Anda di halaman 1dari 8

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PengklasiIikasian makhluk hidup didasarkan pada banyaknya persamaan dan perbedaan, baik
morIologi, Iisiologi maupun anatominya. Makin banyak persamaan di antara makhluk hidup
makin dekat kekerabatannya, makin sedikit persamaan makhlik hidup dikatakan makin jauh
kekerabatannya.
Untuk dapat mengklasiIikasikan, perlu dilakukan determinasi ataupun identiIikasi,
Determinasi merupakan upaya membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain
yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak
ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine
menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identiIikasi (Inggeris to
identiIy mempersamakan(Anonim, 2008)
KlasiIikasi tumbuhan pada dasarnya merupakan pembentukan kelompok-kelompok dari
seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun ke dalam takson-takson secara
teratur mengikuti suatu hierarki. SiIat-siIat yang dijadikan dasar dalam mengadakan
klasiIikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasiIikasi dan tujuan yang ingin
dicapai dengan pengklasiIikasian itu. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori)
yang lebih rendah mempunyai kesamaan siIat lebih banyak daripada takson yang terdapat
pada tingkat takson (kategori) di atasnya. Perbedaan antara istilah takson dengan kategori
yaitu istilah takson yang ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun,
sedangkan istilah kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam
suatu hierarki tertentu.
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali yang perlu dilakukan adalah adalah
mempelajari siIat morIologi tumbuhan tersebut. Cirri-ciri morIologis yang digunakan dalam
klasiIikasi ialah bagian vegetatiI atau bagian yang ada kaitannya dengan reproduksi. Contoh
bagian vegetatiI antara lain yaitu ada tidaknya jaringan pembuluh, macam serta kedudukan
daun, dn cirri-ciri organ lainnya. Pada umumnya, struktur reproduktiI lebih luas
penggunaannya dibandingkan dengan struktur vegetatiI. Banyak studi tentang morIologi
tumbuhan memperlihatkan bahwa struktur yang berhubungan dengan alat reproduktiI
ternyata hanya sedikit yang mengalami perubahan selama evolusi dibandingkan dengan
struktutr vegetatiI(Tjitrosomo, 1984). Setelah dilakukan pengamatan terhadap cirri-ciri
morIologi, langkah selanjutnya adalah membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri
tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan
menggunakan salah satu cara berikut diantaranya yaitu ingatan, bantuan ahli, specimen
acuan, pustaka, computer.(Anonimous, 2007):
Biasanya, proses determinasi akan lebih mudah jika menggunakan kunci determinasi. Kunci
determinasi merupakan suatu alat yang diciptakan khusus untuk memperlancar pelaksanaan
pendeterminasian tumbuh-tumbuhan. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai
bangsa saja, suku, marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedemikian
rupa sehingga selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu di antara dua
atau beberapa siIat yang bertentangan,begitu seterusnya hingga akhirnya diperoleh suatu
jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan(Anonimous, 2007).
A. Tujuan
1. Mengenal nama jenis tumbuhan yang tergolong tumbuhan tingkat rendah.
2. Mengenal nama jenis tumbuhan yang tergolong tumbuhan tingkat tinggi.

III. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: tumbuhan hasil eksplorasi di
lapangan.
B. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: loup (kaca pembesar), buku kunci
determinasi dan alat tulis.
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
1. Tumbuhan yang telah dikoleksi dibuat catatan selengkap mungkin.
2. Tumbuhan di candra dengan baik. Lakukan dengan menggunakan kunci determinasi
sampai diketahui nama Iamilinya.
3. Daria beberapa karakter yang diamati, maka dapat diketahui sesuai dengan pertanyaan
a ataukah b. pada akhir pertanyaan didapatkan nomor baru yang menunjukan arah
berikutnya, dan seterusnya. Yang akhirnya akan ditemukan sebuah nama Iamilia.
4. uraian atau deskripsi tentang Iamilia dibaca dengan teliti dan bandingkan uraian
tersebut dengan tanamannya, untuk meneliti apakah uraian tersbut cocok.
5. Mulailah dengan tabel untuk menentukan nama genus, dan seterusnya sehingga
ditemukan nama spesiesnya.
6. pada akhir kegiatan, cantumkan tanah asal, tempat timbuh dan tinggi letak diatas
permukaan laut serta nama daerahnya.

V. HASIL PENGAMATAN
Dari pengamatan melalui determinasai berdasarkan kunci determinasi pada buku karya Dr.
C.G.G.J. van Steenis 'FLORA Untuk Sekolah di Indonesia (1981) terhadap tumbuhan hasil
eksplorasi, diperoleh data sebagai berikut:
1. Caesalpinia pulcherrima diperoleh dengan menelusuri kunci determinasi sebagai berikut:
1b:Tumbuhan dengan bunga sejati, sedikitdikitnya dengan benang sari dan (atau)
putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga ............2
2b:Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit
(dengan batang, poros daun atau tangkai daun)........3
3b:Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut
diatas.........................4
4b:Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga
berlainan dengan yang diterangkan diatas..,,,,,,,,,,,,.......6
6b:Dengan daun yang jelas.....................7
7b:Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya..9
9b:Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit......10
10b:Daun tidak tersusun sedemikian rapat menjadi rozet........11
11b:Tidak semikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jarring urat daun dan
dari anak cabang tulang daun yang kesamping dan yang serong ke
atas.......................12
12b:Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama
sekali...........................13
13b:Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain................14
14a:Daun tersebar, kadang-kadang sebagian berhadapan........15
15a:Daun tunggal, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip
rangkap (golongan 8)..................109
109b:Tanaman daratan (atau tumbuh) diantara tanaan bakau....119
119b:Tanaman lain.....................120
120b:Tanaman tanpa getah....................128
128b:Daun lain. Bukan rumput-rumputan yang merayap, dan mudah
berakar.........................129
129b:Tidak ada upih daun yang jelas, paling-paling pangkal daun sedikit atau banyak
mengelilingi batang................135
135a:Daun berbentuk kupu-kupu, berlekuk dua. Caesalpiniaceae.
Selanjutnya berdasarkan kunci determinasi khusus Famili Caesalpiniaceae ditelusuri
sebagai berikut:
1a:Daun setidak-tidaknya sebagian menyirip rangkap..........2
2b:Ranting dan daun tidak berduri atau berduri temple atau hanya beberapa duri
temple. Pohon atau perdu yang tegak............3
3b:Kepala putik kecil. Polongan bersayap..............4
4b:Taju kelopak tidak sama, tidak berbentuk garis, tumpul atau membulat tidak
berdaging. Daun mahkota lebih pendek daripada 3 cm.... Caesalpinia
Selanjutnya berdasarkan kunci determinasi khusus genus Caesalpinia ditelusuri
sebagai berikut:
1a:Anak tangkaibunga 3,5-10 cm. benag sari dua kali lebih panjang daripada mahkota,
polongan tidak berduri temple...Caesalpinia pulcherrima
2. splenium belangeri diperoleh dengan menelusuri kunci determinasi sebagai berikut:
1a:Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada benang sari atau
putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan berspora....17
17b:Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar ditanah.........18
18b:Daun-daun lain macamnya .......................................19
19b:Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang Iertile berbentuk bulir atau
tidak. Sporangia tidak demikian letaknya...........22
22b:Tumbuh-tumbuhan lain; tidak ada bagian yang Iertile yang berbentuk
bulir............................23
23b:Daun Iertile tidak demikian.................24
24b:Daun lain.........................25
25b:Paku lainnya.......................26
26b:Paku lainnya................... Polypodiaceae
Selanjutnya berdasarkan kunci determinasi khusus Famili Polypodiaceae ditelusuri
sebagai berikut:
1b:Sporangia terkumpul menjadi timbunan spora (sori) yang jelas, bulat atau berbentuk
garis (kadang-kadang terkumpul rapat); mempunyai atau tak mempunyai selaput
penutup...................5
5b:Sori sedikit atau banyak tertutupoleh suatu selaput penutup khusus atau oleh tepi
daun yang menggulung.................10
10a:Sori terdapat agak berjarak daripada tepi daun.............11
11b:Sori berbentuk garis seperti selaput penutupnya, yang terikat hanya pada satu
sisi........................12
12b:Sori terdapat diatas tulang daun lateral yang merupakan percabangan melintang
daripada ibu tulang daun... Asplenium
3. rachis hypogea tidak dideterminasi berdasarkan kunci determinasi, namun dibandingkan
dengan pustaka karena tanaman tersebut sudah cukup Iamiliar.
4. Pogonatum cirrhatum tidak dideterminasi berdasarkan kunci determinasi, namun
dibandingkan dengan gambar yang terdapat pada buku Taksonomi Tumbuhan karya
Gembong Tjitrosoepomo (1994).
II. PEMBAHASAN
Tumbuhan tingkat rendah atau biasa dikenal dengan istilah Cryptogamae merupakan
semua tumbuhan kecuali gimnoIita dan tumbuhan berbunga, karena organ reproduksi
tumbuhan ini tidak menonjol seperti pada kelompok tumbuhan berbunga. Sedangkan
tumbuhan tingkat tinggi atau biasa dkenal dengan istilah Phanaerogamae merupakan
tumbuhan yang memiliki biji dan bunga dengankata lain, organ reproduksinya tampak jelas.
Berdasarkan cara penyusunan siIat-siIat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam
kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Kunci determinaasi
yang digunakan pada praktikum ini adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci
yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi
sebab terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya
beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan
penuntunnya ditandai dengan huruI(Anonim, 2007)
Pemakai kunci analisis harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang
ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam
penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun
langsung pada nama takson yang dicari. Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan kunci
parallel. Pada kunci bertakik maka penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat
tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di
antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke
tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-
penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang
mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus(Anonim, 2007)
Penuntun-penuntun kunci paralel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua
baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor bait
yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh nama takson
tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat, terutama kalau takson
tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora oI Java yang ditulis oleh Backer dan
Backuizen van den Brink semuanya ditulis dalam bentuk kunci parallel begitu pula buku
Flora Untyuk sekolah di Indonesia yang ditulis oleh C.G.G.J van Steenis juga merupakan
kunci determinasi analisis dengan tipe kunci parallel.
Dari hasil eksplorasi yang selanjutnyua dilakukan determinasi, ditemukan timbuhan
dari tiga divisi yang berbeda yaitu divisi Bryophyta, Magnoliophyta, dan Pteridophyta. Dari
ketiga divisi tersebut, tumbuhan yang ditemukan dari hasil ekksplorasi terbagi kedalam empat
Iamili yang berbeda yaitu Famili Polytrichaceae (untuk jenis Pogonatum cirrhatum), Famili
Polypodiaceae (untuk jenis splenium belangeri), Famili Caesalpiniaceae(untuk jenis
Caesalpinia pulcherrima) dan Famili Fabaceae (suku polong-polongan) atau disebut pada
buku Flora Untuk Sekolah di Indonesia Famili dari kacang tanah (rachis hypogea) adalah
Iamili Papilionaceae (suku bunga kupu-kupu).
Hasil eksplorasi yang kemudian dideterminasi, diketahui bahwa splenium belangeri
dan Pogonatum cirrhatum merupakan golongan tumbuhan tingkat rendah, karena pada kedua
tumbuhan tersebut tidak ditemukan adanya biji dan organ reproduksi yang jelas. Sedangkan
tumbuhan Caesalpinia pulcherrima dan rachis hypogea digolongkan kedalam tumbuhan
tingkat tinggi karena kedua tumbuhan tersebut mempunyai biji dan mempunyai organ
reproduksi berupa bunga yang tampak jelas.
Deskripasi hasil detrminasi.
1. Familia Caesalpiniaceae: Pohon, perdu atau semak. Daun berseling atau tersebar,
kerapkali menyirip atau menyirip rangkap, kadang-kadang tunggak. Daun penumpu ada,
kerapkali cepat rontok. Bunga kerapkali berkelamin 2, dalam tanbdan, malai rata atau
malai, jarang berdiri sendiri, kerapkali zygomorph. Kelopak berdaun lekat, bergigi atau
bertaju 4-5. daun mahkpta lepas, kerapkali 5, kerapkali sebagian tidak ada atau
rudimenter. Benag sari 1-50, lepas atau bersatu, kerapkali sebagian tidak sempurna;
kepala sari beruang 2. bakal buah menumpang, beruang 1. kepala putik diujung atau
dibawah tangkai putik. Polongan membuka tau tidak membuka. Biji 1 sampai banyak.
Caesalpinia pulcherrima (L.) Swartz. memiliki cirri Perdu tegak; tinggi 2-4 m. ranting
kerap kali dengan beberapa duri temple, tidak berambut. Poros daun kadang-kadang
sedikit berduri temple; sirip 3-9 pasang, yang tertengah yang terbesar. Anak daun persirip
4-12 pasang. Bunga berkelamin 2 atau sebagian jantan, dalam tandann yang tidak
bercabang atau bercabang sedikit panjang 15-50 cm. tabunhg kelopak pendek. Daun
mahkota panjang 2-3 cm,merah atau kuning, yang teratas berkuku lebih panjang. Benag
sari 10, lepas, 5,5-5,7 cm; tangkai sari pipih, panjang 6-12 cm, berkatup 2. biji 1-8.
tanaman hias, kadang-kadang seolah liar. Dikenal sebagian besar di Indonesia dengan
nama Bunga Merak(Steenis, 1981).
2. Familia Papilionaceae: semak, perdu atau pohon, kerapkali memanjat. Daun berseling
atau tersebar, tunggal atau majemuk. Daun penumpu ada.bunga berkelamin 2, dalam
karangan yang berbeda-beda, kerapkali zygomorph menyolok. Mahkota hamper selalu
bentuk kupu-kupu. Daun mahkota kebanyakan 5, lepas atau hamper lepas; 2 yang
terbawah bersama-sama mambentuk lunas, kerapkali berlekatan satu sama lain, diapit
antra 2 sayap disebelahnya; daun mahkota teratas. Benang sari kebanyakan 10, kerapkali
9 bersatu dan 1 lepas (beerbekas dua), jarang lebih dari satu lepas; ruang sari 2. bakal
buah menumpang. Polongan membuka taau tidak membuka atau patah dalam ruas. Biji 1
atau banyak(Steenis, 1981).
Spesies rachis hypogaea L. memiliki ciri Semak 1 tahun yang sudah mulai dari pangkal
bercabang; tinggi 0,6-0,9 m. batang naik pelan-pelan pada pangkalnya kerapkali berakar.
Daun penumpu pada pangkalnya bersatu dengan tangkai daun. Anak daun oval,
memanjanmg atau bulat telur terbalik, tumpul sampia terpancung. Bunga dalam bulir
yang diketiak, duduk, berbunga sedikit, masing-masing dalam daun ketiak daun
pelindung yang melipat dobbel. Daun pelindung pada pangkal kelopak panjang dan
sempit. Tabung kelopak berbentuk tangkai, tinggi 0,5-6 cm; tepi serupa selaput. Bendera
bentuk lingkaran,kuning cerah berutrat ungu; lunas jauh lebih pendek daripada sayap,
kuning pucat. Tabung benang sari tertutup. Kepala sari berseling panjang dan pendek.
Dasar bunga setelah pembuahan berbentuk tangkai dan memanjang, dan mendorong
bakal buah, yang dari luar tidak berobah, kedalam tanah. Polongan memanjang, tanpa
sekat antara, kuning pucat gundul, tidak membuka, panjang 2-7 cm. bji 1-5, merah
kuning, coklat ungu. Dari Brazilia; seringkali ditanam(Steenis, 1981).
3. Famili Polypodiaceae: Paku tanah atau epiphyt. Tidak ada batang yang sesungguhnya
diatas tanah. Akar rimpang kerqapkali bersisik. Daun mempunyai hubungan beruas atau
tidak dengan akar rimpang atau hubungan dengan tonjolan diatas akar rimpang
(pendukung daun), tunggal atau majemuk; daun muda menggulung secara spiral.
Sporangia pada sisi bawah daun (kadang-kadang pada tepi bawah daun); semua
berturutan atau dalm kelompok (sori), hampir selalu bertangkai, dengan cincin vertical
terdiri dari sel yang berdinding tebal, hanya terputus pada tertancapnya tangkai tesebut,
jarang sekali dengan cincin yang miring tetapi sempurna, membuka, melintang, mudah
rontok. Sori berbeda-beda menurut penempatan, bentuk besar, telanjang atau tertutup
oleh tepi daun selaput penutup. Selaput penutupnya banyak variasinya dalam hal cara
menancap, bentuk dan besarnya, tetapi tinggal atau rontok(Steenis, 1981).
Spesies splenium belangeri (Bory) Kze. Memiliki ciri epiphyt, 1,2 m (jarang sampai 2,5
m) tingginya. Akar rimpang tegak, pendek, bersisk. Daun tunggal, bertulang dan
menyirip, tidak berruas dengan akar rimpang, rapat berjejal, setelah mongering
menggantung lemah, duduk atau bertangkai sangat pendek, berbentuk lanset sampai pita,
dengan pangkal menyempit, lancip atau pendek meruncing, tepi rata, seperti kulit, 2,5-25
cm, jarang lebih besar; ibu tulang daun berasal dari bawah, coklat mengkilat, tulang daun
lateral banyak, sejajar. Sori banyak, berobah-robah panjangnya. Didaerah yang tidak
begitu kering(Steenis, 1981).
Tanaman paku tersebut dikenal di Indonesi dengan istilah Paku Tamaga. Merupakan
salah satu jenis paku yang cukup menarik dan banyak dijumpai pada daerah-daerah
dataran tinggi. Di Jawa Barat mudah dijumpai di sekitar Gunung Gede, Pangrango dan
Gunung Salak misalnya. Tumbuhnya bersama-sama dengan jenis paku yang lain, pada
tebing-tebing atau di tepi-tepi aliran sungai dan selokan yang tempatnya agak terlindung.
Tanah yang berbatu-batu atau tanah cadas yang ditutupi oleh lumut adalah tempat-tempat
yang disukainya.
Orang-orang sunda menyebutnya paku tamaga atau paku beunyeur. Perawakannya kecil,
rumpunnya agak banyak. Rimpangnya pendek dan tumbuhnya agak tegak. Tangkai daun
bagian atas beralur. Kadang-kadangterdapat bulu. Entalnya berwarna hijau yang
panjangnya antara 15-30 cm, dan lebarnya 4-8 cm. terdapat 18-20 pasang daun yang
letaknya mendatar. Helaian daun yang letaknya paling bawah ukurannya lebih besar.
Semakin keatas daun semakin mengecil. Ukuran yang besar mencapai 0,5-1 cm. helaian
anak daun pertama bercabang dua. Daunnya agak berdaging dan warnanya agak hijau
pucat. Sori terdapat dekat pangkal lekukan daun. Sori-sori itubergerombol dan warnanya
cokelat terang. Paku tamaga tumbuh liar dan belum dibudidayakan. Mempunyai bentuk
menarik. Selain itu, pertumbuhannya cepat and tidak memerlukan perawatan yang
khusus(Sastrapradja, 1979).
4. Famili Polytrichaceae: Iamili ini termasuk bangsa bryales. Mempunyai gigi-gigi peristom
terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Lumut yang umurnya bisa lebih dari satu
tahun, daun-daun sempit, pada sisi perut tulang daun seringkali terdapat lamella yang
membujur. Kapsul spora tegak atau mendatar. Peristom terdiri atas 32-64 gigi. Dari sudut
letak sporogoniumnya termasuk yang bersiIat akrokarp. Selain spesies Pogonatum
cirrhatum, juga terdapat spesies Polytrichum commune dan Georgia
pellucida(Tjitrosoepomo, 1994).

VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
5. Tumbuhan tingkat tinggi yang ditemukan diperoleh berdasarkan determinasi yang
selanjutnya diperoleh takson sebagai berikut: Div. Magnoliophyta, ditemukan dua
Iamilia yaitu Familia Caesalpiniaceae yang mempunyai spesies Caesalpinia pulcherrima
dan Familia abaceae atau Papilionaceae mempunyai spesies rachis hypogea.
6. Tumbuhan tingkat rendah yang ditemukan diperoleh berdasarkan determinasi yang
selanjutnya diperoleh takson sebagai berikut: Div. Pteridophyta, ditemukan Familia
Polypodiaceae yang mempunyai spesies splenium belangeri dan Div. Bryophyta
ditemukan Familia Polytrichaceae mempunyai spesies Pogonatum cirrhatum.

DATAR PUSTAKA
Anonim. 2008. 'Keanekaragaman dan KlasiIikasi Organisme. http://www.e-
dukasi.net/mol/moIull.pdI. diakses tanggal 12 Juni 2009.
Anonimous. 2007. 'Taksonomi Tumbuhan. http://e-
course.usu.ac.id/content/biologi/taksonomi/textbook.pdI. diakses tanggal 15 Juni
2009
Sastrapradja. 1979. Jenis Paku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Steenis, C.G.G.J van. 1981. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1984. otani Umum 3. Bandung: Penerbit Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai