Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang dapat dirasakan semua orang dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Dengan bisnis, manusia dapat
mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan
jasa. Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, sehingga pelaku bisnis berani
menanggung resiko menanam modal dalam kegiatan bisnisnya. Dari sudut pandang
ekonomis, dapat dikatakan bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung1.
Mengejar keuntungan dalam bisnis adalah sesuatu yang wajar, asalkan tidak
mengorbankan kepentingan dan hak orang lain. Bertens mengatakan bahwa keuntungan
dalam bisnis tidak bersiIat sepihak melainkan saling menguntungkan kedua belah pihak2.
Dalam kenyataan, para pelaku bisnis lebih mengutamakan keuntungan pribadi di
atas segala-galanya. Misalnya, rencana kenaikan bahan bakar minyak pada pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudoyhono bulan Mei 2008 mengakibatkan harga bahan bakar
minyak (BBM) di tingkat konsumen naik tidak wajar karena Iaktor kecurangan pengusaha
yang menahan dan menimbun BBM bersubsidi bahkan menyelundupkannya untuk dijual
ke luar negeri.3
Praktek bisnis curang tidak hanya terjadi saat pemerintah hendak
memberlakukan kebijakan ekonomi tertentu, tetapi juga terjadi ketika pengusaha
1 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000, hlm. 17
2I b i d., hlm. 17.
3 Bensin Mulai Hilang di Makassar, Tribun Timur, Makassar: 14 Juni 2008.
dan penguasa berkolusi dalam pelaksanaan proyek pembangunan atau pemberian kredit.
Pembangunan gedung sekolah, jalan, terminal atau pasar seringkali kualitasnya buruk dan
dalam waktu singkat sudah rusak. Kredit bernilai milyaran rupiah diberikan kepada
pengusaha akhirnya tidak terbayar, sementara nilai harta kekayaan perusahaan jauh lebih
kecil dibanding kredit yang dikucurkan bank4.
Era reIormasi telah memberikan kebebasan sehingga pasar menjadi kompetitiI dan
memberi peluang bagi pengusaha, misalnya menginvestasikan modalnya dalam bisnis
transportasi udara. Perang tariI antar maskapai penerbangan telah memberikan keuntungan
dan kemudahan bagi konsumen dalam mobilitasnya. Namun, harga murah tiket pesawat
tidak sebanding dengan jaminan keselamatan penumpang. Sebagai contoh, hilangnya
pesawat Adam Air pada awal Januari 2007 di Majene menjadi pembenaran bahwa jaminan
keselamatan penumpang diabaikan sehingga tidak seorang pun selamat dalam kecelakaan
itu5.
Pada kasus lain, penggunaan bahan kimia seperti Iormalin
untuk
mengawetkan ikan, daging, mi basah atau bakso dapat membahayakan kesehatan manusia.
Sekalipun para pengusaha mengetahui bahaya itu, tetapi mereka tidak berusaha
menghentikan. Bahan kimia berbahaya itu digunakan pada produk makanan sebab murah
harganya, mudah penggunaannya, lebih menarik pembeli, dan sangat menguntungkan
secara ekonomis.
Tidak hanya manusia, lingkungan alam turut dikorbankan. Kerusakan
ekologi meliputi punahnya spesies, hilangnya hutan tropis, penipisan ozon,
4 Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka
Utama dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, 1998, hlm. 431.
5 Gatot Widakdo, Misteri Jatuhnya Adam Air di Majene Terjawab,Kompas, Jakarta: 25
Maret
2008
ercemarnya ekosistem oleh limbah beracun, banjir dan pemanasan global6, terjadi akibat
penambangan dan eksploitasi hutan yang dilakukan pengusaha-pengusaha yang
mengantungi izin resmi pemerintah, tetapi melupakan tanggung jawab sosialnya7.
Jika demikian perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, maka tidak
heran jika bisnis itu dinilai kotor. Bisnis dipahami bukan untuk orang jujur, saleh dan
bermoral. Moralitas yang bersumber dari ajaran agama tidak dibutuhkan dalam dunia
bisnis. Bisnis mempunyai mekanisme dan moralitasnya sendiri yang tidak boleh dicampuri
oleh moralitas dari luar. Satu-satunya moralitas dalam bisnis adalah: keuntungan. Segala
tindakan yang dilakukan pengusaha dalam bisnisnya adalah benar, baik dan tepat, jika
mendatangkan keuntungan8.
Pakar etika bisnis Richard T. De George seperti dikutip KeraI, menyebut
pandangan yang memisahkan moralitas dalam bisnis sebagai mitos bisnis immoral9.
Dalam bisnis yang ketat, nilai-nilai moral dan etika hanya akan membuat pengusaha kalah
dalam persaingan bisnis, mengalami kerugian dan tersingkir dengan sendirinya. Kerja
orang bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Bisnis yang baik harus berdasarkan
aturan dan kebiasaan yang dipraktekkan dalam dunia bisnis dan bukan menurut kaidah-
kaidah moral.10
6 Fred van Dyke, et al,Redeeming Creation: The Biblical Basis Ior Enviromental
Stewardship,
Illinois: InterVarsity Press, 1996, hlm. 19-23.
7 Maria Hartiningsih dan Hartati Samhadi, Menggali Kubur Sendiri,Kompas, Jakarta: 6
Maret
2008.
8 Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan,
Jakarta:
Gunung Mulia, 1990, hlm. 19-20.
9 A. Sony KeraI, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 55-56.
10I b i d., hlm. 57.

Mitos bisnis immoral ini sulit dibenarkan pengusaha yang menginginkan bisnisnya
sukses dan bertahan lama, sebab mereka harus memperhitungkan segala akibat dan resiko
untuk jangka panjang karena dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan.
