iisik, teknis, ekonomis,
sosial/budaya, maupun kesesuainnya dengan kebutuh-an
pengembangan komunitas setempat.
4. Pentingnya inIormasi yang menyangkut hak-hak politik masya-rakat,
di samping: inovasi teknologi, kebijakan, manajemen, dll.
Hal ini penting, karena yang untuk pelaksanaan kegiatan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat seringkali sangat tergan-tung
kepada kemauan dan keputusan politik. Sebagai contoh, program
intensiIikasi padi terbukti tidak banyak memberikan perbaikan
kesejahteraan petani. Demikian juga yang terjadi kaitannya dengan
kebijakan impor beras, gula, daging, dll.

2. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/Pemberian Penjelasan
10
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar 'suluh atau obor,
sekaligus sebagai terjemahan dari kata 'voorlichting dapat diartikan
sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam
ke-gelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja
terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan
mengenai segala inIormasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-
sasaran yang akan menerima manIaat penyuluhan (beneIiciaries),
sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan
oleh penyuluh atau juru-penerangnya. Terkait dengan istilah penerangan,
ppenyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersiIat
'searah melainkan harus diupa-yakan berlangsungnya komunikasi
'timbal-balik yang memusat (convergence) sehingga penyuluh juga
dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak atau
belum siap menerima inIormasi yang diberikan. Hal ini penting, agar
penyuluhan yang dilakukan tidak bersiIat 'pemaksaan kehendak
(indoktrinasi, agitasi, dll) melainkan tetap menjamin hubungan yang
harmonis antara penyuluh dan mnasyarakat kliennya secara
berkelanjutan.

3. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku
Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak
sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersiIat searah (one
way) dan pasiI. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktiI yang memerlukan
interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses
perubahan 'perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari:
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh
orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan,
bahasa-tubuh, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil
kerjanya).
Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada
'penyebar-luasan inIormasi/inovasi, dan 'memberikan penerangan,
11
tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-
tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya
perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manIaat penyuluhan
(beneIiciaries) yang menjadi 'klien penyuluhan.
Sebagai contoh:
Pada penyuluhan penggunaan pupuk terhadap tanaman tertentu,,
kegiatan penyuluhan tidak boleh hanya berhenti pada pemberian
penerangan atau penjelasan kepada petani, tetapi harus dilakukan terus-
menerus sampai petani tersebut mau menggunakan, bahkan secara
mandiri mau berswadaya untuk membeli pupuk tersebut. Implikasi dari
penegertian perubahan perilaku ini adalah:
1. Harus diingat bahwa, perubahan perilaku yang diharapkan tidak
hanya terbatas pada masya-rakat/klien yang menjadi 'sasaran utama
penyuluhan, tetapi penyuluhan harus mampu mengubah perilaku
semua stakeholders pembangunan, terutama aparat pemerintah
selaku pengambil keputusan, pakar, peneliti, pelaku bisnis, aktiivis
LS, tokoh masyarakat dan stakeholders pemba-ngunan yang
lainnya.
2. Perubahan perilaku yang terjadi, tidak terbatas atau berhenti setelah
masyarakat/klien mangadopsi (menerima, menerapkan, mengikuti)
inIormasi/inovasi yang disampaikan, tetapi juga ter-masuk untuk
selalu siap melakukan perubahan-perubahan terha-dap inovasi yang
sudah diyakininya, manakala ada inIormasi/ inovasi/kebijakan baru
yang lebih bermanIaat bagi perbaikan kesejahteraannya.
3. Dari contoh penyuluhan pemupukan di atas, kegiatan penyuluhan
tidak berhenti sampai pada tumbuhnya swadaya masyarakat untuk
menggunakan dan membeli pupuk, tetapi juga kesiapannya untuk
menerima 'pupuk baru sebagai pengganti pupuk yang disuluhkan
itu.
4. Perubahan perilaku yang dimaksudkan tidak terbatas pada
kesediaanya untuk menerapkan/menggunakan inovasi yang
ditawarkan, tetapi yang lebih penting dari kese-muanya itu adalah
12
kesediaannya untuk terus belajar sepanjang kehidupannya secara
berkelanjutan (liIe long education).

4. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar/Proses Belajar
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar
diartikan bahwa, kegiatan penyebar-luasan inIormasi dan penjelasan
yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku
yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya,
perubahan perilaku yang terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut
berlangsung melalui proses belajar.
Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat
dilakukan melalui beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian
insentiI/hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan (baik
melalui penciptaan kondisi ling-kungan Iisik maupun social-ekonomi,
maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman).
Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan
melalui pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya
berlangsung lebih lambat, tetapi perubah-annya relatiI lebih kekal.
Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada
pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki
keunggulan-keung-gulan 'baru yang diyakininya memiliki manIaat
lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi. Lain halnya dengan
perubahan perilaku yang terjadi karena bujukan/hadiah atau pemaksaan,
perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relatiI
singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika
bujukan/hadiah/pemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak
mampu lagi melanggengkan kegiatannya
Penyuluhan sebagai proses pendidikan, dalam konsep
'akademik dapat mudah dimaklumi, tetapi dalam prektek kegiatan,
perlu dijelas-kan lebih lanjut. Sebab pendidikan yang dimaksud di sini
tidak ber-langsung vertikal yang lebih bersiIat 'menggurui tetapi
13
merupakan pendidikan orang-dewasa yang berlangsung horizontal dan
lateral (ead, 1959) yang lebih bersiIat 'partisipatip.
Dalam kaitan ini, keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari
seberapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi
proses belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan
kesadar-an (sikap), pengetahuan, dan ketrampilan 'baru yang mampu
meng-ubah perilaku kelompok-sasarannya ke arah kegiatan dan
kehidupan yang lebih menyejahterakan setiap individu, keluarga, dan
masyara-katnya. Jadi, pendidikan dalam penyuluhan adalah proses
belajar bersama.

5. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial
SDC (1995) menyatakan bahwa, penyuluhan tidak sekadar merupa-kan
proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses
perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan
ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan
menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memper-baiki kehidupan
masyarakatnya.
Yang dimaksud dengan perubahan sosial di sini adalah, tidak saja
perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga
perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masyara-kat,
termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti:
demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dll.

6. Penyuluhan Sebagai Proses #ekayasa Sosial (Social Engineering)
Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses
perubahan sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering
disebut sebagai proses rekayasa sosial (social engineering) atau segala
upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar
mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas
pokok dan Iungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing. Karena
kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh pihak luar, maka relayasa
14
sosial bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi
terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh pihak-luar (perekayasa).
Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya dapat
diterima. Sebab, rekayasa-sosial yang pada dasar-nya dimak-sudkan
untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok-sasarannya,
seringkali dapat berakibat negatip, manakala hanya mengacu kepada
kepentingan perekayasa, sementara masyara-kat dijadikan korban
pemenuhan kehendak perekayasa.
Sebagai contoh:
&paya menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan memang diperlukan, tetapi jika dalam proses untuk
berpartisipasi tersebut masyarakat dituntut kesediaannya untuk banyak
berkorban termasuk mengorbankan hak-hak normatiInya sebagai warga
negara (harus tunduk, tidak boleh membantah, dll) maka proses
reklayasa sosial seperti itu bukanlah perubahan-sosial sebagaimana yang
dimaksud dan dikehendaki oleh kegiatan penyuluhan.

7. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social arketing)
Yang dimaksud dengan 'pemasaran sosial adalah penerapan konsep
dan atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial.
Berbeda dengan rekayasa-sosial yang lebih berkonotasi untuk
'membentuk (to do to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu
yang 'baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran
sosial dimaksudkan untuk 'menawarkan (to do Ior) sesuatu kepada
masyarakat. Jika dalam rekayasa-sosial proses pengambilan keputusan
sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan keputusandalam
pemasaran-sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri.
Termasuk dalam pengertian 'menawarkan di sini adalah penggunaan
konsep-konsep pemasaran dalam upaya menumbuhkan, menggerak-kan
dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pembangunan yang ditawarkan dan akan dilaksanakan oleh dan untuk
masyarakat yang bersangkutan.
13
Perbedaan hakiki di sini adalah, masyarakat berhak menawar bahkan
menolak segala sesuatu yang dinilai tidak bermanIaat, akan merugi-kan,
atau membawa konsekuensi pada keharusan masyarakat untuk berkorban
dan atau mengorbankan sesuatu yang lebih besar dibanding manIaat
yang akan diterimanya.

