Anda di halaman 1dari 18

Senin, 16 1uni 2008

ASKEP ATRESIA ANI


1.Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu 'a yang berarti tidak ada dan
trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
Atresia ani adalah malIormasi congenital dimana rectum tidak mempunyai
lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana
rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan congenital anus
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan Ieces karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan
bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
2.Etiologi
tiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, Iusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaananus umumnya tidak ada kelainan
rectum, sIingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sIingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi
bahwa gen autosomal resesiI yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang
mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25 untuk diturunkan
pada anaknya saat kehamilan. 30 anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan
kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani.
Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi
rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan
septum urorektal yang memisahkannya.
,tor predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir
seperti :
1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esoIahus, ginjal dan kelenjar limIe).
2. Kelainan sistem pencernaan.
3. Kelainan sistem pekemihan.
4. Kelainan tulang belakang.
.Kl,sifi,si
Secara Iungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai
melalui saluran Iistula eksterna.
Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan Iistula rectovagina atau
rectoIourchette yang relatiI besar, dimana Iistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa Iistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi
spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa
diklasiIikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1. Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sIingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan Iungsi normal dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan
sIingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sIingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhungan dengan Iistuls genitourinarius retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum
lebih daai1 cm.
Sedangkan menurut klasiIikasi Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2 golongan
yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki laki golongan I dibagi menjadi 4
kelainan yaitu kelainan Iistel urin, atresia rectum, perineum datar dan Iistel tidak ada.
Jika ada Iistel urin, tampak mekonium keluar dari oriIisium eksternum uretra, mungkin
terdapat Iistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak Iistel
adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti Iistel
terletak uretra karena Iistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin mengandung
mekonuim maka Iistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi Ieses tidak lancar, penderita
memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama pada perempuan ;
harus dibuat kolostomi. Jika Iistel tidak ada dan udara ~ 1 cm dari kulit pada
invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan
kloaka, Iistel vagina, Iistel rektovestibular, atresia rectum dan Iistel tidak ada. Pada Iistel
vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. vakuasi Ieces menjadi tidak lancar
sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada Iistel vestibulum, muara Iistel terdapat
divulva. Umumnya evakuasi Ieses lancar selama penderita hanya minum susu. vakuasi
mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat
direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. vakuasi Ieses
umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum,
anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih
dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.
Bila tidak ada Iistel, dibuat invertogram. Jika udara ~ 1 cm dari kulit perlu segera
dilakukan kolostomi.
Golongan II pada laki laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan Iistel perineum,
membran anal, stenosis anus, Iistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ;
lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak
bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi Ieses tidak ada sebaiknya dilakukan
terapi deIinit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan
deIinitive harus dilakukan. Bila tidak ada Iistel dan udara ~
Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainan Iistel perineum, stenosis
anus dan Iistel tidak ada. Lubang Iistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus
normal, tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus
terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. vakuasi Ieses tidal lancar sehingga biasanya
harus segera dilakukan terapi deIinitive. Bila tidak ada Iistel dan pada invertogram udara ~
.P,tofisiologi
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian
belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena
tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam
perkembangan Ietal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus
menyebabkan Iecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstrksi.
.,nifest,si Klinis
ManiIestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan Iistula eksternal
pada perineum (Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat
buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh
darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996)
Bayi muntah muntah pada usia 24 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu
maniIestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu
atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.

.Pemeris,,n Penunj,ng
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
2. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
3. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rectum dari sIingternya.
4. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat Iungsi organ internal terutama dalam system pencernaan
dan mencari adanya Iaktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
d. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
e. PyelograIi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
I. Pemeriksaan Iisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau
jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonIirmasi adanya Iistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.

8.Pen,t,l,s,,n
1. Penatalaksanaan Medis
1. MalIormasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi
posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
2. Colostomi sementara
2. Penatalaksanaan Keperawatan
2.1 Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien
dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan
keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian. Konsep teori yang
diIunakan penulis adalah model konseptual keperawatan dari Gordon. Menurut
Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :
1. Persepsi Kesehatan Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di
rumah.
2. Pola nutrisi Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien
dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin
terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
3. Pola liminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka
tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk
buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus,
sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam deIekasi (Whaley &
Wong,1996).
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan
otot.
5. Pola Persepsi KognitiI
Menjelaskan tentang Iungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri
pada luka inisisi.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comIort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka
jahitan operasi (Doenges,1993).

8. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas Iisik
untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
9. Pola ReproduktiI dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan Iungsi sosial sebagi alat reproduksi
(Doenges,1993).
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya Iaktor stress lama, eIek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah
(Doenges,1993).
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan
perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
2. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan Iisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus
tampak merah, usus melebar, kadang kadang tampak ileus obstruksi, termometer
yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan
hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan
vagina (Whaley & Wong,1996).
2. Diagnosa Keperawatan
Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mengemukkan
diagnosa keperawatan, sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan yang spesiIik.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien atresia ani yaitu:
a. Inkontinen bowel (tidak eIektiI Iungsi eksretorik berhubungan dengan tidak
lengkapnya pembentukan anus (Suriadi,2001).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
(Doenges,1993).
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi (Doenges,1993).
d. Resiko inIeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan (Doenges,1993).
5. Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi bayi (Suriadi,2001).
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi (Doenges,1993).
7. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraI jaringan (Doenges,1993).
8. Bersihan jalan naIas tidak eIektiI berhubungan penumpuksan secket berlebih (Doenges,1993).
9. Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di rumah (Whaley &
Wong,1996).
2. Intervensi Keperawatan
Fokus intervensi keperawatan pada atresia ani adalah sebagai berikut :
1.Inontinen bowel (tid, efetif fungsi
esretori berhubung,n deng,n tid,
leng,pny, pembentu,n ,nus
(Suri,di,2001.
Tujuan yang diharapkan yaitu terjadi peningkatan Iungsi usus, dengan
kriteria hasil : pasien akan menunjukkan konsistensi tinja lembek, terbentuknya
tinja,tidak ada nyeri saat deIekasi, tidak terjadi perdarahan.
Intervensi :
1. Dilatasikan anal sesuai program.
2. Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi IV sampai Iungsi usus
normal.
2.G,nggu,n integrit,s ulit berhubung,n
deng,n olostomi (Doenges,1996.
Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi gangguan integritas kulit,
dengan kriteria hasil : penyembuhan luka tepat waktu, tidak terjadi kerusakan di
daerah sekitar anoplasti.
Intervensi :
1. Kaji area stoma.
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area stoma.
3. Sebelum terpasang colostomy bag ukur dulu sesuai dengan stoma.
4. Yakinkan lubang bagian belakang kantong berperekat lebih besar sekitar 1/8 dari ukuran stoma.
5. Selidiki apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
.. Resio infesi berhubung,n deng,n prosedur
pembed,h,n (Doenges,199.
Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi inIeksi, dengan kriteria hasil :
tidak ada tanda tanda inIeksi, TTV normal, lekosit normal.
Intervensi :
1. Pertahankan teknik septik dan aseptik secaa ketat pada prosedur medis atau perawatan.
2. Amati lokasi invasiI terhadap tanda-tanda inIeksi.
3. Pantau suhu tubuh, jumlah sel darah putih.
4. Pantau dan batasi pengunjung , beri isolasi jika memungkinkan.
5. Beri antibiotik sesuai advis dokter.
d. Bersihan jalan naIas tidak eIektiI berhubungan dengan penumpukkan sekret
berlebih (Doenges,1993).
Tujuan yang diharapkan adalah mempertahakan eIektiI jalan naIas,
mengeluarkan sekret tanpa bantuan dengan kriteria hasil : bunyi naIas
bersih, menunjukkan perilaku perbaikan jalan naIas misalnya, batuk eIektiI
dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1. Kaji Iungsi pernaIasan, contoh : bunyi naIas, kecepatan, irama dan
kedalaman dan penggunaan otot tambahan.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk eIektiI, catat
karakter, jumlah spuntum, adanya hemaptoe.
3. Berikan posisi semi Iowler dan Bantu pasien untuk batuk eIektiI dan
latihan naIas dalam.
4. Bersihkan secret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra
indikasi.
6. Kolaborasi pemberian mukolitik dan bronkodilator.
e. Perub,h,n nutrisi ur,ng d,ri ebutuh,n
tubuh berhubung,n deng,n ,noresi,
(Doenges,199.
Tujuan yang diharapkan adalah kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi, dengan
kriteria hasil : menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal,
bebas tanda mal nutrisi.
Intervensi :
1. Pantau masukan/ pengeluaran makanan / cairan.
2. Kaji kesukaan makanan anak.
3. Beri makan sedikit tapi sering.
4. Pantau berat badan secara periodik.
5. Libatkan orang tua, misal membawa makanan dari rumah, membujuk anak untuk makan.
6. Beri perawatan mulut sebelum makan.
7. Berikan isirahat yang adekuat.
8. Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai
program diit.
6.Ke.em,s,n elu,rg, berhung,n deng,n prosedur
pembed,h,n d,n ondisi b,yi.(Suri,di,2001;19
Tujuan yang diharapkan adalah memberi support emosional pada keluarga,
dengan kriteria hasil : keluarga akan mengekspresikan perasaan dan
pemahaman terhadap kebutuhan intervensi perawatan dan pengobatan.

Intervensi :
1. Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.
2. Berikan inIormasi tentang kondisi, pembedahan dan perawatan di rumah.
3. Ajarkan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien.
4. Berikan pujian pada keluarga saat memberikan perawatan pada pasien.
5. Jelaskan kebutuhan terapi IV, NGT, pengukuran tanda tanda vital dan pengkajian.
6.G,nggu,n r,s, ny,m,n nyeri berhubung,n
deng,n tr,um, s,r,f j,ring,n (Doenges,1996.
Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan melaporkan nyeri hilang atau
terkontrol, pasien akan tampak rileks, dengan kriteria hasil : ekspresi wajah
pasien relaks, TTV normal.
Intervensi :
1. Tanyakan pada pasien tentang nyeri.
2. Catat kemungkinan penyebab nyeri.
3. Anjurkan pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri.
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi.
6.Resio tinggi terh,d,p onstip,si berhubung,n
deng,n etid,,deu,t,n m,su,n diit
(Doenges,199.
Tujuan yang diharapkan adalah pola eliminasi sesuai kebutuhan, dengan
kriteria hasil : BAB 1x/hari, Ieses lunak, tidak ada rasa nyeri saat deIekasi.
Intervensi :
1. Auskultasi bising usus.
2. Observasi pola diit dan itake cairan
6.G,nggu,n .itr, diri berhubung,n deng,n ,d,ny,
olostomi (Doenges,1996.
Tujuan yang diharapkan adalah pasien mau menerima kondisi dirinya
sekarang, dengan kriteria hasil : pasien mentatakan menerima perubahan ke
dalam konsep diri tanpa harga diri rendah, menunjukkan penerimaan
dengan merawat stoma tersebut, menyatakan perasaannya tentang stoma.
Intervensi :
1. Kaji persepsi pasien tentang stoma.
2. Motivasi pasien untuk megungkapkan perasaannya.
3. Kaji ulang tentang alasan pembedahan.
4. Observasi perilaku pasien.
5. Berikan kesempatan pada pasien untuk merawat stomanya.
6. Hindari menyinggung perasaan pasien atau pertahankan hubungan positiI.
6.Kur,ngny, penget,hu,n elu,rg, berhung,n
deng,n ebutuh,n per,w,t,n di rum,h (W,lley &
Wong,1996.
Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga memahami perawatan
di rumah, dengan kriteria hasil keluarga menunjukkan kemampuan untuk
memberikan perawata untuk bayi di rumah.
Intervensi :
1. Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka dapat
melakukan perawatan.
2. Ajarkan untuk mengenal tanda tanda dan gejala yang perlu dilaporkan perawat.
3. Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi pada anal
secara tepat.
4. Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.
5. Latih pasien untuk kebiasaan deIekasi.
6. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodiIikasi diit (misalnya serat)
2.5 Implementasi Keperawatan
Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan Iase pelaksanaan terdiri
dari : validasi rencana keperawatan, dokumentasi rencana keperawatan dan
melakukan tindakan keperawatan.
1. Validasi rencana keperawatan
Suatu tindakan untuk memberikan kebenaran. Tujuan validasi data adalah
menekan serendah mungkin terjadinya kesalahpahaman, salah persepsi.
Karena adanya potensi manusia berbuat salah dalam proses penilaian.
2. Dokumentasi rencana keperawatan
Agar rencana perawatan dapat berarti bagi semua pihak, maka harus
mempunyai landasan kuat, dan bermanIaat secara optimal. Perawat
hendaknya mengadakan pertemuan dengan tim kesehatan lain untuk
membahas data, masalah, tujuan serta rencana tindakan.
3. Tindakan keperawatan
Meskipun perawat sudah mengembangkan suatu rencana keperawatan
yang maksimal, kadang timbul situasi yang bertentangan dengan tindakan
yang direncanakan, maka kemampuan perawat diuji untuk memodiIikasi
alat maupun situasi.
6. valuasi
valuasi adalah suatu kegiatan yang terus menerus dengan melibatkan
klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan keehatan dan strategi evaluasi. Tujuan dari evaluasi adalah
menilai apakah tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai