Anda di halaman 1dari 12

Karena cara ibadah haji yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As.

telah
dirubah oleh bangsa arab, maka Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk
memperbaharui agama Nabi ibrahim, antara lain tentang tata cara ibadah haji
tersebut. Hal ini diterangkan Allah dalam al-Quran:


Katakanlah . sesungguhnya aku telah ditunfuki oleh Tuhanku kepada falan yang
lurus, (yaitu) agama yang benar agama Ibrahim yang lurus dan Ibrahim itu
bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik` (Q.S. Al-Anam 6 . 161).




Dia sekali-kali tidak menfadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan
(ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-quran) ini .`
(Q.S Al-Haff/ 22.P 78).
Demikian pula pelaksanaan haji. seperti sa`i (melakukan lari-larian kecil
antara dua buah bukit, SyaIa dan Marwah) merupakan pelestarian peristiwa Siti
Hajar dahulu kala ketika ditinggal besama anaknya (Ismail) yang masih bayi oleh
suaminya (Ibrahim) di padang tandus Bakkah berlari-lari kecil antara ShaIa da
Marwah dalam rangka mencari air. Selanjutnya pelaksanaan pelemparan fumrah,
juga merupakan pelestarian perbuatan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar
yang tidak tergoda oleh bujukan godaan syaitan.

C. Syarat-syarat Ibadah Haji
Ibadab haji diwajibkan bagi:
1. rang Islam, tidak wajib orang kaIir melakukan ibadah haji, bahkan tidak sah
hajinya.
2. erakal sehat, tidak wajib haji atas orang gila dan orang-orang bodoh.
. aligh (ulama Ilqh mengemukakan batas umur baligh lebih kurang 5 tahun
atau dengan tanda-tanda lain), tidak wajib atas anak-anak, namun jika anak-
anak di bawah umur melakukan ibadah haji, hajinya dianggap sah.
4. erdeka, tidak wajib haji atas orang-orang yang tidak kuasa.
Selanjutnya, pengertian kuasa ada dua macam.
1. Kuasa mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa syarat berikut:
a. Mempunyai bekal (belanja) yang cukup untuk pergi ke Mekkah dan untuk
pulang (kembali) ke kampung halaman.
b. Ada kendaraan, atau alat transportasi yang dapat mencapai tujuan
pelaksanaan ibadah haji
c. Aman di dalam perjaianan (selamat menempuh perjaanan)
d. Bagi perempuan hendaklah berjalan bersama- sama muhrimnya, atau
bersama-sama dengan orang lain (rombongan) yang dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Kuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh yang bersangkutan,
tetapi dengan jalan mengganti dengan orang lain. Misalnya karena sakit, atau
bahkan meninggal dunia. Apabila ongkos perjalanannya telah disiapkan.
maka dapat mencarikan orang dengan car mengongkosinya untuk
menghajikanna.
D. Rukun dan Wajib Haji
Ada sesuatu yang unik dalam peaksanaan ibadah haji di banding dengan
ibadah-ibadah yang lain, di mana antara rukun dan wajib biasanya menyatu. tidak
dibedakan antara satu dengan yang lain. Namun, dalam ibadah haji ada perbedaan
yang prinsip antara rukun haji dengan wajib haji.
Secara istilah, rukun haji adalah sesuatu perbuatan yang harus dikerjakan
yang tidak boleh digantikan oleh sesuatupun, jika tertinggal, menimbulkan tidak
sah hajinya. Sedangkan wajib haji ialah sesuatu yang harus dikerjakaan namun
bila tertinggal karena sesuatu hal. boleh diganti dengan darn (denda sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan).


#ukun hafi ada enam, yaitu:
1. Ihram
lhram, ialah beniat mulai mengerjakan haji atau umrah, dengan memakai
pakaian ihram (warna putih), bagi laki-laki tidak berjahit, namun bagi wanita
boleh berjahit.
2. WuquI di AraIah
WuquI, ialah berhenti (hadir) di padang AraIah pada waktu yang ditentukan,
yaitu mulai dan tergelincir matahari (waktu zhuhur) tanggal 9 Dzulhijjah
sampai terbit Iajar tanggal 10 Dzulhijjah. Artinya, orang yang sedang
mengerjakan haji itu wajib berada di padang AraIah pada antara waktu
tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:



Dari Abd ar-#ahmian bin Ya man, bahwasanya orang-orang Nefd relah darang
kepaaa #asulullah SAW sewaktu beliou sedang wuquf di Arafah. ereka
bertanya kepada beliau, maka beliau terus menyuruh orang supaya
mengumumkan. Hafi itu Arafah. Artinya, yang terpenting urusan hafi ialah hadir
di Arafah. arangsiapa yang datang pada malam sepuluh sebelum terbit fafar,
sesungguhnya ia telah mendapat wahyu yang sah (HR. Lima Ah i I-(adits).
Berdasarkan hadits tersebut, suatu hal yang mesti diketahui oleh setiap
jama`ah haji, bahwasanya kehadiran di padang AraIah pada waktu-waktu yang
telah ditentukan itu penting, karena inti haji adalah AraIah. (Pelaksanaan ibadab
umrah tidak melakukan wuquI di AraIah).
. %hawaI
%hawaI, ialah mengelilingi Ka`bah sebanyak tujuh kali, %hawaI rukun ini
dinamakan Thawaf ifadhah. Cara melakukan thawaI ialah: Pertama, harus suci
dari hadats dan najis. Kedua, menutup aurat. Ketiga, Ka`bah
berada di sebelah kiri orang yang thawaI. Keempat, memulai thawaI dan Hafar al-
Aswad (batu hitam) yang ada di salah satu sudut Ka`bah, yang dinamakan Rukun
Yarnani, dengan cara menyapunya (kalau dapat. bahkan boleh menciumnya,
namun kalau tidak dapat cukup dengan melambaikan tangan sewaktu berada di
arah Haar aI-Aswad tersebut). Kelima, thawaI dilalakukan tujuh kali (dan Hajar
aI-Aswad ke Hajar as-wad terhitung satu kali). Keenain. melakukan thawaI
hendaknya berada di dalam masjid al-haram. Ketujuh sewaktu thawaI menbaca:



'maha suci Allah, dan segala pufi baginya dan Tiada Tuhan melainkan
Allah. Allah maha besar dan tiada daya serta kekuatan dar Allah.
4. Sa`i
Sai ialah berlari-lari kecil di atas bukit Shafa dan arwah sebanyak tujuh kali,
dimulai dari SaIa dan di akhiri di Marwah
5. %ahallul
%ahallul, ialah penghalalan atas beberapa larangan dalam ibadah haji
dengan cara mengguting rambut minimal tiga helai.
6. %ertib
%ertib yang dimaksud ialah menertibkan rukun yang dahulu didahulukan, yang
kemudiankan, seperti melakukan thawaI Iebih didahulukan daripada melakukan
sa` i .
Wafib hafi ada tujuh, yakni:
1. Ihram dan miqat
Miqat ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqal makani. Miqat
zamani, ialah waktu berniat haji, yakni sejak awal bulan Syawwal sampai terbit
Iajar tanggal 1 0 Dzulhijjah. Miqat makani, ialah tempat-tempat yang telah
ditentukan untuk melakukan ihram, seperti:, Yalamlam, DzulhulaiIah, JuhIah,
Qarn aI-Manazil, Dzatu Irqin, Birr Ali Jeddah, dll.
2. Bermalam di MuzdaliIah
Yang dimaksud dengan bermalam di MuzdaliIah (mabit di MuzdaliIah)
adalah setelah melakukan wuquI di AraIah, para jama`ah melakukan perjalanan
menuju MuzdaliIah, dan malam itu (malam 10 Dzulhijjah) hendaknya bermalam
di MuzdaiiIah. jangan melanjutkan perjalanan (karena yang melanjutkan
perjalanan dikenakan dam/ denda). Yang dilakukan di MuzdaliIah di waktu
malam itu ialah mencari/ mengambil batu-batu kerikil dengan mengunakan lentera
atau lampu senter untuk melontar jumrah di Mina.
. Melontar Jumrah al-Aqabah
Melontar jumroh melakukan pelontaran yakni melempar suatu jumrah
yang dinamai Jumrah al-aqobah sebanyak tujuh lontaran batu kerikil. Pelontaran
terhadap Junirah al-Aqabah ini dilakukan pada tanggal 10 Dzuihljjah yakni di
hari Raya 1 haji (Hari Raya Idul Adha).

4. Melontar %iga Jumrah
Ketiga jumrah dilontar masing-masing dengan tujuh buah batu kerikil, yang
dilakukan pada tasyriq tanggal 11, 12 dan 1 Dzulhijah. Pelontaran terhadap
ketiga jumrah itu hendaknya berurutan, mulai Jumrah a-Ula, kemudian Jumrah al
wushthai, dan terakhir fumroh al-aqobah.
5. Bermalam di Mina
Yakni menginap di Mina selama tiga hari (yaitu di hari-hari tasyriq),
tempat di mana terletak ketiga jumrah. Jarak. Jaraak Mina dengan Mekkah sekitar
5 km.
Rasulullah SAW hersabda;

'Dari Aisyah Nabi SAW telah tinggal di ina selama hari Tasyriq, beliau
melontar fumrah apabila matahari telah cenderung ke sebelah arat, tiap-tiap
fumrah dilontar dengan tufuh batu kerikil (HR. Ahmad dan Abu Dwud).
6. %hawaI Wada`
Yaitu mengelilingi Ka`bah sebanyak tujub kali, sebagaimana cara melakukan
%hawaI IIadhah. %hawaI Wada ini adalah thawaI perpisahan sebagai bentuk
perpisahan (terakhir) melakukan badah haji. (Setelah itu para jama`ah haji
melakukan tahallul kedua, yang merupakan pembebasan atas seluruh larangan
7. Meninggalkan larangan haji
Yakni menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan (muharramat)
dalam pelaksanaan ibadah haji.

. Larangan dan Sunnah Haji
Beberapa larangan dan bentuk denda karena melanggar larangan tersebut adalah
sbb:
Memakai pakaian yang berjahit (bagi kaum pria)
Menutup kepala (bagi kaum pria)
Menutup muka dan telapak tangan (bagi perempuan)
Memakai wangi-wangian setelah ihram (baik laki-laki maupun perempuan)
Menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain
Memotong kuku
%erhadap pelanggaran atas keenam larangan haji di atas dikenakan denda
masing-masing dengan memilih alternatiI di antara tiga hal, yaitu:
menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban, atau puasa tiga hari,
atau bersedekah tiga gantang (9, liter) makanan kepada enam orang miskin.
Hal ni berdasarkan Iirman Allah SW%:





.. barangsiapa di antara kamu yang sakit atau sakit di kepalanya, hendaklah
membayar fidyah yaitu puasa, bersedekah, atau menyembelih seekor kambing ...
(QS. a1-Baarah/2: 196).

Ketika seseorang mengadu kepada Rasulullah bahwa kepalanya sakit (sewaktu
beribadah haji),
Rasulullah SAW bersabda:



'Cukurlah rambutmu itu dan sembelihlah seekor kambingkalau tidak puasalah
riga hari, atau bersedekah tiga gantang tamar kepada enam orang miskin` (I-JR.
Ahmad dan Muslim).
7. Mengaqadkan nikah (kawin, mengawinkan, atau menjadi wakil dalam aqad
perkawinan). Melakukan ruju` tidak temasuk larangan haji. Bagi orang yang
melanggar, maka hajinya tidak sah, dan harus mengulang tahun depan.
8. Bersetubuh. Orang yang melanggar larangan haji tersehut tidak sah hajinya dan
harus menyembelih seekor kambing (menurut dalil yang terkuat).
9. Berburu dan membunuh binatang daratan yang liar dan halal dimakan. Bagi
peIangar larangan haji ini wajib menggantikan yang senilai dengan binatang yang
diburu, dihunuhnya, atau membayar dengan harga yang senilai dengan binatang
yang diburu/dibunuhnya tersebut kemudian dibelikannya makanan untuk orang-
orang miskin. atau berpuasa sebanyak harga binatang tadi, tiap-tiap seperempat
gantang makanan berpuasa saw hari.
Sedangkan beberapa sunnah hafi adalah sbb:
1. Melakukan haji IIrad (akan diterangkan kemudian pada macam-macam cara
pelaksanaan haji).
2. Membaca do`a talbiyah (bagi Iaki-laki dengan suara yang keras, bagi
perempuan sekedar didengar oleh dirinya sendiri), bacaannya sebagai berikut:



Ya Allah, alat memenuhi panggilan-u. Tiada sekutu bagi-u, ya Allah aku
memenuhi panggilanu. Sesungguhnya segala pufi bagi-u dan nikmat
adalah dari-u, Engkaulah yang menguasai segala sesuatu, tiada sekutu
bagi-u
. Berdo`a setelah membaca talbiyah, yakni dengan meminta keridhoan Allah,
supaya diberi surga dan meminta perlindungan kepada-Nya dan siksa api
neraka.
4. Membaca dzikir sewaktu thawaI (sewaktu di antara di Rukun Yamani dan
Hajar Aswad), dzikir rosululloh SAW ialah membaca do`a sapujagat:


Ya Allah, berilah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat,
serta peliharalah kami dan siksa api neraka.
5. Shalat dua rakaat sesudah thawaI
6. Memasuki Ka`bah.
Sabda Rasulullah SAW:
'dari Ibnu Abbas, bahwasannya Nabi SAW telah bersabda. arang siapa
yang masuk ke aitullah (Kabah) ia telah masuk ke dalam kebaikan serta ia
keluar mendapat ampunan ' *H# Al-aihaqy).
. Macam-macam Cara Pelaksanaan Ibadab Haji
Ada tiga macam cara melaksanakan haji. yakni:
1. Hafi Ifrad, ialah mendahulukan pelaksanaan ibadah haji kemudian
menggerakan ibadah umroh. Cara pelaksanaan ibadah haji ini lebih baik
daripada cara ibadah haji yang dua lainnya. Pelaksanaan cara ini dihukumkan
sunnah, dan tidak terkena dam/denda. (Hanya cara melaksanakannya
membutuhkan waktu dan tenaga, yaitu menyelesaikan lebih dahulu pekerfaan
hafi, baru melakukan ibadah umrah)
2. Hafi Qiran, ialah mengerjakan ibadah haji dan umroh secara berbarengan
(serentak). Pelaksanaan cara ini dikenakan dam/denda dengan menyembelih
seekor kambing yang sah untuk qurban, kalau tidak sanggup berpuasa
sepuluh hari (tiga hari sewaktu masih melakukan ihram sampai hari raya haji,
tujuh hari bisa dilakukan bila sampai di negerinya masing masing).
. Hafi Tamattu, yaitu mendahulukan melakukan ibadah umrah daripada ibadah
haji (di waktu musim haji). Cara pelaksanaan ibadah haji inipun dikenakan
dam/denda sama halnya dengan cara yang kedua,
Firman Allah SW%:


aran sviapa yang bersenang-senang denganmendahulukan umrah sebelum
hafi, maka hendaknya ia membayar hadiah yang mudah (memotong
kambing). barangsiapa tidak memperoleh kambing, hendaklah ia berpuasa
liga hari di waktu hafi, dan tufuh hari apabila ia sudah kembali (pulang) ke
negerinya yang demikian itu genaplah sepuluh hari. (QS. aI-Baqarah/2: 196).
G. Kandungan eksoteris dalam Ibadah Haji
Hikmah yang terkandung dalam ibadah haji sangatlah luas, karena ibadah
haji adalah ibadah paling paripurna, dan in termasuk jenis ibadah ruhaniah-
fasnianIah-maliyah.
Pertama dilihat dari segi historis-geografis, ibadah haji mengandung
pelajaran menghargai jasa-jasa pendahulu, di mana Rasulullah SAW menghargai
jasa-jasa perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta Siti Hajar sebagai kakek
dan nenek moyangnya, yang telah mendirikan rumah ibadah pertama di muka
bumi ini bagi manusia. Perjuangan berat ketiga pendahulunya itu dilestarikan
bukan dalam bentuk prasasti atau peninggalan-peninggalan berbentuk Iisik,
namun dengan menapaktilasi perjalanan para pendahulunya diwujudkan dengan
perilaku perbuatan, sehingga orang yang menunaikan ibadah haji dapat merasakan
langsung.
Perjuangan berat dalam menunaikan ibadah haji. Bahkan dalam beberapa
hadits dikemukakan, bahwa pelaksanaan ibadah haji adalah sebagal bentuk fihad
Iisabilillah, Di samping itu, dalam melaksanakan ibadah haji dapat secara
langsung melihat dan merasakan medan perjuangan Nabi SAW beserta kaum
musilmin dahulu dalam menegakkan agama Allah merupakan medan yang berat,
yang terdiri dan luasnya padang pasir yang kering dan tandus. Dengan demikian,
akan dapat memotivasi setiap bentuk amaliah ibadah seberat apapun, hendaknya
dilakukan dengan tabah dan penuh kesabaran, serta selalu penuh harap mendapat
pertolongan %uhan.
Kedua secara sosiologis, bagi para jama`ah haji akan merasakan dan mengalami
suasana percarapurbauran beragam budaya dan berbagal penjuru dunia, balk dan
segi bahasa, wataklperangai/perilaku, maupun warna kuRt, dapat menyatu dalam
satu langkah dalam beribadah menuju keridhaan Illahi Rabbi. Pantas saja, bahwa
Kabah dilambangkan sebagai pemersatu dunia. Banyak orang juga menyebutkan
bahwa pelaksanaan ibadah haji merupakan kongres dunia, Dengan demikian,
orang yang telah berhaji adalah orang yang telah memiliki pengalaman tingkat
dunia, telah memiliki wawasan yang luas, karena telah melihat berbagai macam
corak kebudayaan dunia luar. Pantaslah para hujjaj dijuluki orang-orang yang
terkemuka, alim, dan pemimpin yang adil.
Di samping itu, dalam melaksanakan ibadah haji menggunakan pakaian
yang sama, berwarna putih dan tidak berjahit, di mana menunjukkan perlambang
persamaan harkat dan martabat manusia, tidak ada yang lebih tinggi antara yang
satu dengan lainnya, kecuali karena taqwanya semata kepada Allah SW%. Pakaian
yang dikenakan sewaktu ibadah haji adalah warna pakaian yang akan
dikenakannya sewaktu ia mengakhiri hidupnya di dunia ini (sebagaimana kain
kaIan yang berwarna putih), akan dapat mengingatkan bahwa manusia hakikatnya
akan mengakhiri hidupnya di dunia yang Iana ini, manakala menghadap Allah
kelak, atribut apapun yang disandangnya di dunia ini akan ditanggalkan. Hanya
ketaqwaan yang akan diperhitungkan di hadapan Allah.
Ketiga secara poedagogis, ibadah haji dapat mendidik manusia untuk
meningkatkan amal perbuatan kepada yang lebih baik dan menuju suatu
kesempurnaan (walaupun manusia tidak akan ada yang sempurna). Dengan
melakukan ibadah haji dapat mengambil itibar (pelajaran) atas berbagai
pengalaman yang ditekuninya untuk selalu melakukan introspeksi dan evaluasi
diri, sehingga dirinya tidak merasa sebagai orang terbaik, karena ternyata
kebaikan yang ada pada dirinya juga didapatkan pada orang lain, bahkan mungkin
terasa bahwa orang lain itu lebih baik dan dirinya. Oleh karenanya, dengan ibadah
haji akan memunculkan suatu siIat utama dengan selalu menghargai orang lain
dan mencintainya, sebagaimana menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Pada
dirinya akan tertanam suatu siIat yang
akan memunculkan sikap saling harga-menghargai yang pada akhimya akan
tercipta suasana penuh kedamaian bersama. Ibadah haji yang dilaksanakan dengan
penuh ikhlas karena Allah akan memberikan makna penyucian diri secara
maksimal, yang dapat diibaratkan seperti bayi yang haru saja didilahirkan,
sebagaimana hadits Rasul berikut ini:

Anda mungkin juga menyukai