Moralitas dan etika dalam bisnis merupakan harapan dan kebutuhan masyarakat. Ketika
norma, nilai dan kepentingan bersama dalam masyarakat dicederai oleh praktek bisnis
curang, masyarakat bertindak dengan cara memprotes dan menolak bisnis demikian.
Tindakan semacam ini jelas sangat merugikan pengusaha itu sendiri dan masa depan
bisnisnya11.
Bisnis yang baik tentu menghormati hukum positiI yang berlaku, seperti peraturan
soal pajak, pembayaran royalti hak cipta atas kekayaan intelektual atau undang-undang
ketenagakerjaan. Namun tidak selalu bisnis yang memenuhi perundang-undangan dapat
diterima dan dibenarkan secara moral dan etis, misalnya praktek monopoli atau
penunjukkan langsung pengusaha tertentu tanpa melalui penawaran terbuka dalam proyek-
proyek pemerintah. Aturan hukum menjadi tidak baik, tidak adil dan tidak etis karena
permainan politik yang tidak adil dan arogan sehingga dapat dikatakan aturan hukum
bukan ukuran satu- satunya dalam kegiatan bisnis12.
Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah deskriptiI
analitis. Metode survai deskriptiI adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam
penelitian ini data dan inIormasi dikumpulkan dari responden dengan mengunakan
kuesioner. Data yang diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskrisptiI dan
pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal
penelitian ini. Penelitian ini mengunakan teknik sampling yang disebut Simple Random
Sampling. Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.13
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan instrumen angket dan
wawancara. Angket diberikan kepada responden untuk mendapatkan persepsi responden
tentang isu utama penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skalaL ike rt dalam
bentuk tanda centang( checkl i st).14 Jawaban atas setiap item instrumen dalam penelitian
ini mempunyai gradasi dari sangat positiI sampai dengan sangat negatiI dengan kategori
jawaban dengan 5 tingkatan: SS (sangat setuju), ST (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak
setuju) dan STS (sangat tidak setuju).
Selain angket, penulis melakukan wawancara kepada sejumlah responden
guna memperkuat hasil penelitian. Data primer yang diperoleh kemudian diolah
Maulana, Jakarta: ProIessional Books, 1997.
Dewanto, Andreas Bintoro, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen
dalam PerspektiI Sosiologis, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
Dussel, Enrique,Ethics and Community, Maryknoll: Orbis Books, 1988.
Ernawan, Erni R, Etika Bisnis, Bandung: AlIabeta, 2007.
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, cet. ke-6, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Hill, Alexander, Just Business; Christian Ethics Ior The Market Place,
Cumbria: Paternoster Press, 1998.
KeraI, A. Sony, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Kerr, Hugh T. (Ed), Calvin`s Institutes: A New Compend, Kentucky:
Westminster/John Knox Press, 1989.
Lestari, R. Siti,Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia,
Jakarta: Universitas Indonesia, 1999.
Masassya, Elvyn G,Cara Cerdas Menjalankan Bisnis, Jakarta: Penerbit PT Elex
Media Komputindo, 2002.
Meliala, Adrianus, (Ed.), Praktik Bisnis Curang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1993.
Moleong, Lexy. J, Metode Penelitian KualitatiI, Cetakan ke -22, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Muhammad dan Fauroni, Lukman, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis,
Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002.
Napel, Henk tenJalan yang lebih Utama Lagi: Etika Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1988,
Nugroho, Alois A, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Penerbit
Grasindo, 2001.
Oetama, Jacob, Dunia Usaha dan Etika Bisnis, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2001.
Pratley, Peter,Etika Bisnis, Diterjemahan oleh Gunawan Prasetio, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2007.
Rahardi, F, Menguak Rahasia Bisnis Gereja, Jakarta: Visimedia, 2007.
Rani, Markus (Peny.), Teologi Kehidupan, Melestarikan Lingkungan Hidup,
Toraja: Sulo, 2006.
Riduwan, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung: AlIabeta, 2007.
Rudito, Bambang & Famiola, Melia, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Di Indonesia, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2007.
Severin, Werner J. dan Tankard, Jr, James W, Teori Komunikasi, Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5,dia l ihba ha saka n
oleh Sugeng Hariyanto, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Singgih, Emanuel Gerrit, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks
di Awal Milenium III, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Smith, Keith R, God`s Economic Mandate?, A Perspective on Stewardship
Economics, East Sussex: ThankIul Books, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: AlIabeta, 2007.
Suleeman, F. dan Iones Rakhmat, Masihkah Benih Tersimpan ..? : Kumpulan
Karangan dalam Rangka 50 tahun GKI Jawa Barat, Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 1990.
Suleeman, F. dkk., (peny.)Bergumul dalam pengharapan; Buku Penghargaan
Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Susanto, M. Bambang,PerspektiI Dunia Usaha di Mata Tuhan, Surabaya:
Sangkakala Media Publishing, 2006.
Tarigan, Jacobus, (Ed.),Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi
Kerasulan Awam KWI dan Grasindo, 1994.
Tompah, Norita Yudiet, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT
Jakarta, 2003.
Velasquez, Manuel G, Etika Bisnis, Konsep dan KasusEdisi 5, Penerjemah:
Ana Purwaningsih, Kurnianto dan Totok Budisantoso, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2005.
Verkuyl, J,Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
Weber, Max, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Diterjemahkan
oleh Yusup Priyasudiarja, Yogyakarta: Jejak, 2007.
Wogaman, J. Philip,Economics and Ethics: A Christian Enquiry, Britain: SCM
Press Ltd, 1986

Anda mungkin juga menyukai