Anda di halaman 1dari 9

ASKEP BRONKITIS

Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj


Pengertian bronkhitis
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktiI kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
Anatomi sistem pernaIasan
Saluran pernaIasan bagian atas
Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel sel goblet yang
melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasoIaring oleh gerakan
silia. Hidung berIungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru paru.
Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region ; nasoIaring, oroIaring, dan laringoIaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestiI.
Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan Iaring dan trakhea. Fungsi utamanya
adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan naIas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Saluran pernaIasan bagian bawah.
Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan
dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraI dan dapat menyebabkan bronkospasme
dan batuk yang kuat jika dirangsang.
Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan
lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berIungsi untuk mengeluarkan lendir dan
benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang
menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel alveolar, sel alveolar
tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel sel yang
aktiI secara metabolik, mensekresi surIactan, suatu IosIolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makroIag yang
merupakan sel sel Iagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
Fisiologi sistem pernaIasan
PernaIasan mencakup 2 proses, yaitu :
PernaIasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)
secara keseluruhan.
PernaIasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
Proses Iisiologi pernaIasan dalam menjalankan Iungsinya mencakup 3 proses yaitu :
Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosIir ke alveoli paru.
DiIusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
Etiologi
Adalah 3 Iaktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, inIeksi dari
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan Iaktor keturunan dan status sosial.
Rokok
Menurut buku Report oI the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernaIasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
InIeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan inIeksi virus yang kemudian
menyebabkan inIeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus inIluenza dan streptococcus pneumonie.
Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai Iaktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat
pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah Iaktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita deIisiensi alIa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesiI. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan Iaktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan inIiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk produktiI. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok
dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat
memperlambat aktiIitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat
sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disIungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar
yang sulit dikeluarkan dari saluran naIas.
Manifestasi klinis
Keluhan
Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang
hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada inIeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan
kental.
Sesak bila timbul inIeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda
tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pemeriksaan fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan Iisis. Hanya kadang kadang terdengar ronchi
pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu
ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda tanda overinIlasi
paru seperti barrel chest, kiIosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati
mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara naIas dan suara
jantung lemah, kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernaIasan tambahan.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju
apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah
Pemeriksaan fungsi paru
VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.
KV (kapasitas vital) : menurun (normal I 3,1 liter, I 4,8 liter).
VR (volume residu) : bertambah (normal I 1,1 liter, I 1,2 liter).
KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 4,2 liter, 6,0 liter).
KRF (kapasitas residu Iungsional) : sedikit naik atau normal (normal I 1,8 liter, I 2,2
liter).
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Penganganan
Tindakan suportiI
Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
Menghindari merokok
Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
Nutrisi yang baik.
Hidrasi yang adekuat.
Terapi khusus (pengobatan).
Bronchodilator
Antimikroba
Kortikosteroid
Terapi pernaIasan
Terapi aerosol
Terapi oksigen
Penyesuaian Iisik
Latihan relaksasi
Meditasi
Menahan naIas
Rehabilitasi
Prognosis
Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik
waktu berobat.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian.
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari.
Ketidakmampuan untuk tidur.
Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan Irekuensi jantung/takikardia berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
Integritas Ego
Gejala : Peningkatan Iaktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
NaIsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdomen
Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
PernaIasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut
turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : PernaIasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernaIasan
Bentuk barel chest, gerakan diaIragma minimal.
Bunyi naIas ronchi
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan.
Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/Iaktor lingkungan.
Adanya/berulangnya inIeksi.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernaIasan
Keterbatasan mobilitas Iisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Pemeriksaan diagnostik :
Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinIlasi paru paru, mendatarnya diaIragma,
peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
Tes Iungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan
derajat disIungsi.
TLC : Meningkat
Volume residu : Meningkat.
FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus
mukosa.
Sputum : Kultur untuk menentukan adanya inIeksi, mengidentiIikasi patogen.
EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.
Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan naIas tidak eIektiI berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan naIas oleh sekresi, spasme
bronchus.
Pola naIas tidak eIektiI berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
Resiko tinggi terhadap inIeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
Intoleran aktiIitas berhubungan dengan insuIisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya inIormasi tentang proses penyakit dan
perawatan dirumah.
Perencanaan Keperawatan
Bersihan jalan naIas tidak eIektiI berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan naIas paten.
Rencana Tindakan:
Auskultasi bunyi naIas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan naIas dan dapat
dimaniIestasikan dengan adanya bunyi naIas.
Kaji/pantau Irekuensi pernaIasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama /
adanya proses inIeksi akut.
Dorong/bantu latihan naIas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan
jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak eIektiI, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan naIas oleh sekresi, spasme
bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernaIasan.
Rencana Tindakan:
Kaji Irekuensi, kedalaman pernaIasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernaIasan dan kronisnya proses penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, dorong naIas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan naIas
untuk menurunkan kolaps jalan naIas, dispenea dan kerja naIas.
Auskultasi bunyi naIas.
Rasional : Bunyi naIas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan eIek
hipoksemia sistemik pada Iungsi jantung.
Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Pola naIas tidak eIektiI berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola naIas.
Rencana Tindakan:
Ajarkan pasien pernaIasan diaIragmatik dan pernaIasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernaIas lebih eIisien dan eIektiI.
Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernaIasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernaIasan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernaIasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan
muntah.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi
maksimal.
Resiko tinggi terhadap inIeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
Tujuan : mengidentiIikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena inIeksi atau dehidrasi.
Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya inIeksi.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah
terhadap inIeksi.
Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentiIikasi dengan kultur.
Intoleran aktiIitas berhubungan dengan insuIisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan
perlahan atau latihan yang sesuai.
Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan
selanjutnya.
Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan
penyakit yang dialami.
Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang
dirasakan
Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama
dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan
pada TYME atas kesembuhannya.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya inIormasi tentang proses penyakit
dan perawatan di rumah
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana
pengobatan.
Instruksikan untuk latihan aIas, batuk eIektiI dan latihan kondisi umum.
Rasional : NaIas bibir dan naIas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan naIas dan
meningkatkan toleransi aktivitas
Diskusikan Iaktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap
tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi
sekret jalan naIas.
Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
eIektiI maka perlu mengidentiIikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan
jalan naIas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan inIormasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
Evaluasi.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan
yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktiI dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,
respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan naIas eIektiI, pola naIas eIektiI, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat,
inIeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
Sumber:
1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ;
alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.
2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku PatoIisiologi, EGC, Jakarta, 2002.
3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica
Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI,
Jakarta.
6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.
7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, PatoIisiologi; Konsep Klinis Proses Proses Penyakit,
EGC, Jakarta.
8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
hLLp//harnawaLla[wordpresscom/2008/03/27/askepbronklLls/

Anda mungkin juga menyukai