Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHARUAN D NDA-PAKSTAN; SAYYD AMR AL, QBAL, JNNAH, ABU KALAM AZAT, DAN ABUL A'LA

MAUDD

Pendahuluan

Pembaharuan di ndia Pakistan sebagaimana yang dilakukan oleh Sayyid Amir Ali dkk. Telah memberikan kontribusi
yang berpengaruh bagi perkembangan di ndia Pakistan . Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk
membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional dan agama kemajuan ialah Sayyid Amir Ali. Bukannya
The Sfirit Of slam di cetak pertama kali di tahun 1891, dalam bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam mengenai
tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanitaperbudakan, sistem politik, dan sebagainya. Dan sebagaimana
pembaharuan qbal, Jinnah, Abu Kalam Azat dan Abu A'la Al-maududi juga memberikan kontribusi yang sangat
penting bagi di ndia Pakistan



PEMBAHARUAN D NDA-PAKSTAN; SAYYD AMR AL, QBAL, JNNAH, ABU KALAM AZAT, DAN ABUL A'LA
MAUDD


A. SAYYD AMR AL

Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga syiah yang di zaman Nadir syah (1736-1747) pindah dari khurusan di persia di
india . Keluarga itu kemudian bekerja di di istana Raja mughal. Sayyid Amir Ali lahir pada tahun 1849, dan meninggal
pada usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikanya diperoleh di perguruan tinggi muhsiniyya yang
berada di dekat kalkulta. (Nasution,1996:181)
Di tahun 1869 ia pergi keinggris untuk meneruskan studi dan selesai pada tahun 1873 dengan memproleh
keserjanaan dalam bidanghukum. Selesai dari studi ia kembali ke indiadan pernah bekerja sebagai pemerintah
inggris, pengcara, hakim dan guru besar dalam hukum islam.
Di tahun 1877 ia membentuk National muhammedan association. Sebagai persatuan umat islam ndia , dan
tujuannya ialah untuk membela kepentingan umat islam dan untuk melatih mereka dalam dunia politik. Dan pada
tahun 1883 ia di angkat menjadi salah satu dari ke tiga anggota Majlis Wakil Raja ngris di india.. a adalah satu-
satunya anggota islam pada majelis itu.
Di tahun 1904, ia meninggalkan india dan menetap untuk selama-lamanya di inggris. Setelah berdiri liga muslim india
di tahun 1906 ia membentuk perkumpulan itu di london. Tetapi dalam gerakan khalifah yang di lancarkan Muhammad
Ali di india untuk mempertahankan wujud khalifah di istambul yang hendak di hapuskan kemal attaturk, ia turut
mengambil bahagian yang aktif dari london.
Sayyid Amir Ali berpendapat dan berkenyakinan bahwa islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran.
Sebaliknya islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikan hal itu ia kembali
kesejarah islam kelasik. Karena ia banyak menonjolkan kejayaan islam di masa lampau ia di cap penulis-penulis
Orientalis, seorang apologis, seorang yang memuja dan rindu kepada masa lampau dan mengatakan kepada lawan :
kalau kamu sedang maju sekarang, kami juga pernah mempunyai kemajuan di masa lampau.
Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional
dan agama kemajuan ialah Sayyid Amir Ali. Bukannya The Sfirit Of slam di cetak pertama kali di tahun 1891, dalam
bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanitaperbudakan, sistem
politik, dan sebagainya. (Nasution, 1996 : 183.)

B. QBAL

Jika ingin memahami iqbal dn sinifikasinya pesannya, kita perlu mengetahui kondisi anak benua ndia selama masa
hidup qbal suatu masa yang berpuncak pada iqbal sendiri. Kita tidak akan mengerti makna pesan iqbal
sesungguhnya tanpa menelaah ini, melodi lagunya, dan nyala batin yang membuatnya terus-menerus berjuang.
Anak benua ndia mengalami fase paling sulit dalam sejarahnya selama masa hidup qbal.(ali,2003:3) qbal berasal
dari keluarga miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapat pendidikan bagus. Keluarga qbal berasal dari
keluarga Brahmana Kashmir yang telah memluk agama slam sejak tiga abad sebelum kelahiran qbal, dan menjadi
penganut agama slam yang taat. (mizan,1995:173)
Pada usia sekolah, qbal belajar Al Qur'an di surau. Disinilah qbal banyak hapal ayat-ayat Al Qur'an yang
selanjutnya jadi rujukan pengembangan gagasannya dalam pembaharuan keislamannya.
Selanjutnya di meneruskan ke Scottish Mission School, Sialkot . Disini dia bertemu guru ternama sekaligus teman
karib ayahnya, Sayid Mir Hasan. Pengaruh Mir Hasan ini sangat kuat pada dirinya ini dibuktikannya dengan menolak
pemberian gelar Sir oleh pemerintah inggris pada tahun 1922, sebelum gurunya mendapat gelar kehormatan pula,
yaitu Syams al- 'Ulama.
Dalam sebuah sajaknya qbal mengakuinya :
Cahaya dari keluarga Ali yang penuh berkah
Pintu gerbangnya dibersihkan senatiasa
Bagiku bagaikan Ka'bah
Nafasnya menumbuhkan tunas keinginanku, penuh gairah hingga menjadi kuntum bunga yang merekah indah
Daya kritis tumbuh dalam diriku oleh cahayanya yang ramah
Pada tahun 1895 qbal menyelesaikan pelajarannya di Scottish dan pergi ke Lahore. Disini ia melanjutkan studi
Government College gurunya adalah - Sir Thomas Arnold. Disini dia mendapatkan dua kali medali emas karena
baiknya bahasa nggris dan Arab karena kejeniusannya pula dia menjadi mahasiswa kesayangan Sir Thomas Arnold.
Arnoldlah yang mendorongnya agar -melanjutkan pendidikannya ke nggris karena melihat kejeniusan qbal. Setelah
selesai di Government College qbal belajar ke Eropa pada tahun 1905. Dari sini pengembangan intelektual qbal
dimulai. (mizan,1995:43)
qbal memilih melanjutkan di Cambridge University, nggris, ia belajar filsafat dengan Mc. Taggart, kemudian
mengambil gelar doktor (Ph.D) di Munich, Jerman dan lulus pada tahun1908 dengan disertasi berjudul The
development of Methapysics of Persia. Didalam disertasi inilah qbal mengkritik tajam ajaran tasawwuf dengan
mengatakan tidak mempunyai dasar yang kukuh dan historis dalam ajaran slam yang murni. qbal melihat ada nilai-
nilai baik yang transendental yang tak dimiliki oleh Eropa. Barat, menurut qbal, kehilangan semangat spritual dan
terlalu menumpukan pada rasio dalam menjawab setiap problematika.Meskipun ia mengakui Eropa baik, tapi ia
yakin slam lebih baik . Dia kembali dari Eropa sebagai Pan-slamis bahkan bisa dikatakan sebagai puritan.
Perubahan spritual dan ideologis qbal makin dalam dari nasionalis menjadi kampiun kebangsaan Muslim dia merasa
yakin bahwa antara Hindu dan slam harus punya negara masing-masing secara terpisah dan tindakannya sendiri
sudah jelas.
PEMKRAN QBAL TENTANG SUMBER HUKUM SLAM
a. AL-QUR'AN
Sebagai seorang slam yang di didik dengan cara kesufian (mizan,1944:44) , qbal percaya kalau al-Qur'an itu
memang benar diturunkan oleh Allah kepada - Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril dengan sebenar-
benar percaya, kedudukannya adalah sebagai sumber hukum yang utama dengan pernyataannya "The Qur'an is a
book which emphazhise 'deed' rather than 'idea' " (al Qur'an adalah kitab yang lebih mengutamakan amal daripada
cita-cita) . Namun demikian dia menyatakan bahwa bukanlah al Qur'an itu suatu undang-undang. Dia dapat
berkembang sesuai dengan perubahan zaman, pintu ijtihad tidak pernah tertutup.
Tujuan sebenarnya al Qur'an adalah - membangkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi dalam hubungannya
dengan Tuhan dan alam semesta, Qaur'an tidak memuatnya secara detail maka manusialah dituntut
pengembangannya.ni didalam rumusan fiqh dikembangkan dalam prinsip ijtihad, oleh iqbal disebut prinsip gerak
dalam struktur slam. Disamping itu al Qur'an memandang bahwa kehidupan adalah satu proses cipta yang kreatif
dan progresif. Oleh karenanya, walaupun al Qur'an tidak melarang untuk mempertimbangkan karya besar ulama
terdahulu, namun masyarakat juga harus berani mencari rumusan baru secara kreatif dan inovatif untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.. " Akibat pemahaman yang kaku terhadap pendapat ulama
terdahulu, maka ketika masyarakat bergerak maju, hukum tetap berjalan di tempatnya.
Akan tetapi, kendatipun qbal sangat menghargai perubahan dan penalaran ilmiah dalam memahami al Qur'an,
namun dia melihat ada dimensi-dimensi didalam al Qur'an yang sudah merupakan ketentuan yang baku dan tidak
dapat dirubah serta harus dikonservasikan, sebab ketentuan itu berlaku konstan. Menurutnya para mullah dan sufi
telah membawa umat slam jauh dari maksud al Qur'an sebenarnya. Pendekatan mereka tentang hidup menjadi
negatif dan fatalis. qbal mengeluh ketidakmampuan umat slam ndia dalam mamahami - al -Qur'an disebabkan
ketidakmampuan terhadap memahami bahasa Arab dan telah salah impor ide-ide ndia ( Hindu ) dan Yunani ke
dalam slam dan - al-Qur'an. Dia begitu terobsesi untuk menyadarkan umat islam untuk lebih progresif dan dinamis
dari keadaan statis dan stagnan dalam menjalani kehidupan duniawi. Karena berdasarkan pengalaman, agama
Yahudi dan Kristen telah gagal menuntun umat manusia menjalani kehidupan. Kegagalan Yahudi disebabkan terlalu
mementingkan segi-segi legalita dan kehidupan duniawi. Sedangkan Kristen gagal dalam memberikan nilai-nilai
kepada pemeliharaan negara, undang-undang dan organisasi, karena lebih mementingkan segi-segi ritual dan