8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan asyarakat
(ommunity Empowerment)
argono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyu-
luhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. emberdayakan
berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengem-
bangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih ber-
manIaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep pember-
dayaan tersebut, terkandung pema-haman bahwa pemberdayaan tersebut
diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan mandiri
dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi
kesejahteraannya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat, dimaksudkan untuk memperkuat kemam-
puan (capacity strenghtening) masyarakat, agar mereka dapat berpar-
tisipasi secara aktiI dalam keseluruahn proses pembangunan, terutama
pembangunan yang ditawarkan oleh penguasa dan atau pihak luar yang
lain (penyuluh, LS, dll)

9. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (apacity
Strenghtening)
Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah
penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu (dalam
masyarakat), kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring antar
individu, kelom-pok organisasi sosial, serta pihak lain di luar sistem
masyarakatnya sampai di aras global. Kemampuan atau kapasitas
masyarakat, diartikan sebagai daya atau kekuatan yang dimiliki oleh
setiap indiividu dan masyarakatnya untuk memobilisasi dan
16
memanIaatkan sumber-daya yang dimiliki secara lebih berhasil-guna
(eIektiI) dan berdaya-guna (eIisien) secara berkelanjutan.
Dalam hubungan ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap
individu dan masyarakat bukan dalam arti pasiI tetapi bersiIat aktiI yaitu
terus menerus dikembangkan/dikuatkan untuk 'memproduksi atau
meng-hasilkan sesuatu yang lebih bermanIaat.
Penguatan masyarakat disini, memiliki makna-ganda yang
bersiIat timbal-balik. Di satu pihak, penguatan diarahkan untuk melebih
mampukan indiividu agar lebih mampu ber-peran di dalam kelompok
dan masyarakat global, di tengah-tengah ancaman yang dihadapi baik
dalam kehidupan pribadi, kelompok dan masyarakat global. Sebaliknya,
penguatan masyarakat diarahkan untuk melihat peluang yang berkem-
bang di lingkungan kelompok dan masyarakat global agar dapat
dimanIaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi, kelom-pok, dan
masyarakat global ( &DP, 1998)

10.Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan
Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluh-an tidak
sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi
yang lebih penting dari itu adalah, untuk menumbuh-kembangkan
partisi-pasi masyarakat dalam pembangunan (ardikanto, 1987). Di
dalam pengertian 'menumbuh-kembangkan, terkandung upaya-upaya
untuk:
2) enyadarkan masyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela,
bukan karena paksaan atau ancaman-ancaman
3) eningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu (Iisik, mental,
intelegensia, ekonomis dan non-ekonomis)
4) enunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi.
Sedang yang dimaskud dengan 'partisipasi tidak hanya terbatas
pada kesediaan untuk berkorban, tetapi berpartisipasi dalam keseluruhan
proses pembangunan, sejak: pengambilan keputusan tentang penting-nya
17
pembangunan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan
dan evaluasi, dan pemanIaatan hasil-hasil pembangunan.

11.#edefinisi Penyuluhan Pertanian
Dalam kepustakaan yang selama ini dapat dijumpai, dapat
disimpul-kan bahwa penyuluhan pertanian diartikan sebagai pendidikan
luar-sekolah yang ditujukan kepada petani dan keluarganya agar dapat
bertanii lebih baik, berusahatani yang lebih menguntungkan, demi
terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masya-
rakatnya (Wiriatmadja, 1976; Totok ardikanto dan Sri Sutarni, 1981;
ardikanto, 1993)
Pemahaman tersebut tidak seluruhnya salah, tetapi seiring dengan
terjadinya perubahan-perubahan kehidupan masyarakat global dan
tuntutan pembangunan pertanian, baik yang menyangkut kontek dan
kontennya, oleh Saragih (2002) dinilai penting untuk melakukan
'redeIinisi yang menyangkut penger-tian 'penyuluhan pertanian
Perubahan-perubahan tersebut telah melanda semua 'stakeholder
pembangunan pertanian, yang membawa konsekuensi-konsekuensi
terhadap perubahan perilaku masing-masing. eskipun demikian, dalam
&& o 16 Tahun 2006, rumusan tentang pengertian penyuluhan
pertanian adalah:
Proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses inIormasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, eIisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian Iungsilingkungan hidup.
Terhadap berbagai pengertian tersebut di atas, terdapat beberapa
hal yang perlu dikritisi, yaitu:
1. Penyuluhan pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembangunan/pengembangan masyarakat dalam arti luas.
18
2. Dalam praktek, pendidikan selalu dikonotasikan sebagai kegiatan
pengajaran yang bersiIat 'menggurui yang membedakan status
antara guru/pendidik yang selalu 'lebih pintar dengan murid/
peserta didik yang harus menerima apa saja yang diajarkan oleh
guru/pendidiknya.
3. Pemangku kepentingan (stakeholders) agribisnis tidak terbatas hanya
petani dan keluarganya.
4. Penyuluhan pertanian bukanlah kegiatan karitatiI (bantuan cuma-
cuma atas dasar belas kasihan) yang menciptakan ketergantungan
5. Pembangunan pertanian harus selalu dapat memperbaiki
produktivitas, pendapatan dan kehidupan petani secara berkelanjutan.
Telaahan beragam pengertian yang terkandung dalam istilah
'penyuluhan sebagaimana dikemukakan di atas, memberikan
pemahaman bahwa penyuluhan dapat diartikan sebagai:
Proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk member-dayakan
dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama
yang partisipatip, agar terjadi per-ubahan perilaku pada diri semua
stakeholders (indiividu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam
proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin
berdaya, mandiri, dan partisipatip yang semakin sejahtera secara
berkelanjutan.
Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak
hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara insidental untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar
seumur-hidup (long liIe learning) secara mandiri dan berkelanjutan.

I. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat
agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang
diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan dengan
19
demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang bersiIat non Iormal atau
suatu sistem pendidikan diluar sistem persekolahan yang biasa, dimana
orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil
orang itu tetap mengerjakannya sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan
sendiri (Kartasapoetra, 1991).
etode penyuluhan menurut hubungan penyuluhan dan sasarannya
berdasarkan hubungan penyuluhan kesasarannya, metode penyuluhan
dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat
media tertentu (telepon, Iaksimili) yang memungkinkan penyuluhan
dapat berkomunikasi secara langsung (memperoleh respons) dari
sasarannya dalam waktu yang relatiI singkat.
2. Komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain, lewat surat
atau media yang lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat
menerima respon dari sasarannya dalam waktu yang relatiI singkat
(ardikanto, 1994).
Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa penyuluhan baik
Penyuluhan Pertanian Spesialis (PPS) maupun Penyuluhan Pertanian
Lapangan (PPL) belum mendapatkan inIormasi hasil penelitian yang mereka
perlukan secara kesinambungan. PPS yang sebagian dari tugasnya
diharuskan untuk melatih PPL secara teratur merasakan kurangnya inIormasi
hasil penelitian untuk mendukung kegiatan itu yang akhirnya berlanjut
kepada kurang eIektiInya latihan dan kunjungan PPL ke petani. Penelitian
sering pula dinilai kurang eIektiI karena tidak langsung berkaitan dengan
masalah lapangan yang dihadapi oleh petani dan penyuluh. Peneliti kurang
menerima umpan balik yang mereka perlukan untuk menyusun program
penelitian, kondisi ini secara jelas memperlihatkan belum memadainya
keterkaitan antara penelitian dan penyuluhan (Anonim, 1992).
Didalam kenyataannya, kualiIikasi penyuluhan tidak cukup hanya dengan
memenuhi persyaratan keterampilan sikap dan pengetahuan saja, tetapi
keadaan atau latar belakang sosial budaya, bahasa, agama, kebiasaan-
kebiasaan. Seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan
20
penyuluhan yang dilakukan. Karena itu penyuluhan yang baik, sejauh
mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan
keadaan seorang penyuluh akan bertugas di wilayah kerja yang memiliki
kesenjangan sosial budaya yang telah dimilikinya (ardikanto, 1994).
Ragam materi yang perlu disiapkan dalam setiap kegiatan
penyuluhan mencakup :
1. Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembangunan pertanian (baik dari tingkat pusat maupun sampai di
tingkat lokalitis), seperti pola kebijakan umum pembangunan pertanian,
kebijakan harga dasar atau penyaluran kredit.
2. Hasil-hasil penelitian atau pengujian dan rekomendasi teknis yang
dikeluarkan untuk instansi yang berwenang.
3. Pengalaman petani yang telah berhasil.
4. InIormasi pasar seperti harga barang, penawaran dan permintaan
(ardikanto, 1994).
Dalam bahasa Belanda digunakan kata 'voorlichting' yang berarti
memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya.
Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan
Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak.
Indonesia misalnya, mengikuti cara Belanda menggunakan kata penyuluhan,
sedangkan alaysia yang dipengaruhi bahasa Inggris menggunakan kata
perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan
sebagai pemberian saran atau beratung yang berarti seorang pakar dapat
memberikan petunjuk kepada seseorang tersebut yang berhak untuk
menentukan pilihannya (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian inIormasi
dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan kepada
masyarakat, akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat benar-benar
memahami, menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau menerima,
menerapkan dan melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk meningkatkan
kesejahteraan pribadi, keluarga, dan masyarakatnya serta kemajuan bangsa
dan negara. Dapat dikatakan, penyuluhan bukanlah kegiatan pengubahan
21
perilaku melalui pemaksaan atau ancaman-ancaman, tetapi penyuluhan
adalah upaya pengubahan perilaku melalui proses pendidikan, sehingga
kegiatan penyuluhan sungguh tidak gampang, tetapi memerlukan ketekunan,
kesabaran, menuntut banyak waktu, tenaga, biaya dan merupakan pekerjaan
yang sangat melelahkan (Anonim, 1991).
Pada unit yang paling kecil di daerah pedesaan, pendekatan
berdasarkan kelembagaan dalam proses adopsi inovasi adalah melalui
lembaga yang disebut dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Di BPP ini
ada sejumlah penyuluh pertanian, mereka merencanakan dan membuat
programa penyuluhan, kemudian dituangkan dalam praktek, misalnya
melalui Demonstrasi Plot (Demoplot), Demonstrasi Farm (DemIarm),
Demonstrasi Area (Demarea), atau melalui cara lain. Selanjutnya oleh
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan pembantu-pembantunya ditingkat
desa, yaitu para kelompok tani, maka inIormasi tersebut diteruskan kepara
petani, apakah melalui cara kunjungan, rapat atau lainnya (Soekartawi,
1992).
Dalam prakteknya penempatan penyuluh dapat diklasiIikasikan
sebagai berikut :
1. Penyuluh lapangan yaitu seorang penyuluh ditempatkan di Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP).
2. Penyuluh tingkat kecamatan yang ditempatkan di Balai Penyluhan
Pertanian (BPP).
3. Penyuluh tingkat kabupaten yang ditempatkan di Dinas Lingkup
Pertanian Dati II.
4. Penyuluh tingkat provinsi yang ditempatkan di Dinas Lingkup Pertanian
Dati I maupun Balai InIormasi Pertanian.
5. Penyuluh tingkat nasional yang ditempatkan di Badan Pengendalian
Bimas
(Suhardiyono, 1992).
Salah satu unsur utama yang menyebabkan kurangnya partisipasi
masyarakat adalah lemahnya komunikasi antara penyuluh dengan
masyarakatnya, karena kurang adanya kontak pribadi yang disebabkan oleh :
22
1. Bentuk komunikasi yang paling eIektiI adalah tatap muka.
2. Kebutuhan serta kemampuan masyarakat bawah umumnya bersiIat
situasional dan bersiIat individual (orang per orang).
3. Semua kegiatan dan bantuan, cenderung diawasi oleh pemerintah atau
penyedia sumber dana yang sering membatasi ruang gerak dan
kelincahan penyuluh(ardikanto, 1991).
Sistem penyuluhan akan sangat tidak eIektiI bila terdapat
kekurangan-kekurangan teknis seperti kurangnya inIormasi, dan teknologi
yang memadai yang bisa disampaikan ke petani. Selain itu adanya
kekurangan staI dan model penyuluhan menyangkut penyebaran inIormasi
dan teknik penyampaian adalah contoh dari Iaktor penghambat kelancaran
penyuluhan (Bayer et al, 1999).




















23
BAB III
KESIPULAN

Dari hubungan antara komunikasi dan penyuluhan dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan akan sempurna dan bermanIaat jika penyampaian atau cara
berkomunikasinya baik.
Apabila cara komunikasi antara penyuluh dan disuluh tidak baik, tidak
adanya komunikasi dua arah dan tidak adanya Ieedback. Tujuan penyuluhan
sebagai penyampai pesan, Penyebar-luasan (inIormasi), Penerangan/penjelasan,
Pendidikan non-Iormal (luar-sekolah), Perubahan perilaku, Rekayasa social,
Pemasaran inovasi (teknis dan sosial), Perubahan sosial (perilaku individu, nilai-
nilai, hubungan antar individu), Pemberdayaan masyarakat (community
empowerment), Penguatan komunitas (community strengthening), dan Proses
Komunikasi Pembangunan tidak akan tercapai.


















24
DAFTA# PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/8a1934Ica2e54d18c07b9954439a128a5I874
edI.pdIkomunikasi paper
http://masarip.blog.Iriendster.com/2009/02/pengertian-penyuluhan/1 desember 2010
http://www.google.co.id/url?sat&sourceweb&cd3&ved0CCAQFjAC&urlhttp3A
2F2Fsubejo.staII.ugm.ac.id2Fwp-content2Fgab-luh-
hut.pdI&rctj&qpengertian20penyuluhan&eiAWj2TPT2DcyGrAe7yvTYBg&usg
AFQjCEIr-mS-13kbVX9typECunJw3YwWQ&cadrja/1 desember 2010

Anda mungkin juga menyukai