Menurut Wood et al, 1998, verifikasi adalah proses pembuktian bahwa laboratorium uji mampu mendemonstrasikan bahwa metode analisis yang digunakan memiliki kelayakan kinerja untuk melakukan sebuah penetapan rutin sesuai dengan karakteristik kinerja metode. Hal ini mensyaratkan dilakukannya pengujian terhadap parameter kinerja metode misalnya presisi dan akurasi. a. Presisi Presisi adalah derajat keterulangan suatu set hasil uji di antara hasil-hasil itu sendiri, dengan tujuan mengetahui kesalahan akibat operator. Presisi diterapkan pada pengukuran berulang yang menunjukkan hasil pengukuran individual didistribusikan di sekitar nilai rata-rata dengan mengabaikan letak nilai rata-rata terhadap nilai yang sebenarnya. 1) Uji ripitibilitas, adalah kesamaan antara pengukuran yang diulang dari contoh dengan analis, peralatan dan laboratorium yang sama pada waktu yang berdekatan. Penetapan ripitabilitas dapat dilakukan dengan analisis berulang suatu contoh oleh seorang analis, kemudian ditentukan nilai standar deviasi dan koefisien variasi contoh. 2) Uji reproduksibilitas, adalah kesamaan antara pengulangan pengukuran yang dikerjakan pada kondisi berbeda dalam hal laboratorium, analis, peralatan dan waktu. Penetapan dapat dilakukan dengan mengikuti uji banding antar laboratorium. b. Akurasi Akurasi merupakan kedekatan antara nilai hasil uji suatu metode analisis dengan nilai sebenarnya. Akurasi sering dinyatakan sebagai persentase perolehan kembali. Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan matriks di dalam contoh uji terhadap pereaksi yang digunakan atau untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan.
Dalam melakukan praktikum kalibrasi alat ukur volumetri, penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali . Hal ini bertujuan untuk melihat ripitabilitas. Sebelum ditimbang, labu ukur harus dikeringkan. Untuk mnegringkan bagian dalam labu ukur, digunakan aseton. Caranya dengan melarutkan aseton bersama titik-titik air daln lemak hingga menguap. Pada air Selain melarutkan air, aseton juga dapat melarutkan senyawa lemak (lipid). Hal ini disebabkan aseton memiliki gugus keton yang bersifat polar dan juga non polar. Gugus polar aseton akan berinteraksi dengan H+ pd air sedangkan gugus nonpolar akan berinteraksi dengan senyawa non polar, dalam hal ini lipid. Baik air maupun lipid dapat memnguap seiring dengan menguapnya aseton Aseton memiliki polaritas yg menengah sehingga ia dapat melarutkan berbagai senyawa sehingga sering digunakan untuk membilas peralatan laboratorium