Anda di halaman 1dari 8

Meningkatkan Kualitas dan Mutu Pelayanan Keperawatan Dengan Electronic Health Record, Sebuah Tantangan Di Era Globalisasi Informasi

Oleh: Irma Herliana NPM: 0906504801

Abstrak Era globalisasi dan era informasi telah masuk ke seluruh penjuru dunia, termasuk Negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam negara kita, tidak terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan. Salah satu sistem teknologi dan informasi kesehatan yang sedang berkembang adalah sistem penyimpanan data kesehatan elektronik atau dalam bahasa inggris dikenal dengan Electronic Health Record. Sistem penyimpanan data kesehatan elektronik ini berisi tentang demografi pasien, catatan kemajuan, masalah kesehatan, obat-obatan yang digunakan, tanda-tanda vital, riwayat medis masa lalu, catatan imunitasasi, data laboratorium, dan laporan radiologi. Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit dan sarana kesehatan lain sangat bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit atau sarana kesehatan tersebut. Sistem penyimpanan data kesehatan elektronik pasien di luar negeri sudah sangat berkembang pesat namun pemakaiannya pada beberapa negara masih rendah, termasuk di Indonesia. Berbagai macam kendala yang dianggap sering muncul adalah kuantitas dan kualitas SDM sampai kuantitas dan kualitas komputer sebagai alat perekamPenggunaan catatan kesehatan elektronik ini sampai saat ini masih terbatas pada rumah sakit swasta besar dan rumah sakit pendidikan, sedangkan pada beberapa rumah sakit daerah masih belum memanfaatkan teknologi ini. Kata kunci: electronic health record, kualitas atau mutu pelayanan I. Latar Belakang

Era globalisasi dan era informasi telah masuk ke seluruh penjuru dunia, termasuk Negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam negara kita, tidak terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan. Era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Salah satu sistem teknologi dan informasi kesehatan yang sedang berkembang adalah sistem penyimpanan data kesehatan elektronik atau dalam bahasa inggris dikenal dengan Electronic Health Record. Sistem penyimpanan data kesehatan elektronik ini berisi tentang demografi pasien, catatan kemajuan, masalah kesehatan, obat-obatan yang digunakan, tanda-tanda vital, riwayat medis masa lalu, catatan imunitasasi, data laboratorium, dan laporan radiologi. Sistem penyimpanan data kesehatan elektronik ini mengotomatiskan dan merampingkan alur kerja para klinisi, efektif dan efisien. Sistem penyimpanan data kesehatan elektronik masuk dalam rumpun Health Information Technology (HIT),memiliki andil yang sangat besar dalam meningkatkan keamanan, keefektifan dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan. Hampir 80%
1

medical error dapat dihindari dengan penyimpanan data elektronik (Simpson, 2003). Electronic Health Record ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan catatan lengkap tentang pertemuan pasien, serta mendukung kegiatan perawatan lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung. Karena Electronic Health Record ini memerlukan perangkat elektronik maka penggunanya dituntut untuk mahir dalam mengoperasikan komputer beserta softwarenya. Sistem penyimpanan data kesehatan elektronik pasien di luar negeri sudah sangat berkembang pesat namun pemakaiannya pada beberapa negara masih rendah, termasuk di Indonesia. Berbagai macam kendala yang dianggap sering muncul adalah kuantitas dan kualitas SDM sampai kuantitas dan kualitas komputer sebagai alat perekam. Padahal apabila dilihat dari urgensi dan kepentingannya, maka sistem pencatatan kesehatan elektronik ini sangatlah berpengaruh pada kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit atau di sarana kesehatan lainnya. Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit dan sarana kesehatan lain sangat bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit atau sarana kesehatan tersebut. Deese & Stein (2004) melaporkan adanya pengurangan waktu 50% dari dalam hal penemuan data bila dibandingkan dengan cara konvensional. Sistem penyimpanan data elektronik dapat mengurangi 1,5 jam waktu per perawat dalam 12 jam. Penyimpnan data elektronik mengurangi kasus kematian dan injury pada pasien karena perawat memiliki waktu lebih banyak bersama pasien. Penggunaan catatan kesehatan elektronik ini sampai saat ini masih terbatas pada rumah sakit swasta besar dan rumah sakit pendidikan, sedangkan pada beberapa rumah sakit daerah masih belum memanfaatkan teknologi ini padahal akan berpengaruh pada kualitas dan mutu pelayanannya. II. II.1. Kajian Literatur Definisi Electronic Health Record Menurut HIMSS (Health Management Information Systems Societys), yang dimaksud dengan Electronic Health Record adalah" catatan elektronik panjang berisikan informasi kesehatan pasien yang dihasilkan oleh satu atau lebih pertemuan dalam pengaturan pemberian perawatan. Termasuk dalam informasi ini adalah demografi pasien, catatan kemajuan, masalah kesehatan, pemakaian obat, tanda vital, riwayat medis masa lalu, data imunisasi, data laboratorium, dan laporan radiologi. Electronic Health Record ini mengotomatiskan dan merampingkan alur kerja klinisi. Electronic Health Record memiliki kemampuan untuk menghasilkan catatan lengkap tentang pertemuan klinis pasien, serta mendukung kegiatan perawatan lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung melalui tatap muka, termasuk dukungan keputusan berbasis fakta,

manajemen mutu, dan hasil pelaporan " Hoerbst & Ammenwerth (http://mhcc.maryland.gov, diakses tanggal 29 Oktober 2010). Penting untuk dicatat bahwa suatu Electronic Health Record dihasilkan dan dipelihara pemakaiannya oleh sebuah instansi, seperti rumah sakit, klinik dokter, atau Puskesmas. Sebuah Electronic Health Record bukanlah rekaman panjang dari semua perawatan yang diberikan kepada pasien di semua tempat dari waktu ke waktu. Catatan panjang pasien dapat disimpan dalam sistem kesehatan nasional atau informasi yang sifatnya regional.

Gbr.1 Tampilan electronic health record II.2 Sejarah Electronic Health Record Hoerbst & Ammenwerth (http://mhcc.maryland.gov, diakses tanggal 29 Oktober 2010) mengungkapkan rekam medis pertama kali diketahui dikembangkan oleh Hippocrates, pada abad kelima SM. Rekam medik ini memiliki dua tujuan: II.2.1 II.2.2 Sebuah catatan medis harus secara akurat mencerminkan perjalanan penyakit. Sebuah catatan medis harus menunjukkan kemungkinan penyebab penyakit.

Tujuan ini masih sesuai, tapi system penyimpanan data kesehatan ini juga dapat memiliki fungsi tambahan, seperti tanda untuk melakukan interaksi dengan dokter, alur pencatatan yang bersifat interaktif, dan set urutan yang disesuaikan, yang semuanya tidak dapat dilakukan dilakukan dengan sistem berbasis kertas. Electronic Health Record pertama muncul pada tahun1960-an. Electronic Health Record pada awalnya ada beberapa proyek yang terkenal, diantaranya: A. COSTAR ( The Computer Stored Ambulatory Record), Barnett, et al., dikembangkan Harvard, ditempatkan dalam domain publik di tahun 1975 dan dilaksanakan di ratusan situs di seluruh dunia.

B. HELP (Health Evaluation through Logical Processing), Warner, et al, yang dikembangkan di Rumah Sakit Latter-Day Saints di University of Utah (dipasarkan oleh Perusahaan 3M). C. TMR (The Medical Record), Stead dan Hammond, Duke University Medical Center. D. THERESA, Walker, di Grady Memorial Hospital, Emory University, terkenal karena keberhasilannya dalam mendorong entry data dokter secara langsung. E. CHCS (Composite Health Care System), Departemen Pertahanan (DoD) sistem pencatatan perawatan klinis pasien digunakan di seluruh dunia. F. DHCP (De-Centralized Hospital Computer Program), yang dikembangkan oleh Administrasi Veteran dan digunakan secara nasional. G. TDS, yang dikembangkan oleh Lockheed pada tahun 1960 dan 1970-an. Proyek-proyek awal memiliki masalah yang signifikan dalam hal teknis dan program, termasuk kosakata dan interface sistem yang tidak terstandar dan tetap menjadi tantangan dalam implementasi saat ini. Tapi mereka telah membuka jalan, dan banyak ide-ide yang mereka rintis masih dipergunakan sampai sekarang. II.3. Komponen utama Electronic Health Record: Electronic Health Record sebagian besar dirancang untuk menggabungkan data dari layanan pendukung besar, seperti farmasi, laboratorium, dan radiologi, dengan berbagai komponen perawatan klinis (seperti rencana perawatan, catatan administrasi pengobatan, dan instruksi dokter).

Gbr.2 Electronic health record-concept overview

II.3.1 Komponen Sistem Administrasi Pendaftaran, penerimaan, pemasukan, dan transfer (Registration, Admission, Discharge and Transfer) data adalah komponen kunci dari Electronic Health Record. Data-data ini mencakup informasi penting untuk identifikasi pasien dan penilaian yang akurat, tetapi tidak harus terbatas pada, nama, demografi, keluarga terdekat, informasi tempat bekerja, keluhan utama, disposisi pasien, dll. Bagian pendaftaran dalam Electronic Health Record berisikan pengenal unik pasien, biasanya terdiri dari urutan numerik atau alfanumerik yang dapat diidentifikasikan di luar organisasi atau institusi yang melayani. Data RADT memungkinkan informasi kesehatan individu dikumpulkan untuk digunakan dalam analisis klinis dan penelitian. Pengenal unik pasien ini adalah inti dari sebuah Electronic Health Record dan menghubungkan semua observasi klinis, tes, prosedur, keluhan, evaluasi, dan diagnosis pasien. Pengenal ini kadang-kadang disebut sebagai nomor rekam medis atau master indeks pasien (Master Patient Index). Kemajuan dalam sistem informasi otomatis telah memungkinkan bagi organisasi atau institusi untuk menggunakan perusahaan master indeks pasisen yang luas, yang disebut enterprise-wide master patient indices. II.3.2 Komponen Sistem Laboratorium Sistem Laboratorium umumnya adalah sistem mandiri yang dihubungkan ke Electronic Health Record. Biasanya, ada sistem informasi laboratorium (Laboratory Information Systems) yang digunakan sebagai penghubung untuk mengintegrasikan perintah, hasil dari instrumen laboratorium, jadwal, penagihan, dan informasi administratif lainnya. Data laboratorium sedikit terintegrasi sepenuhnya dengan Electronic Health Record. Bahkan ketika LIS dilakukan oleh vendor yang sama seperti Electronic Health Record itu, banyak mesin dan analisis yang digunakan dalam proses laboratorium diagnostik yang tidak mudah terintegrasi dalam Electronic Health Record tersebut. II.3.3 Komponen Sistem Radiologi Sistem informasi radiologi (Radiology Information Systems) yang digunakan oleh departemen radiologi untuk berisikan data radiologi pasien (misalnya, instruksi dokter, interpretasi, informasi identifikasi pasien) dan gambar. RIS mencakup pelacakan pasien, penjadwalan, pelaporan hasil, dan fungsi pelacakan gambar. RIS sistem biasanya digunakan dalam hubungannya dengan komunikasi pengarsipan gambar II.3.4 Komponen Sistem Farmasi Beberapa apotik sudah terkomputerisasi dengan baik, seperti sebuah robot dalam pembuatan resep. Biasanya sistem ini tidak terintegrasi dalam Electronic Health Record. II.3.5 Entri order dokter ke dalam komputer

Computerized physician order entry (CPOE) memungkinkan penyedia laboratorium klinis untuk secara elektronik melakukan order, farmasi, dan layanan radiologi. Sistem CPOE menawarkan berbagai fungsi, dari kemampuan pemesanan resep sendiri untuk sistem yang lebih canggih seperti pemesanan layanan tambahan lengkap, pengingat, set order yang disesuaikan, dan pelaporan hasil. Pendokumentasian klinis dalam Electronic Health Record: a. Dokter, perawat, dan catatan klinisi lainnya b. Flow sheets yang berisi tanda-tanda vital, input dan output, daftar masalah, MARS c. Catatan peri-operatif d. Ringkasan discharge e. Transkripsi dokumen manajemen f. Abstrak rekam medis g. Petunjuk advance h. Surat kuasa untuk keputusan kesehatan i. Persetujuan (prosedural) j. Medical record/chart tracking k. Rilis informasi (termasuk otorisasi) l. Staf credentialing / kualifikasi staf dan dokumentasi perjanjian m. Bagan pelacakan defisiensi n. Pemanfaatan manajemen

III.

Kesimpulan dan Rekomendasi Electronic Health Record sangatlah penting untuk dikembangkan di sektor pelayanan kesehatan, termasuk di Indonesia. Kemanfaatannya yang besar sangat penting untuk dijadikan sebuah pertimbangan oleh penentu kebijakan untuk lebih memfasilitasi pengadaan software, pemeliharaan, pelatihan bagi tenaga pelaksana dan pengembangan electronic health record ini. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan Electronic Health Record ini, yaitu kesamaan bahasa yang digunakan dalam program dan tampilannya, pengkodean, bervariasinya setting program yang digunakan di setiap rumah sakit, ketidaksepakatan dalam alur protokoler program sampai pada masalah persepsi, motivasi, sikap dan kemampuan dari perawat di berbagai instansi. Penggunaan catatan pasien yang terkomputerisasi yang berkembang pesat, membutuhkan bahasa yang baku dalam menggambarkan masalah-masalah pasien. Diagnosis keperawatan melengkapi kebutuhan tersebut dan membantu menetapkan lingkup praktik keperawatan, dengan menggambarkan kondisi perawat yang dapat merawat secara mandiri. Diagnosis keperawatan menyertakan pemikiran kritis dan pembuatan keputusan, serta menyediakan istilah yang dipahami secara universal dan konsisten diantara para
6

perawat yang bekerja pada beragam tempat, termasuk rumah sakit, klinik rawat jalan, fasilitas perawatan lain, fasilitas kesehatan okupasi, dan praktik pribadi/swasta. (Doenges et al. 1999) Pembakuan klasifikasi dalam asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting, apalagi jika kita bicara dalam konteks komputerisasi. Kesepakatan istilah dan terminologi akan memperbaiki proses komunikasi, menghilangkan ambiguitas dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi efektivitas intervensi maupun sampai kepada upaya identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Salah satu tantangan besar dalam informatika kesehatan adalah disepakatinya standar klasifikasi dan terminologi yang mencakup berbagai konsep (kedokteran, keperawatan, laboratorium, obat, patient safety, images, pertukaran data, demografis) (Suparti, 2005) Penggunaan catatan kesehatan elektronik ini sampai saat ini masih terbatas pada rumah sakit swasta besar dan rumah sakit pendidikan, sedangkan pada beberapa rumah sakit daerah masih belum memanfaatkan teknologi ini padahal akan berpengaruh pada kualitas dan mutu pelayanannya. Pelayanan ini setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis, sebagai contoh pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan keperawatan, diagnosa medis, dan lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti proses penerimaan, proses pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan bentuk pelayanan. Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yang sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database program aplikasi yang digunakan. Ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi informasi yaitu semua teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu keperawatan. IV. Daftar pustaka

Hoerbst & Ammenwerth: Quality of certification of electronic health records: An overview of current approaches from the US and Europe. Schattauer. 2010, dari http://mhcc.maryland.gov, diakses tanggal 29 Oktober 2010
7

Helwick: Electronic health record use improves financial performance. 25 Oktober 2010 dari http://www.medscape.com, diakses tanggal 31 Oktober 2010 Jha, Ashish, K, dkk: Use of electronic health records in US hospital: 10 April 2009, dari http://www.nejm.org, diakses tanggal 29 Oktober 2010 Kossman & Scheidenhelm: Nurses perception of the impact of electronic health records on work and patient outcome. Februari 2008 dari http://www.citeulike.org, diakses tanggal 29 Oktober 2010 Moody, dkk: Electronic health record documentation in nursing: Nursing perception, attitudes, and preference, Desember 2004 dari http://interruptions.net, diakses tanggal 30 Oktober 2010 Martin, E: Electronic health records prime clinicians to provide progressive care to older adults. Agustus 2010, dari http://www.eurekalert.org diakses tanggal 29 Oktober 2010 Minnesota Nurses Association: Nurses guide to electronic health record. 2006 dari http://www.mnnurses.org, diakses tanggal 31 Oktober 2010 National Institutes of Health National Center for Research Resource: Electronic Health Record Overview, The MITRE Corporation, Virginia, 2006 dari http://www.himss.org , diakses tanggal 29 Oktober 2010 Neuburger, J: Ninth circuit rules on license versus sale of software, 24 September 2010 dari http://newmedialaw.proskauer.com diakses tanggal 30 Oktober 2010 Poissant: The impact of electronic health records of time efficiency of physicians and nurses: a systematic review. September 2005 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed , diakses tanggal 31 Oktober 2010 Rhonlynn: The advantages and disadvantages of electronic medical records and how to switch from using paper. 10 Nopember 2009 dari http://www.brighthub.com, diakses tanggal 30 Oktober 2010 Vondrasek , J: Electronic health records technology to enhance nurse practitioner education. 17 Maret 2010 dari http://msunursing.site-ym.com, diakses tanggal 30 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai