Anda di halaman 1dari 4

Rambu dalam Perkawanan

Agar menjadi kawan yang disenangi, hiasi diri dengan ahklak karimah ( islami-manusiawi-berkesan)

~ Dan Aku tidak mengutusmu sebagai rahmat untuk semesta alam (QS Al-Anbiya107). ~ Ibnu Mas`ud RA meriwayatkan bahwa Rasulluulah SAW pernsh bersabda Mencari maki seorang muslim termasuk perbuatan fasik, membunuhnya termasuk kafir (HR.Muttafaq alaih). Setiap perjalanan ada petunjuknya. Setiap ada rambu yang mengaturnya. Dalam hubungan dengan manusia pun demikian. Kita tidak lepas dariadab dan tatakrama. Pembahasan ini kita sebut rambu berkawan dan bermasyarakat. Jadi jangan lalui ini atau hindari agar perkawanan kita menjadi bertahan lama, kokoh, berkesan dan barokah. Jika hal ini terus dijaga, maka dengan sendirinya kepercanyaan orang akan tumbuh semakin membesar kepada kita, seiring dengan nyamanya mereka berkawan dengan kita. Jika kedekatan sudah tak berjarak lagi, Insya Allah nasihat sederajat apapun, ajakan kebaikan dan larangan seiring apapun, akan dapat diterima. Jadi agar Da`wah dapat diterima, maka terlebih dahulu pribadi pembawa da`wah ini harus diterima oleh masyarakat. Sebelum mengajak umatnya untuk bersifat amanah, Rasullulah SAW sudah melaksanakan prinsip ini. Bahkan orang-orang arah jahiliyah sepakat memberikan gelar AlAmin (Dapat dipercaya)kepadanya. Jadi memang sebelum berda`wah, kepribadian Da`I harus diterima oleh maq`ul. Agar setiap pertemuan memliki kesan yang mendalam, perlu kiranya menghindari Halhal berikut: 1. Membicarakan politik, atau agama-madzab pada awal pertemuan. Ini Masalah yang sangat sensitif dan sangat pribadi. Umumnya orang menghindari perbincangan yang sangat prifat ini kesempatan awal kepada orang yang baru kenal. Ada baiknya lebih mengenal secara pribadi dulu sebelum esensi pekerjaan` Menasehati dan mengajak. Dan kalau pun membicarakan ini karena hubungan kita sudah dekat, maka tetap juga perhatikan lingkungan yang cocok dan kesempatan yang pas. Diangkot atau dibus yang banyak penumpNG Lin, mungkun kurang cocok karena orang lain merasa terganggu, tidak nyaman. Begitu juga disaat tak`ziyah, Alih-alih mencari perkawanan sebanyak banyaknya, kita malah khotbah dan kampanye. Mungkin berikutnya orang lain menghindari kita lantaran seolah tidak tauperasaan dan keadaan jiwa seseorang. Sekedar membangun empatikepada orang lain, bayingkan perasaan kita ketika dibis ada yang ngobrol dengan keras-keras, atau ada yang ngamen sementara kita sudah cerai dengan musik. Sebaiknya buatlah kesan menyenagkan secara personal pada pertemuan pertama: Pertemuan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda!

2. Mencela, baik yang kecil maupun yang besar-besar Hindari mencela dan melecehkan suatu suku,atau adat,atau sesuatu budaya masyarakat dalam obrolan dan ceramah. Apalagi di jadikan bahan lelucon yang menurut kita lucu tapi sesungguhnya sangat menyakitkan orang lain. tidak sedikit orang marah dan menjadi musuh bagi dakwah di masyarakat lantaran mereka tersinggung dengan lelucon bernuansa isarat, begitu juga dengan mencela, alih-alih ingin menunjukan siapa kita, malah berakibat negatip karena celaan kita lebih banyak menghadirkan musuh baru dari pada sekedar puasnya letupan emosi. sakit kepala ada obatnya, sakit hati hendak dari mana . 1. Mengkritik yang menyerang. Ini adalah senjata yang berbahaya bagi suatu pergaulan masyarakat. Sebaiknya dihindari atau tidak usah gunakan dalam hubungan pribadi. Alih alih mendapat keuntungan, malah ini dapat membunuh hubungan DaI mada pada awal awal bunga akan merekah. Mungkin yang lebih tepat adalah meluruskan kesalahan orang dengan tanpa menyakiti orangnya. Dan watak pengkritik adalah senantiasa mencari kesalahan. Jika pengkritik ada dalam media atau majelis pertemuannya, maka akibat yang ditanggung adalah lawan bicara atau pendengar akan berdiam diri. Takut atau cemas dengan apa yang akan dikatakannya. Kalaupun mau pakai, letakkan kritik diantara dua pujian. 2. Tidak setuju seketika Memang tidak enak ada orang dihadapan kita menyampaikan sesuatu yang tidak tepat, sok tahu dan merasa paling benar. Celakanya lagi ia terkesan tidak mengerti masalah yang ada. Tapi haruskah ketidak setujuan itu kita munculkan, ketika pada saat yang sama tunas kesalingpercayaan baru ditumbuhkan?. Memang ada saatnya kita berbicara tegas dan lugas. Dan siapkanlah waktunya yang tepat. Tentu saja bukan berarti kita membiarkan kesalahan orang. Ini bukanlah watak dai. Tapi kita betul betul diajari oleh Rasullulah agar berbicara dengan seseorang setelah kita mengetahui bahasa apa yang tepat untuknya. Kata orang tua bijak, segala sesuatu ada waktunya, segala sesuatu ada caranya. 3. Berdebat, atau mendebat pembicaraan Berdebat adalah selalu menempatkan masing masing pihak pada siapa yang kalah dan siapa yang menang. Sejujurnya cara berdebat ini sulit untuk diterapkan atau dilakukan dalam Dawah kepada masyarakat. Dengan kekhawatiran kalah dan keinginan yang kuat untuk memukul pembicaraan orang lain, menyebabkan sulitnya memunculkan belas kasih dan cinta kepada obyek dawah kita ; yaitu masyarakat dan orang lain. Bukankah dasar obyek dawah adalah rasa sayang dan cinta ? Ad ad watu hubbun. Cara terbaik memperoleh manfaat dari berdebat adalah meninggalkan debat itu sendiri. siapa yang membantu membebaskan manusia di sunia, kelak Allah akan bebaskan kesulitan di akhirat

Untuk diingat Berikut dibawh ini ada keadaan yang setiap orang inginkan (hingga kita seorang dai sekalipun). Artinya setiap kita dalam kondisi yang biasa sekalipun kita menginginkan untuk dimengerti oleh orang lain, ingin masyarakat dan orang lain empati pada kita, ingin kita dibantu oleh orang lain, ingin orang jangan saklek memperlakukan kita dst. Tapi karena semangat dan mungkin juga ada nafsu, kita tuntut masyarakat dan orang lain untuk selalu dibebani oleh tuntutan berat yang bobotnya sesuai untuk kita tapi belum waktunya bagi pemula pembelajar islam, memberikan perlakuan dan training yang melelahkan ( seperti qiyamu lain yang lama bagi masyarakat yang sangat awam dan baru ), mencela keburukannya tapi tidak memuji kelebihan yang ada pada masyarakat, dll. Bayangkan sekali lagi, ketika kita terlamnat hadir lq. Kita inginkan mereka mengerti tentang kita. Tapi apakah kita berupaya mengerti dan khusnu dzon bagi masyarakat yang terlambat atau mungkin datang ceramah yasinan? Kata kunci untuk diingat ! 1. Lentur VS Saklek 2. Memuji VS Mencela 3. Mengerti VS Mengkritik, menyerang 4. Empati VS memaksa 5. membantu VS membebani 6. memudahkan VS memberatkan Beberapa hadits yang membimbing kita dalam pergaulan masyarakat. 1. Dari Ibnu Masud ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang diharamkan masuk neraka? Atau siapakan orangnya yang nereka diharamkan untuk membakarnya? Neraka diharamkan pada setiap orang yang mendekatkan diri kepada Allah, yang bersikap lemah lembut, lunak dan suka mempermudah (HR. Tarmidzi). Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata, Rasulullah bersabda kepada Abdul Qois yang terluka : Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua sifat yang disukai Allah, yaitu santun dan sabar (HR. Muslim) Dari Aisyah ra. Ia berkata, Rasulullah bersabda, sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemah lembutan dalam segala hal (HR. Bukhari Muslim). Dari Aisyah ra. Ia berkata, Rasulullah bersabda, sesungguhnya Allah Maha lembut dan menyukai kelemah lembutan. Allah memberi karena kelembutan sesuatu, yang ia tidak berikan karena kekerasan, dan tidak diberikan Nya karena yang lain (HR. Muslim). Dari Aisyah ra, Nabi SAW bersabda , sesungguhnya bersikap lemah lembut dalam sesuatu, berarti memperindahnya dan tidak adanya sikap lemah lembut dalam sesuatu berarti menjeleknya (HR. Muslim). Dari Jarir bin Abdullah ra, ia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: siapa saja yang terhalang untuk bersikap lemah lembut, berarti ia terhalang untuk berbuat berbagi macam kebaikan(HR. Muslim). Dari Aisyah ra. Ia berkata, Apabila Rasulullah saw disuruh untuk memilih dua hal. Beliau pasti memilih yang lebih mudah, selama tidak berdosa. Seandainya yang mudah itu berdosa, beliau pasti menjauhinya. Dan Rasulullah saw tidak pernah menuntut balas untuk dirinya, kecuali sesuatu yang diharamkan Allah dilanggarnya, maka beliau menuntut balas karena Allah Taala (HR. Bukhari Muslim). dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW, beliau bersabda, permudahlah dan jangan kalian mempersulit, gembirakan dan jangan menakut nakuti ( HP . Bukhari Muslim )

2. 3. 4. 5. 6. 7.

8.

siapa yang membantu membebaskan manusia di sunia, kelak Allah akan bebaskan kesulitan di akhirat

Anda mungkin juga menyukai