spritual saja. Dalam kegagalan kedua agama tersebut al-Qur'an berada ditengah-tengah dan sama-sama
mementingkan kehidupan individual dan sosial ;ritual dan moral. Al-Qur'an mengajarkan keseimbangan kedua sisi
kehidupan tersebut, tanpa membeda-bedakannya. Baginya antara politik pemerintahan dan agama tidak ada
pemisahan sama sekali, inilah yang dikembangkannya dalam merumuskan ide berdirinya negara Pakistan yang
memisahkan diri dari ndia yang mayoritas Hindu.
Pandangan qbal tentang kehidupan yang equilbirium antara moral dan agama ; etik dan politik ; ritual dan duniawi,
sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam pemikiran slam. Namun, dalam perjalanan sejarah, pemikiran demikian
terkubur bersama arus kehidupan politik umat slam yang semakin memburuk, terutama sejak keruntuhan dan
kehancuran Bagdad, 1258. sehingga masyarakat slam tidak mampu lagi menangkap visi dinamis dalam doktrin
slam - (al-Qur'an).
Akhirnya walaupun tidak ditegaskan kedalam konsep oleh para mullah lahirlah pandangan pemisahan antara
kehidupan dunia dan agama yang menyeret umat untuk meninggalkan kehidupan duniawi, akibatnya, hukum pun
menjadi statis dan al-Qur'an tidak mampu di jadikan sebagai referensi utama dalam hal menjawab setiap
problematika.
nilah yang terjadi dalam lingkungan sosial politik umat slam. Oleh sebab itu, qbal ingin menggerakkan umat slam
untuk kreatif dan dinamis dalam menghadapi hidup dan menciptakan perubahan-perubahan dibawah tuntunan ajaran
al Qur'an. Nilai-nilai dasar ajaran al Qur'an harus dapat dikembangkan dan digali secara serius untuk dijadikan
pedoman dalam menciptakan perubahan itu. Kuncinya adalah dengan mengadakan pendekatan rasional al Qur'an
dan mendalami semangat yang terkandung didalamnya, bukan menjadikannya sebagai buku Undang-undang yang
berisi kumpulan peraturan-peraturan yang mati dan kaku.
Akan tetapi, kendatipun qbal sangat menghargai perubahan dan penalaran ilmiah dalam memahami al Qur'an,
namun ia melihat ada dimensi-dimensi didalam al Qur'an yang sudah merupakan ketentuan yang baku dan tidak
dapat dirubah serta harus di konservasikan ( pertahankan), sebab ketentuan itu berlaku konstan.18
b. AL-HADST
Sejak dulu hadist memang selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Baik umat slam maupun kalangan
orientalis. Tentu saja maksud dan titik berangkat dari kajian tersebut berbeda pula. Umat slam didasarkan pada rasa
tanggung jawab yang begitu besar terhadap ajaran slam. Sedangkan orientalis mengkajinya hanya untuk
kepentingan ilmiah. Bahkan terkadang hanya untuk mencari kelemahan ajaran slam itu lewat ajaran slam itu
sendiri.
Kalangan orientalis yang pertama kali melakukan studi tentang hadist adalah gnaz Goldziher. Menurutnya sejak
masa awal slam dam masa-masa berikutnya , mengalami proses evolusi, mulai dari sahabat dan seterusnya hingga
menjadi berkembang di mazhab-mazhab fiqih. qbal menyimpulkan bahwa dia tidak percaya pada seluruh hadist
koleksi para ahli hadist. (qbal, 1994 : 74-75)
qbal setuju dengan pendapat Syah Waliyullah tentang hadist, yaitu cara Nabi dalam menyampaikan Da'wah
slamiyah adalah memperhatikan kebiasaan, cara-cara dan keganjilan yang dihadapinya ketika itu. Selain itu juga
Nabi sangat memperhatikan sekali adat istiadat penduduk setempat. Dalam penyampaiannya Nabi lebih
menekankan pada prinsip-prinsip dasar kehidupan sosial bagi seluruh umat manusia, tanpa terikat oleh ruang dan
waktu. Jadi peraturan-peraturan tersebut khusus untuk umat yang dihadapi Nabi. Untuk generasi selanjutnya,
pelaksanaannya mengacu pada prinsip kemaslahatan. Dari pandangan ini qbal menganggap wajar saja kalau Abu
hanifah lebih banyak mempergunakan konsep istihsan dari pada hadist yang masih meragukan kualitasnya. ni
bukan berarti hadist-hadist pada zamannya belum dikumpulkan, karena Abdul Malik dan Al Zuhri telah membuat
koleksi hadist tiga puluh tahun sebelum Abu Hanifah wafat. Sikap ini diambil Abu Hanifah karena ia memandang
tujuan-tujuan universal hadist daripada koleksi belaka.
Oleh karenanya, qbal memandang perlu umat slam melakukan studi mendalam terhadap literatur hadist dengan
berpedoman langsung kepada Nabi sendiri selaku orang yang mempunyai otoritas untuk menafsirkan wahyu-Nya.
Hal ini sangat besar faedahnya dalam memahami nilai hidup dari prinsip-prinsip hukum slam sebagaimana yang
dikemukakan al Qur'an.
Pandangan qbal tentang pembedaan hadist hukum dan hadist bukan hukum agaknya sejalan dengan pemikiran ahli
ushul yang mengatakan bahwa hadist adalah penuturan, perbuatan dan ketetapan Nabi saw.yang berkaitan dengan
hukum; seperti mengenai kebiasaan-kebiasaan Nabi yang bersifat khusus untuknya, tidak wajib diikuti dan
diamalkan.
C. JNNAH
Muhammad Ali Jinnah adalah anak seorang saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25 Desember 1876. Di masa
remaja ia telah pergi ke London untuk meneruskan studi dan di sanalah ia memperoleh kesarjanaannya dalam
bidanghukum di tahun 1896. Pada tahun itu juga ia kembali ke ndia dan bekerja sebagai pengacara di Bombay.
Tiada lama sesudah itu ia menggabungkan diri dengan Partai Kongres.
Pada tahun 1913 itu juga Jinnah dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada waktu itu ia masih mempunyai
keyakinan bahwa kepentingan umat slam ndia dapat dijamin melalui ketentuan-ketentuan tertentu dalam Undang-
Undang Dasar. Untuk itu ia mengadakan pembicaraan dan perundingan dengan pihak Kongres Nasional ndia. Salah
satu hasil dari perundingan ialah perjanjian Lucknow 1916. menurut perjanjian itu ummat slam ndia akan
memperoleh daerah pemilihan terpisah dan ketentuan ini akan dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar ndia
yang akan disusun kelak kalau telah tiba waktunya. (Nasution,1996:197)

Selanjutnya dalam Konferensi Meja Bundar London yang diadakan pada tahun 1930-1932 ia menjumpai hal-hal yang
menimbulkan perasaan kecewa dalam dirinya. a memutuskan mengundurkan diri dari lapangan polotik dan menetap
di London. Di sana ia bekerja sebagai pengacara. Dalam pada itu Liga Muslimin perlu pada pimpinan baru lagi aktif,
maka di tahun 1934 ia diminta pulang oleh teman-temannya dan pada tahun itu juga ia dilih menjadi Ketua tetap dari
Liga Muslimin. Dibawah pimpinan Jinnah kali ini, Liga Muslimin berobah menjadi gerakan rakyat yang kuat.

Dengan adanya perkembangan ini ummat slam ndia, tiba-tiba mulai sadar, demikian Al-Biruni menulis, bahwa apa
yang ditakutkan Sir Sayyid Ahmad Khan dan Vigar Al-Mulk sebelumnya, sekarang mulai menjadi kenyataan,
kekuasaan Hindu mulai terasa. Para Perdana Menteri Punjab, Bengal dan Sindi juga mulai mengadakan kerjasama
dengan Jinnah. Sokongan ummat slam ndia kepada Jinnah dan Liga Muslimin bertambah kuat lagi dan ini ternyata
dari hasil pemilihan 1946. di Dewan pusat (Central Assembly) seluruh kursi yang disediakan untuk golongan slam,
dapat diperoleh oleh Liga Muslimin. Kedudukan Jinnah dalam perundingan dengan nggris dan Partai Kongres
Nasional ndia mengenai masa depan Ummat slam ndia bertambahkuat.


Di tahun 1942 nggris telah mengeluarkan janji akan memberi kemerdekaan kepada ndia sesudah Perang Dunia 11
selesai. Pelaksanaannya mulai dibicarakan dari tahun 1945.
Dalam pada itu diputuskan untuk mengadakan sidang Dewan Kostitusi pada bulan Desember 1946, dan Jinnah
melihat bahwa dalam suasana demikian sidang tidak bisa diadakan dan oleh karena itu meminta supaya ditunda.
Setahun kemudian keluarlah putusan nggris untuk menyerahkan kedaulatan kepada dua Dewan Konstitusi, satu
untuk Pakistan dan satu untuk ndia. Pada tanggal 14 Agustus 1947 Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dengan resmi
dan keesokan harinya 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai negara bagi ummat slam ndia. Jinnah diangkat
menjadi Gubernur Jenderal dan mendapat gelar Qaid-i-Azam (pemimpin Besar) dari rakyat Pakistan.
Pembaharuan-pembaharuan di ndia mempunyai peranan masing-masing, disengaja atau tidak, dalam perwujudan
Pakistan. Sayyid Ahmad Khan denganm idenya tentang pentingnya ilmu pengetahuan, Sayyid Amir Ali dengan
idenya bahwa slam tidak menentang kemajuan modern, dan qbal dengan ide dinamikanya, amat membantu bagi
usaha-usaha Jinnah dalam menggerakan ummat slam ndia, yang seratus tahun yang lalu masih merupakan
masyarakat yang berada dalam kemunduran, untuk menciptakan negara dan masyarakat slam modern di anak
benua ndia.noerhayati. (wordpress.com/2008/06/02/tokoh-tokoh-islam)

D. ABU KALAM AZAT
Kendatipun dia menjadi ikon nasionalisme sekular di ndia saat ini, Azad sebenarnya lahir di Mekkah pada 1888 dan
tinggal di sana sampai berusia tujuh tahun. Ayahnya Khairuddin, seorang tokoh sufi berasal dari Calcutta (sekarang
Kolkata) West Bengal, dibujuk oleh murid-murid sufinya yang dari Calcutta untuk kembali ke kota itu. Di bawah
pengawasan ketat ayahnya, Azad melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu agama, walaupun dia kurang suka dengan
cara dan metode restriktif dan otoritarian dalam pengajaran silabusnya.
Oleh karena itu, atas prakarsa sendiri, Azad muda secara diam-diam mempelajari juga buku-buku dalam bahasa
Urdu dan syair-syair Persia dan bahkan belajar memainkan sitar. Selama masa itu dia juga mengalami suatu rasa
muak terhadap sikap 'penyembahan' murid-murid sufi terhadap ayahnya yang menjadi mursyid (urdu pir) dan
lenyapnya kemauan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagaimursyidkelak.
Pada umur tigabelas tahun, Azad betul-betul tidak betah belajar agama dan mulai rajin membaca karya-karya pemikir
slam moderat Sir Syed Ahmad Khan. Namun demikian, rasionalisme Sir Syed malah semakin memperkuat
keraguan Azad muda tentang agama. Dan saat itulah yakni dari umur 14 sampai 22 tahun, menurut penuturannya
sendiri, dia mengalami masa-masa menjadi atheis. Dalam kurun waktu masa remajanya dia tampak akrab dengan
tokoh revolusi Hindu Bengal. Gabungan dari perjalanan singkatnya ke Timur Tengah dan kemampuannya membaca
buku-buku berbahasa Arab akhirnya membawanya ke dalam ide-ide reformis Sheikh Muhammad Abduh, Mesir dan
nasionalisme dan anti-imperialisme-nya Mustafa Kamal.
Setelah periode kekeringan spiritual ini, Azad, pada akhir 1909, merasakan pengalaman mistikal/emosional yang
memperbarui rasa keimanannya pada agama dan mengubah kepribadiannya secara dramatis. Menyusul 'konversi'-
nya ini, karir Azad mulai tinggal landas pada 1912 dengan terbitnya jurnalnya dalam bahasa Urdu Al-Hilal. Dengan
bahasa yang khas, jurnal Al-Hilal mengajak umat untuk kembali pada ajaran slam 'murni' dan pada waktu yang
sama, menuntut kemerdekaan ndia. Melalui interpretasinya terhadap slam, Azad ingin mengajak Muslim ndia
dalam platform gerakan kemerdekaan dan bekerja sama dengan umat Hindu. Kendati sebelumnya sangat
mengagumi Sir Syed Ahmad Khan, Azad menjadi pengeritik keras atas sikap politik loyalis Sir Syed dan Aligarh
University.
Berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam sejumlah historiografi di ndia dan Pakistan, kerja sama Hindu-Muslim
bukanlah sesuatu yang diadopsi Azad berdasarkan kelayakan (expediency) atau setelah pertemuannya dengan
Mahatma Gandhi. Walaupun jurnalnya ambigu dalam metode kerja sama spesifik dan pengaturan politik pasca
merdeka, kesatuan Hindu-Muslim menjadi idenya yang parsial sejak awal. Hal ini terbukti dari esainya yang tajam
pada 1910 tentang tokoh sufi moderat Sarmad. Akan tetapi, ada senandung revivalis pada Al-Hilal yang oleh para
kritikus di kemudian hari dikatakan sebagai menimbulkan kesadaran komunal di kalangan Muslim tertentu, kendati
cara-cara retorik dipakai untuk membangkitkan kalangan Muslim keluar dari kemalasan politik (an Henderson
Douglas:1993).
Ketika Perang Dunia berkecamuk di Eropa, pemerintahan nggris, menganggap jurnal Al-Hilal penghasut, mengusir
Azad dari Bengal dan diasingkan di Ranchi selama tiga setengah tahun. Beberapa minggu setelah bebas, dia
bertemu Mahatma Gandhi di Delhi untuk pertama kalinya; menerima program non-koperasi-nya Gandhi dan menjadi
tokoh Muslim pertama di ndia yang mendeklarasikan diri sebagai aliansi Mahatma Gandhi. Pembunuhan masal di
Jallianwala Bagh membuat seluruh orang ndia marah, tetapi Muslim ndia juga gelisah melihat cara pemerintahan
nggris mengatasi empirium Turki dan Pergerakan Khilafat dalam waktu Perang Dunia . Setelah konsultasi dengan
Azad, Gandhi membujuk Congress untuk menuntut perlindungan terhadap Khilafat sebagai bagian dari tuntutan
nasional untuk kemerdekaan. Hubungan yang tumpang tindih antara Congress dan Khilafat Confrence berujung
pada dibawanya Muslim ndia dalam jumlah besar ke dalam pergerakan kemerdekaan.
Pada 1921 kesatuan Hindu-Muslim di ndia tampaknya mencapai puncak keakraban. Tidak lama kemudian Azad-pun
ditangkap. Kendatipun solidaritas berhasil dicapai secara impresif, namun terbukti berumur pendek; ketika Azad
dibebaskan pada 1923, ndia mengalami gelombang kuat kerusuhan komunal. Di samping adanya faktor-faktor
penting lain, Muslim ndia terhenyak dari angan-angan mereka karena adanya kebijakan pemerintahan Turki untuk
menghapus Khilafat. Akibat ambigu dari Pergerakan Khilafat telah mengundang kritik dari kritikus sejarah di
kemudian hari terhadap usaha-usaha Azad yang 'mencampur' agama dengan politik. Dengan memakai argumen
Qur'an secara tidak sistematis guna mendukung Pergerakan Khilafat dan kerja sama Hindu-Muslim, dikatakan
bahwa Azad secara kurang hati-hati telah menanamkan politik identitas pada kalangan Muslim dan membiarkan
beberapa idenya disalahpahami oleh kepentingan-kepentingan komunal.
Azad mulai menyadari bahwa dalam politik dia hanya dapat terpandu oleh prinsip-prinsip umum agamanya dan oleh
pengetahuannya akan sejarah Muslim ndia, bukan oleh perintah-perintah tekstual Qur'an yang spesifik. Pada waktu
itu, dia juga semakin aktif dalam panggung Congress, dan kapabilitas mediatornya secara luas telah mencegah
terjadinya perpecahan dalam partai Congress antara konstitusionalis semacam Motilal Nehru dan non-koperasionis
seperti Vallabhai Patel. Walaupun dia terus melanjutkan usaha-usahanya untuk membawa berbagai organisasi
Muslim sejalan dengan Congress dan terlibat dalam pergerakan kemerdekaan, namun pada 1928 perbedaan serius
mencuat antara Congress dan sejumlah organisasi semacam Muslim League dan Khilafat Conference berkenaan
dengan laporan Nehru. Azad terpaksa memutuskan hubungan dengan kedua organisasi Muslim tersebut.
Pada 1930, Congress mendeklarasikan kemerdekaan penuh sebagai tujuan pergerakan nasional, dan
pemberontakan sipil berlanjut dengan penuh semangat menyusul Salt March-nya Gandhi yang terkenal. Azad
ditahan dua kali berturut-turut selama periode ini, dan kemudian dilepas pada 1936 bersama kalangan pemimpin
Congress yang lain. Dalam masa-masa penahanannya inilah Azad, yang akrab dipanggil Maulana (Jawa kyai),
berhasil menyelesaikan edisi pertama karyanya yang terkenal Tarjuman al-Qur'an, terjemahan dan tafsir Qur'an
dalam bahasa Urdu. Edisi kedua yang diperluas terbit pada 1940-an. Terjemahan dan tafsirnya yang belum rampung
ini menjadi pernyataan teologisnya yang paling definitif, walaupun kontroversial, tentang bagaimana semestinya
sikap keberagamaan Muslim ndia dalam suasana pluralitas agama dan sekularitas politik. Oleh karena itu, dia
mengartikulasikan sebuah slam yang ramah terhadap bentuk-bentuk lain monoteisme, khususnya Hinduisme, dan
yang menekankan pada sikap etika kebaikan yang umum (Rajmohan Gandhi: 1986). Kendati karyanya merupakan
usaha besar untuk menanamkan etos liberal pada slam, patut disayangkan ternyata Tarjuman al-Qur'an tidak
mendapat sambutan dan pengaruh besar seperti yang dia harapkan. Kontroversi yang ditimbulkan oleh karyanya ini,
khususnya dari kalangan ulama yang mendukungnya secara politis, menghilangkan aspirasinya untuk menelorkan
karya yang lebih besar dan komprehensif dalam pembaruan agama dan reinterpretasi.
Menyusul meninggalnya M.A. Ansari pada 1936, Azad menjadi tokoh Muslim paling berpengaruh di Congress. Pada
1939 dia terpilih menjadi Presiden partai Congress, walaupun dia bukan Muslim pertama yang menduduki posisi itu.
Pada periode 1930-an Muslim League di bawah kepemimpinan Ali Jinnah mendapat angin, yang disebabkan antara
lain oleh kekecewaan sebagian kalangan Muslim atas sikap pemerintahan propinsi yang dipimpin Congress. Pidato
kepresidenan Azad dalam sesi Ramgarh partai Congress pada 1940 yang terjadi hanya selang beberapa hari
sebelum Pakistan Resolution-nya Jinnah yang historik di samping mengartikulasikan pandangan kalangan Muslim
nasionalis, juga menjadi pernyataan klasik tentang sekularisme ndia dan penolakannya atas teori dua negara.
Sayangnya, di samping terperangkap dalam ketegangan antara Hindu dan Muslim komunalis, Azad pada saat ini
menjadi korban kampanye kebencian oleh lawan-lawan politiknya yang Muslim yang cukup berpengaruh. Akibatnya
banyak kalangan agama, dan kalangan terdidik moderat yang awalnya menghargai kepribadian dan ide-ide
pembaruannya berbalik menentangnya. Kendati dia mampu menarik ribuan massa dengan kemampuan orasinya
apabila diperlukan, akan tetapi rasa kebanggaannya dan kepribadiannya yang elegan mencegahnya untuk
mengkonter lawan-lawan politiknya secara publik. Watak aristokratik dan intelektualitasnya juga membuatnya tidak
terjun langsung pada kalangan massa Muslim ketika intervensi semacam itu dibutuhkan.
Azad ditahan untuk yang kelima kalinya pada 1940, menyusul kampanye terbatas pemberontakan sipil, dan
dibebaskan setahun kemudian. Pada 1942, menyusul Pergerakan Quit ndia yang lebih komprehensif, dia bersama
kalangan pimpinan Congress yang lain, ditahan lagi. Begitu dibebaskan pada 1946, Azad tetap menempati posisi
sebagai Presiden partai Congress sepanjang tahun-tahun Perang. Selama masa kepemimpinannya, dia mencoba
mendorong Congress untuk mencari solusi atas ketakutan kalangan Muslim dan berusaha membuat sejumlah
konsesi dengan Muslim League yang dipimpin Ali Jinnah guna menghindari pecahnya ndia, tetapi sikap bersikeras
Jinnah dan sejumlah kesalahan yang dilakukan Congress membuat pecahnya ndia menjadi dua negara tidak dapat
terhindarkan lagi.
Azad, walaupun dengan agak ragu-ragu, akhirnya melepaskan kursi kepresidenan partai Congress pada 1946,
dengan harapan bahwa hal ini akan membuka jalan rekonsiliasi antara Congress dan Muslim League; karena selama
ini Muslim League menolak mengakui kehadiran seorang Muslim dalam Congress. Dia bahkan menolak kursi kabinet
pemerintahan koalisi yang terbentuk pada tahun itu, tetapi pada 1947, atas desakan Gandhi, dia menjadi Menteri
Pendidikan. Azad menentang keras rencana Lord Mounbatten, viceroy Ratu nggris di ndia, untuk memecah ndia
(Syeda Saiyidain Hameed: 1998). Tetapi pada Maret tahun itu juga, pemisahan (partition) itu tak terelakkan lagi;
polarisasi dalam tubuh pemerintahan interim yang terdiri dari Congress dan Muslim League, dan meningkatnya
kekerasan komunal di seluruh ndia semakin tak terkendali. Kendatipun, sebagaimana Gandhi, dia terpaksa
menerima pemisahan itu, tetapi jauh dalam relung hatinya dia tidak dapat menyembunyikan kekecewaan dan sakit
hatinya atas peristiwa partition dan pertumpahan darah yang terjadi setelahnya.
Menyusul Kemerdekaan ndia, dia memegang jabatan Menteri Pendidikan selama sepuluh tahun. Dan walaupun
bukan seorang administrator yang efektif, tetapi selama masa jabatannya sempat membuat beberapa kebijakan
penting seperti mengadakan pendidikan teknis bagi perempuan dan orang dewasa, pendirian akademi sastra, dan
menolak membuang bahasa nggris sebagai bahasa nasional. Sebagaimana pada masa-masa sebelumnya, dia
tetap tidak dapat memproyeksikan dirinya dalam kesalihan mistis seperti, umpamanya, Baba Farid yang dibutuhkan
untuk menarik massa Muslim dan Hindu padanya; tetapi kepercayaannya pada pluralisme agama dan butuhnya
sebuah pandangan humanistik semakin berkembang. Dia bahkan secara terbuka sering menyatakan dalam sejumlah
pidatonya akan adanya persamaan antara pemikiran Veda dan Sufi. Masa-masa terakhirnya ditandai dengan
kesedihan dan kesepian, sebuah konsekuensi logis dari kehidupan yang dilalui secara sangat individualistik.
Maulana Abul Kalam Azad wafat pada 1958 akibat stroke dan dikebumikan dalam sebuah tempat terhormat di Old
Delhi dekat Jama Masjid..
Membandingkan Azad dengan Ali Jinnah adalah sebuah ironi. Azad, yang memiliki keilmuan slam mumpuni memilih
pandangan nasionalisme sekuler berdasarkan sensibilitas religius personal, sementara Ali Jinnah, seorang modernis
dengan didikan agama yang minimal, memilih jalan perjuangan berdirinya negara slam yang terpisah hanya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan politik praktis.


E. ABUL A'LA MAUDD
Pada usia sebelas tahun, Maududi masuk sekolah di Aurangabad. Di sini ia mendapatkan pelajaran modern. Namun,
lima tahun kemudian ia terpaksa meninggalkan sekolah formalnya setelah ayahnya sakit keras dan kemudian wafat.
Yang menarik, pada saat itu Maududi kurang menaruh minat pada soal-soal agama, ia hanya suka politik.
Karenanya, Maududi tidak pernah mengakui dirinya sebagai 'alim. Kebanyakan biografi Maududi hanya menyebut
dirinya sebagai jurnalis yang belajar agama sendiri. Semangat nasionalisme ndianya tumbuh subur. Dalam
beberapa esainya, ia memuji pimpinan Partai Kongres, khususnya Mahatma Gandhi dan Madan Muhan Malaviya.
(arifrahmanlubis.files.wordpress.com/2008/.../abul-ala-al-maudidi-biograpy.pdf)
Pada 1919 dia ke Jubalpur untuk bekerja di minggua partai pro Kongres yang bernama Taj. Di sini dia jadi
sepenuhnya aktif dalam gerakan khilafah, serta aktif memobilisasi kaum muslim untuk mendukung Partai
Kongres.Kemudian Maududi kembali ke Delhi dan berkenalan dengan pemimpin penting Khilafah seperti Muhammad
'Ali. Bersamanya, Maududi menerbitkan surat kabar nasionalis, Hamdard. Namun itu tidak lama. Selama itulah
pandangan politik Maududi kian religius. Dia bergabung dengan Tahrik- Hijrah (gerakan hijrah) yang mendorong
kaum muslim ndia untuk meninggalkan ndia ke Afganistan yang dianggap sebagai Dar al-slam (negeri slam).
Pada 1921 Maududi berkenalan dengan pemimpin Jami'ati 'Ulama Hind (masyarakat ulama ndia). Ulama jami'at
yang terkesan dengan bakat maududi kemudian menarik Maududi sebagai editor surat kabar resmi mereka, Muslim.
Hingga 1924 Maududi bekerja sebagai editor muslim. Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik
kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada
kebangkitan slam.
Di Delhi, Maududi memiliki peluang untuk terus belajar dan menumbuhkan minat intelektualnya. a belajar bahasa
nggris dan membaca karya-karya Barat. Jami'at mendorongnya untuk mengenyam pendidikan formal agama. Dia
memulai dars- nizami, sebuah silabus pendidikan agama yang populer di sekolah agama Asia Selatan sejak abad ke
delapan belas. Pada 1926, ia menerima sertifikat pendidikan agama dan jadi ulama.
Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis
terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka
merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium 'Utsmaniah dan kekhalifahan muslim. Dia juga tak lagi
percaya pada nasionalisme ndia. Dia beranggapan bahwa Partai Kongres hanya mengutamakan kepentingan Hindu
dengan kedok sentimen nasionalis. Dia ungkapkan ketidaksukaannya pada nasionalisme dan sekutu muslimnya.
Sejak itu, sebagai upaya menentang imperialisme, Maududi menganjurkan aksi slami, bukan nasionalis. a percaya
aksi yang ia anjurkan akan melindungi kepentingan muslimin. Hal ini memberi tempat bagi wacana kebangkitan.
Pada 1925, seorang Muslim membunuh Swami Shradhnand, pemimpin kebangkitan Hindu. Swami memancing
kemarahan kaum muslimin karena dengan erang-terangan meremehkan keyakinan kaum muslimin. Kematiannya
Swami menimbulkan kritik media massa bahwa slam adalah agama kekerasan. Maududi pun bertindak. a menulis
bukunya yang terkenal mengenai perang dan damai, kekerasan dan jihad dalam slam, Al Jihad fi Al slam. Buku ini
berisi penjelasan sistematis sikap Muslim mengenai jihad, sekaligus sebagai tanggapan atas kritik terhadap slam.
Buku ini mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin. Hal ini semakin menegaskan Maududi sebagai intelektual
umat.
Sisa terakhir pemerintahan muslim pada saat itu kelihatan semakin tidak pasti. Maududi pun berupaya mencari faktor
penyebab semakin pudarnya kekuasaan muslim. Dia berkesimpulan, selama berabad-abad slam telah dirusak oleh
masuknya adat istiadat lokal dan masuknya kultur asing yang mengaburkan ajaran sejatinya. Karenanya Maududi
mengusulkan pembaharuan slam kepada pemerintahan saat itu, namun tidak digubris. Hal ini mendorong Maududi
mencari solusi sosio-politik menyeluruh yang baru untuk melindungi kaum muslimin.
Gagasannya ia wujudkan dengan mendirikan Jama'at slami (partai slam), tepatnya pada Agustus 1941, bersama
sejumlah aktifis slam dan ulama muda. Segera setelah berdiri, Jama'ati slami pindah ke Pathankot, tempat dimana
Jama'at mengembangkan struktur partai, sikap politik, ideologi, dan rencana aksi.
Sejak itulah Maududi mengosentrasikan dirinya memimpin umat menuju keselamatan politik dan agama. Sejak itu
pula banyak karyanya terlahir di tengah-tengah umat. Ketika ndia pecah, Jama'at juga terpecah. Maududi, bersama
385 anggota jama'at memilih Pakistan. Markasnya berpindah ke Lahore, dan Maududi sebagai pemimpinnya. Sejak
itu karir politik dan intelektual Maududi erat kaitannya dengan perkembangan Jama'at. Dia telah "kembali" kepada
slam, dengan membawa pandangan baru yang religius.







Kesimpulan


Menurut Sayyid Amir Ali, Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama
islam adalah agama rasional dan agama kemajuan. deologis qbal bahwa antara slam dan Hindu harus mempunyai
masing-masing negara yang terpisah karena tidak mungkin dapat di satukan. Jinnah juga melakukan pembaharuan
demi kemajuan islam modern, Abu Kalam Azat Membandingkan Azad dengan Ali Jinnah adalah sebuah ironi. Azad,
yang memiliki keilmuan slam mumpuni memilih pandangan nasionalisme sekuler berdasarkan sensibilitas religius
personal, sementara Ali Jinnah, seorang modernis dengan didikan agama yang minimal, memilih jalan perjuangan
berdirinya negara slam yang terpisah hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan politik praktis. Abu A'la
Maududi berkesimpulan, selama berabad-abad slam telah dirusak oleh masuknya adat istiadat lokal dan masuknya
kultur asing yang mengaburkan ajaran sejatinya. Karenanya Maududi mengusulkan pembaharuan slam kepada
pemerintahan saat itu, namun tidak digubris. Hal ini mendorong Maududi mencari solusi sosio-politik menyeluruh
yang baru untuk melindungi kaum muslimin.



DAFTAR PUSTAKA


Khamene'i, Ali dkk. 2003, qbal Dalam Pandangan Pemikir Syi'ah. Jakarta : slamic Center Jakarta.

Nasution, Harun. 2003, Pembaharuan Dalam slam. Jakarta : PT Bulan Bintang.

Nasution, Harun. 1996, Pembaharuan Dalam slam. Jakarta : PT Bulan Bintang.

Noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/tokoh-tokoh-islam


Muzani, Syaiful.1995, slam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution. Bandung : Mizan.

Ensiklopedi slam. (PT. chtiar Baru Van Hoeve. Jakarta . 2003).

http://muhtarom84.blogspot.com/2009/12/pembaharuan-di-india-pakistan-sayyid.html

Anda mungkin juga menyukai