Pengertian bronkhitis Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktiI kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490). Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan Anatomi sistem pernaIasan Saluran pernaIasan bagian atas Rongga hidung Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasoIaring oleh gerakan silia. Hidung berIungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru paru. Faring Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasoIaring, oroIaring, dan laringoIaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestiI. Laring Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan Iaring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan naIas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Saluran pernaIasan bagian bawah. Trakhea Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraI dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berIungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Alveoli Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel sel yang aktiI secara metabolik, mensekresi surIactan, suatu IosIolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makroIag yang merupakan sel sel Iagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting. Fisiologi sistem pernaIasan PernaIasan mencakup 2 proses, yaitu : PernaIasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan. PernaIasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses Iisiologi pernaIasan dalam menjalankan Iungsinya mencakup 3 proses yaitu : Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosIir ke alveoli paru. DiIusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru. Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Etiologi Adalah 3 Iaktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, inIeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan Iaktor keturunan dan status sosial. Rokok Menurut buku Report oI the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernaIasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. InIeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan inIeksi virus yang kemudian menyebabkan inIeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus inIluenza dan streptococcus pneumonie. Polusi Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai Iaktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah Iaktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita deIisiensi alIa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesiI. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan Iaktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. Patofisiologi Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan inIiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktiI. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktiIitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disIungsional serta metaplasia. Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran naIas. Manifestasi klinis Keluhan Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada inIeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental. Sesak bila timbul inIeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap. Pemeriksaan fisik Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan Iisis. Hanya kadang kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda tanda overinIlasi paru seperti barrel chest, kiIosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara naIas dan suara jantung lemah, kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernaIasan tambahan. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan radiologis Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambah Pemeriksaan fungsi paru VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun. KV (kapasitas vital) : menurun (normal I 3,1 liter, I 4,8 liter). VR (volume residu) : bertambah (normal I 1,1 liter, I 1,2 liter). KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 4,2 liter, 6,0 liter). KRF (kapasitas residu Iungsional) : sedikit naik atau normal (normal I 1,8 liter, I 2,2 liter). Analisa gas darah Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg) Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg). Saturasi hemoglobin menurun. Eritropoesis bertambah. Penganganan Tindakan suportiI Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang : Menghindari merokok Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan. Nutrisi yang baik. Hidrasi yang adekuat. Terapi khusus (pengobatan). Bronchodilator Antimikroba Kortikosteroid Terapi pernaIasan Terapi aerosol Terapi oksigen Penyesuaian Iisik Latihan relaksasi Meditasi Menahan naIas Rehabilitasi Prognosis Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengkajian. Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis : Aktivitas/istirahat Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari. Ketidakmampuan untuk tidur. Dispnoe pada saat istirahat. Tanda : Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot. Sirkulasi Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan Irekuensi jantung/takikardia berat. Distensi vena leher. Edema dependent Bunyi jantung redup. Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi. Integritas Ego Gejala : Peningkatan Iaktor resiko Perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang. Makanan/cairan Gejala : Mual/muntah. NaIsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat. Penurunan berat badan, palpitasi abdomen Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan Tanda : Kebersihan buruk, bau badan. PernaIasan Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Episode batuk hilang timbul. Tanda : PernaIasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernaIasan Bentuk barel chest, gerakan diaIragma minimal. Bunyi naIas ronchi Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan. Keamanan Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/Iaktor lingkungan. Adanya/berulangnya inIeksi. Seksualitas Gejala : Penurunan libido Interaksi sosial Gejala : Hubungan ketergantungan Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat Penyakit lama/ketidakmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernaIasan Keterbatasan mobilitas Iisik. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain. Pemeriksaan diagnostik : Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinIlasi paru paru, mendatarnya diaIragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi. Tes Iungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disIungsi. TLC : Meningkat Volume residu : Meningkat. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya inIeksi, mengidentiIikasi patogen. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF. Diagnosa keperawatan Bersihan jalan naIas tidak eIektiI berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan naIas oleh sekresi, spasme bronchus. Pola naIas tidak eIektiI berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. Resiko tinggi terhadap inIeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis. Intoleran aktiIitas berhubungan dengan insuIisiensi ventilasi dan oksigenasi. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya inIormasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah. Perencanaan Keperawatan Bersihan jalan naIas tidak eIektiI berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Tujuan : Mempertahankan jalan naIas paten. Rencana Tindakan: Auskultasi bunyi naIas Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan naIas dan dapat dimaniIestasikan dengan adanya bunyi naIas. Kaji/pantau Irekuensi pernaIasan. Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses inIeksi akut. Dorong/bantu latihan naIas abdomen atau bibir Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara. Observasi karakteristik batuk Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak eIektiI, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan naIas oleh sekresi, spasme bronchus. Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernaIasan. Rencana Tindakan: Kaji Irekuensi, kedalaman pernaIasan. Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernaIasan dan kronisnya proses penyakit. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong naIas dalam. Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan naIas untuk menurunkan kolaps jalan naIas, dispenea dan kerja naIas. Auskultasi bunyi naIas. Rasional : Bunyi naIas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi Awasi tanda vital dan irama jantung Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan eIek hipoksemia sistemik pada Iungsi jantung. Awasi GDA Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia. Pola naIas tidak eIektiI berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. Tujuan : perbaikan dalam pola naIas. Rencana Tindakan: Ajarkan pasien pernaIasan diaIragmatik dan pernaIasan bibir Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernaIas lebih eIisien dan eIektiI. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernaIasan jika diharuskan Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernaIasan. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan. Rencana Tindakan: Kaji kebiasaan diet. Rasional : Pasien distress pernaIasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum. Auskultasi bunyi usus Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster. Berikan perawatan oral Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah. Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Konsul ahli gizi Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal. Resiko tinggi terhadap inIeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis. Tujuan : mengidentiIikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi Rencana Tindakan: Awasi suhu. Rasional : Demam dapat terjadi karena inIeksi atau dehidrasi. Observasi warna, bau sputum. Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya inIeksi. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum. Rasional : mencegah penyebaran patogen. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat. Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap inIeksi. Berikan anti mikroba sesuai indikasi Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentiIikasi dengan kultur. Intoleran aktiIitas berhubungan dengan insuIisiensi ventilasi dan oksigenasi. Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran Rencana tindakan: Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai. Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas. Rencana tindakan: Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat). Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya. Berikan dorongan emosional. Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan. Beri dorongan spiritual Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya inIormasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Intervensi : Jelaskan proses penyakit individu Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan. Instruksikan untuk latihan aIas, batuk eIektiI dan latihan kondisi umum. Rasional : NaIas bibir dan naIas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan naIas dan meningkatkan toleransi aktivitas Diskusikan Iaktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau. Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan naIas. Impelementasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan eIektiI maka perlu mengidentiIikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan naIas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan inIormasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan) Evaluasi. Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi merupakan proses yang interaktiI dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan naIas eIektiI, pola naIas eIektiI, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, inIeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan) Sumber: 1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta. 2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku PatoIisiologi, EGC, Jakarta, 2002. 3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta. 4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta. 5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta. 6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta. 7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, PatoIisiologi; Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, EGC, Jakarta. 8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan hLLp//harnawaLla[wordpresscom/2008/03/27/askepbronklLls/