Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Selama beberapa tahun terakhir ini banyak kasus penyakit menular yang terjadi di seluruh
dunia. Dari berbagai penyakit menular tersebut, salah satu penyakit yang pernah menjadi sorotan
dunia adalah avian influen:a atau yang lebih dikenal sebagai Ilu burung. Flu burung ini sempat
membuat banyak orang panik karena penyakit ini dapat menular dengan sangat cepat, hal ini
disebabkan karena penularannya dapat melalui udara, selain itu virus penyebab penyakit ini
dapat bermutasi dengan cepat.
Dampak yang ditimbulkan dari Ilu burung ini sangatlah luas selain di bidang kesehatan juga di
bidang ekonomi, karena dengan adanya penyakit ini orang-orang menjadi takut untuk
mengonsumsi daging ayam sehingga permintaan pasar terhadap ayam juga semakin menurun,
bahkan banyak diantaranya yang bangkrut karena harus merelakan ternak unggas mereka
dimusnahkan agar tidak sampai menulari masyarakat. Selain itu dengan adanya penyakit ini
orang-orang menjadi takut untuk berpergian terutama ke daerah yang dinyatakan endemi Ilu
burung, bahkan beberapa Negara sampai harus mengeluarkan travel warning sehingga
melumpuhkan stabilitas ekonomi Negara yang bersangkutan.
Walaupun orang-orang sudah banyak yang tahu akan bahaya penyakit ini, namun masih banyak
juga yang kurang paham atau tidak tahu sama sekali bagaimana proses penularan penyakit ini,
sehingga kadang timbul pandangan yang salah mengenai Ilu burung di kalangan masyarakat,
misalnya bahwa 'mengkonsumsi daging ayam ternak lebih berisiko flu burung dibandingkan
dengan ayam kampung, padahal baik ayam kampung maupun ayam ternak memiliki risiko yang
sama menularkan Ilu burung. Karena ketidaktahuan akan bagaimana proses penyebaran
penyakitnya, maka masyarakat juga banyak yang tidak tahu langkah-langkah apa yang harus
dilakukan agar mereka terhindar dari penularan penyakit ini. Maka dari itu melalui paper ini,
penulis berharap agar wawasan pembaca akan Ilu burung menjadi lebih luas dan pembaca tahu
apa tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Ilu burung ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Iaktor-Iaktor penyebab terjadinya Ilu burung?
1.2.2 Bagaimana perjalanan alamiah penyakit Ilu burung?
1.2.3 Bagaimana upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit Ilu burung?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui sejarah perkembangan Ilu burung.
1.3.2 Mengetahui Iaktor-Iaktor penyebab terjadinya Ilu burung.
1.3.3 Mengetahui perjalanan alamiah penyakit Ilu burung.
1.3.4 Mengetahui upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit Ilu burung.

1.4 ManIaat penulisan

ManIaat yang dapat diharapkan dalam pembuatan paper ini adalah:
1.4.1 Pembaca mendapat inIormasi tentang Iaktor-Iaktor penularan Ilu burung.
1.4.2 Pembaca mendapat inIormasi tentang perjalanan alamiah penyakit Ilu burung.
1.4.3 Pembaca mendapat inIormasi tentang berbagai upaya pencegahan serta
penanggulangan penyakit Ilu burung

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Flu Burung

Flu burung sebenarnya bukanlah penyakit yang baru, penyakit ini pertama kali ditemukan
di Italia pada tahun 1878 oleh Perroncito. Saat itu Perroncito melaporkan adanya suatu penyakit
menular yang menyerang unggas dengan kemampuan menyebar sangat cepat dan mengakibatkan
jumlah kematian yang tinggi. Selanjutnya pada tahun 1880 Rivolto dan Dalpatro
menyebutkannya sebagai fowl plaque dan mereka menggunakan istilah typhus exudation
gallinarum yang dalam perkembangannya kini disebut dengan istilah highly pathogenic aviant
influen:a (HPAI) atau yang dikenal sebagai penyakit flu burung. Sebutan fowl plaque adalah
salah satu terminology yang digunakan secara historis sewaktu awal mulanya penyakit ini
ditemukan pada unggas piara species Gallus gallus domesticus, sedangkan HPAI merupakan
sebutan yang lebih tepat secara ilmiah untuk semua jenis burung yang berarti penyakit influen:a
yang sangat pathogen pada fenis avian. Selain fowl plaque ada juga istilah peste aviarie,
geflugelpest, brunswick bird plaque, brunswick disease, fowl grippe, atau bird grippe.
Penyakit Ilu burung diketahui menyebar ke berbagai belahan dunia terutama Eropa sejak awal
1900-an, dimana awal penularannya terjadi malalui penyelenggaraan pemeran unggas, kemudian
bersiIat endemi pada unggas peliharaan sampai tahun 1930, sejak saat itu terjadi penyebaran
yang semakin meluas sampai ke benua lain seperti Amerika, AIrika Utara, Timur Tengah,
sampai Rusia. Penyebarannya yang luas membuat orang semakin serius mendalami penyakit ini,
begitu pula dengan laporan-laporan penyakit yang ada, namun orang belum begitu peduli dengan
ancaman virus ini hingga pada tahun 2002 virus ini menjangkit banyak orang di Hongkong-Cina
dan menelan banyak korban jiwa. Flu burung merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus
avian inIluenza (H5N1) yang tergolong dalam kategori virus flu A yang artinya virus ini dapat
menjangkit baik manusia maupun hewan serta memiliki kemampuan mutasi gen yang tinggi, hal
itulah yang membuat virus ini sangat mudah menyebar dan sulit diberantas, bahkan oleh Office
International des Epi:ooties (OIE), Ilu burung dimasukkan sebagai salah satu dari 15 penyakit
hewan menular yang paling berbahaya. Hingga kini diketahui diketahui bahwa virus dapat
menginIeksi manusia melalui aves, kucing dan manusia.
Wabah Ilu burung sangat merugikan masyarakat, selain dari segi kesehatan terutama dalam
bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena wabah Ilu burung membuat orang menjadi takut
mengnsumsi daging ayam serta takut berpergian di daerah yang dinyatakan positiI endemi Ilu
burung, sehingga secara tidak langsung melumpuhkan sektor peternakan dan pariwisata di
Negara tersebut, padahal jika dilihat dari data FAO pada tahun 2003 Asia tenggara termasuk
Indonesia merupakan tempat peternakan unggas terbesar kedua terbesar didunia, sehingga bias
dibayangkan berapa banyak kerugian yang akan diderita apabila sektor peternakan unggas ini
lumpuh.
Di Indonesia Ilu burung muncul pada tahun akhir tahun 2003, dimana virus ini diduga masuk ke
Indonesia melalui impor daging ayam yang dilakukan secara illegal. Hingga tahun 2005 tercatat
temuan kasus Ilu burung sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia dimana di
Indonesia ditemukan 99 kasus dengan 79 kematian.


2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Flu Burung

2.2.1 Faktor intrinsik (host)

Yang dimaksud dengan Iaktor intristik adalah Iaktor yang berasal dari host. Host sendiri
merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu keadaan
menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Jika membicarakan masalah penyakit Ilu
burung pada manusia maka host yang dimaksud adalah manusia. Faktor intristik pada Ilu burung
diantaranya kekebalan tubuh (imunitas) dan pola pikir seseorang.
` Flu burung sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinIeksi, namun
jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila seseorang itu berada dalam kondisi yang
lemah dan tidak memiliki system imun yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang
masih tidak percaya dan terkesan meremehkan bahaya penyakit ini.

2.2.2 Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik atau Iaktor lingkungan merupakan Iaktor diluar dari host itu sendiri.
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga:

a) Lingkungan Biologis
Faktor lingkungan biologis pada penyakit Ilu burung yaitu agent. Agent merupakan
sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant
inIluenza (H5N1). SiIat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi.
Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernaIasan dalam, hal itulah yang membuat
angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi.

b) Lingkungan Fisik
Suhu
Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara
tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu
virus Ilu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup.
Musim
Faktor musim pada penyakit Ilu burung terjadi karena adanya Iaktor kebiasaan burung
untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Misalkan burung-burung
yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim
dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan Ilu burung pada
hewan yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.
Tempat tinggal
Faktor tempat tinggal pada penyakit Ilu burung misalnya apakah tempat tinggal
seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya apakah ada orang
yang sedang menderita Ilu burung atau tidak.

c) Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat
seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang
menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai
makanan tradisional. Begitu pula dengan orang-orang di eropa yang terbiasa mengonsumsit
daging panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga
pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin
besar.

2.3 Perjalanan Alamiah Penyakit Flu Burung
a. Fase Suseptibel

Adalah Iase dimana seseorang belum terjangkit suatu penyakit namun memiliki Iaktor-
Iaktor pendukung yang kuat untuk menimbulkan penyakit. Pada penyakit Ilu burung misalnya
Iase suseptibelnya adalah dimana seseorang atau sekelompok orang yang tinggal bersama
dengan hewan yang telah terjangkit Ilu burung serta menunjukkan perilaku berisiko untuk
tertular seperti tidak menggunakan masker saat bersama hewan tersebut, tidak mencuci tangan
sebelum makan setelah bersentuhan dengan hewan yang terjangkit, atau mengkonsumsi daging
ayam yang tidak matang sempurna.

b. Fase Presimptomatis

Fase presimptomatis adalah keadaan dimana seseorang telah terjangkit suatu penyakit
yang dalam hal ini adalah Ilu burung, telah mengalami perubahan secara patologis, namun orang
tersebut belum menunjukkan gejala-gejala klinis. Pada Iase ini terjadi Iase inkubasi dari virus
yaitu Iase dimana agent telah masuk ke tubuh host sampai sejak terjadinya gejala pertama.

.. Fase Klinis

Fase klinis adalah keadaan dimana seseorang telah mengalami perubahan anatomis dan
Iungsional tubuh dengan munculnya gejala-gejala klinis. Adapun gejala-gejala dari host yang
terjangkit Ilu burung adalah
Pada unggas/burung:
- Pada betina yang sedang bertelur, telurnya memiliki cangkang yang tipis kemudian
berhenti bertelur dengan cepat.
- NaIsu makan berkurang
- Diare dan sering minum
- Terjadi perubahan warna pada jenger menjadi kebiru-biruan
- NaIas cepat dan berbunyi
- Pendarahan terlihat pada daerah yang tidak ditumbuhi bulu terutama tulang kering pada
kaki
Pada manusia
- Demam dimana suhu badan sekitar atau di atas 38C
- Sesak naIas
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang paru
- InIeksi mata
- Pusing
- Mual dan nyeri perut
- Muntah
- Diare
- Keluar lendir dari hidung
- Tidak ada naIsu makan

Fase Ketidakmampuan
Fase ketidakmampuan adalah Iase dimana telah muncul komplikasi-komplikasi akibat
adanya penyakit Ilu burung. Pada Iase ini orang akan memiliki dua kemungkinan, kemungkinan
pertama yaitu sembuh, dan kemungkinan yang kedua adalah orang tersebut meninggal.

2.4 Upaya Pencegahan Serta Penanggulangan

Dalam menanggulangi Ilu burung ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
2.4.1 Pen.egahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang orang yang berisiko
terjangkit Ilu burung
a) Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama mereka
yang berisiko terjangkit Ilu burung seperti peternak unggas.
b) Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara hewan
dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus Ilu burung, seperti dengan
melakukan desinIeksi serta sterilisasi pada peralatan ternak yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme pada peralatan ternak sehingga tidak menjangkiti hewan.
c) Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya.
'aksinasi dilakukan dengan menggunakan !AI ( inaktif dan vaksin rekombinan
cacar ayam atau fowlpox dengan memasukan gen virus avian inIluenza H5 ke dalam
virus cacar.
d) Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.
e) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang, celana
panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan peternakan.
I) Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk
membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari hasil penelitian virus Ilu
burung mati pada pemanasan 60C selama 30 menit.
g) Melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positiI ditemukan
virus Ilu burung pada ternak dalam jumlah yang banyak.

h) Melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sedah positiI
terjangkit Ilu burung.
i) Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan
mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi dan identiIikasi
agen inIeksi oleh laboratorium, eIektiIitas vaksinasi dalam populasi, serta data lain yang
gayut untuk kajian epedemiologi.




2.4.2 Pen.egahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah
dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat. Dengan
melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal sehingga
mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan yang dapat
terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan pada Iase presimptomatis dan Iase klinis. Pada Ilu
burung pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya untuk
menemukan penyakit secara aktiI pada orang yang belum menunjukkan gejala klinis. Screening
terhadap Ilu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan memasang alat detektor panas
tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit Ilu burung bias segera diobati dan dikarantina
sehingga tidak menular pada orang lain.
2.4.3 Pen.egahan tersier

Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi
ketidakmampuan. Pada Ilu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengobatan intensiI dan rehabilitasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Ilu burung merupakan salah
satu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dimana virus ini dapat menular antar hewan
aeperti unggas dan kucing, antar hewan dengan manusia, maupun antar manusia. Flu burung
dapat menular melalui udara maupun melalui kotoran serta cairan tubuh sehingga penularannya
sangat cepat, selain itu virus avian inIluenza tergolong virus yang sangat mudah mengalami
mutasi sahingga tidak jarang antar virus Ilu burung daerah satu dengan daerah lain terdapat
perbedaan.
Faktor penyakit Ilu burung secara garis besar dibagi dua yaitu Iaktor intrinsik yaitu host, dan
Iaktor lingkungan seperti agent, lingkungan Iisik, serta sosial. Dalam perjalanannya Ilu burung
mengalami empat Iase yaitu Iase suseptibel, presimptomatis, klinis, dan ketidakmampuan
Untuk menanggulangi Ilu burung dapat dilakukan dengan 3 tahap pencegahan yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

3.2 Saran

Flu burung merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena penularannya yang sangat
cepatbdan memiliki angka kematian yang tinggi, namun sebenarnya kita tidak perlu terlalu takut,
karena sebenarnya Ilu burung dapat dengan mudah dicegah hanya dengan menerapkan pola
hidup bersih dan sehat (PHBS), karena itu mari budayakan PHBS mulai dari diri sendiri,
keluarga sampai masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai