Anda di halaman 1dari 19

3.2.5.

BATAS-BATAS ATTERBERG
3.2.5.1 Batas Cair (Liquid Limit)
3.2.5.1.1 Teori Dasar
Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah diletakkan dalam
mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan
menggunakan ASTM grooving tool. Dengan menjalankan alat pemutar, mangkok
kemudian dinaik turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air yang
dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup
goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang dasar sampel tanah
di dalam mangkok sesudah 25 pukulan didefinisikan sebagai batas
cair (liquid limit). (M. Das, 1998)

3.2.5.1.2 Tujuan Penyelidikan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air sampel tanah pada
peralihan keadaan plastis dan keadaan cair dalam perencanaan jalan.

3.2.5.1.3 Peralatan
1. Liquid limit device
2. ASTM grooving tool
3. Tin box
4. Porcelain dish
5. Spatula
6. Graduated cylinder
7. Sieve no. 40
8. Pan & cover
















(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3.9 Peralatan Percobaan Batas Cair

Keterangan Gambar 3.9
a. Liquid limit device & ASTM grooving tool
b. Graduated cylinder
c. Tin box
d. Porcelain dish



3.2.5.1.4 Prosedur Percobaan
1. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Membersihkan mangkok batas cair dari lemak atau kotoran yang
menempel.
b. Mengatur tinggi jatuh mangkok. Mengendurkan kedua baut penjepit lalu
putar tuas pemutar sampai posisi mangkok mencapai tinggi maksimum.
Memutar baut belakang sehingga ujung tangkai alat pembaut alur ASTM
tepat masuk diantara dasar mangkok dan alas.
c. Mengambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan no. 40
lalu letakkan di cawan porselen.
d. Mengaduk sampel tanah tersebut dengan spatula sambil ditambahkan air
suling sedikit demi sedikit. Pengadukan harus dilakukan dengan
sempurna agar didapat campuran yang homogen.
e. Setelah didapat campuran yang homogen, mengambil sedikit demi
sedikit sampel tanah tersebut dengan spatula lalu memasukkannya ke
dalam mangkok batas cair. Meratakan permukaannya sehingga sejajar
dengan alas (mangkok dalam posisi menyentuh alas). Lapisan tanah yang
paling tebal adalah 1 cm.
f. Membuat alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok
tersebut. Menggunakan ASTM grooving tool melalui garis tengah
mangkok dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.
g. Memutar tuas dengan kecepatan 2 ketukan perdetik (dalam 1 detik
mangkok jatuh dua kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang
(12,7 mm). Mencatat jumlah pukulan yang diperlukan.
h. Menentukan kadar air pada bagian yang bersinggunggan.
i. Mengulangi prosedur 4 s/d 8 dengan kadar air yang berbeda (minimal 3
macam kadar air).

2. CATATAN
a. Proses bersinggungan kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran dan
bukan karena geseran antara tanah dan mangkok.
b. Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan.
c. Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulam diambil antara 10-
20, 20-30, 30-40.
d. Alat pembuat alur cassagrande digunakan untuk tanah kohesif
sedangkan tipe ADM untuk tanah non kohesif.

3. PERHITUNGAN
Untuk menentukan batas cair dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Gambarkan dalam bentuk grafik hasil-hasil yang diperoleh dari
pengujian tersebut berupa nilai-nilai kadar air dan jumlah pukulan-
pukulan merupakan skala horizontal dengan skala logaritma.
b. Buat garis lurus melalui titik-titik tersebut, tentukan nilai batas cair benda
uji tersebut berdasarkan kadar air pada jumlah pukulan ke-25. Apabila
titik-titik yang diperoleh tidak satu garis lurus, maka buatlah garis yang
melalui titik berat dari titik-titik tersebut.

3.2.5.1.5 Hasil Pemeriksaan di Laboratorium
Pemeriksaan di lapangan dilakukan berdasarkan cara-cara yang tertera
pada modul. Berikut merupakan tabel pemeriksaan batas cair untuk jalan dan
grafik hubungan nilai jumlah ketukan dengan kadar air.
Setelah dilakukan percobaan pada sampel tanah, didapatkan data-data
berat tanah basah, berat tanah kering. Data tersebut dimasukkan ke dalam tabel
data untuk mencari nilai kadar air.
Pemeriksaan batas cair untuk jalan dapat dilihat pada Tabel 3.13, dan
pemeriksaan batas cair untuk gedung dapat dilihat pada Tabel 2.5.




LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus H Jalan Akses UI Kelapa Dua Cimanggis Depok

Lampiran surat/surat no. : Dikerjakan :
Pekerjaan :

Diperiksa :
Tanggal Pemeriksaan :

Tabel 3.13 Pemeriksaan Batas Cair (Jalan)
No. Jumlah Ketukan 10-20 20-30 30-40
A Jumlah Ketukan 18 27 39
B No. Tin Box D E F A B C 1 2 3
C Berat Tin Box (gr) 8,50 10,10 8,70 8,50 9,20 10,10 9,10 10,90 9,30
D Berat Tin Box + Tanah Basah (gr) 26,50 29,50 23,50 25,00 29,20 27,10 23,30 23,70 27,60
E Berat Tin Box + Tanah Kering (gr) 19,80 22,20 17,90 18,70 21,80 20,90 18,00 19,50 21,00
F Berat Air = D-E (gr) 6,70 7,30 5,60 6,30 7,40 6,20 5,30 4,20 6,60
G Berat Tanah Kering = E-C (gr) 11,30 12,10 9,20 10,20 12,60 10,80 8,90 8,60 11,70
H Kadar Air (w) = 100%
G
F
(%) 59,29 60,33 60,87 61,77 58,73 57,41 59,55 48,84 56,41
Rata-Rata 60,16 59,30 54,93

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus H Jalan Akses UI Kelapa Dua Cimanggis Depok

Lampiran surat/surat no. : Dikerjakan :
Pekerjaan :

Diperiksa :
Tanggal Pemeriksaan :



Grafik 3.5 Hasil Percobaan Batas Cair (Jalan)









54
55
56
57
58
59
60
61
1 10 100
K
a
d
a
r

A
i
r

(
%
)

Jumlah Ketukan (N)
3.2.5.2 Batas Plastis (Plastic Limit)
3.2.5.2.1 Teori Dasar
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air yang dinyatakan dalam
persen, dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm)
menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah. cara pengujiannya adalah dengan cara menggulung massa
tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.
Indeks plastisitas [plasticity index (PI)] adalah perbedaan antara batas
cair dan batas plastis suatu tanah, atau
PI = LL PL
Dimana : PI = Plasticity Index
LL = Liquid Limit
PL = Plastic Limit
(M. Das, 1988)

3.2.5.2.2 Tujuan Penyelidikan
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air sampel tanah
pada peralihan keadaan semi padat dan keadaan plastis dalam perencanaa jalan.

3.2.5.2.3 Peralatan
1. Glass plat
2. Tin box
3. Porcelain dish
4. Graduated cylinder
5. Sieve no. 40
6. Pan & cover














(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3.10 Peralatan Percobaan Batas Plastis

Keterangan Gambar 3.10
a. Graduated cylinder
b. Tin box
c. Porcelain dish
d. Glass plat




3.2.5.2.4 Prosedur Percobaan
1. Mengambil sampel tanah kurang lebih 20 gram yang lolos saringan no. 40
lalu letakkan di atas plat kaca pengaduk. Menggunakan spatula untuk
mengaduk sehingga didapat campuran yang homogen.
2. Setelah didapat campuran yang homogen, membuat bola-bola tanah seberat
kurang lebih 8 gram kemudian dipilin.
3. Memilin dilakukan terus sampai tanah tersebut membentuk batang tanah
dengan diameter 1/8. Bila sebelum mencapai diameter 1/8 tanah sudah
retak, maka benda uji disatukan kembali lalu tambahkan sedikit air suling
untuk memperbesar kadar airnya.
4. Bila setelah mencapai diameter 1/8 tanah belum retak, biarkan batang tanah
tersebut beberapa saat di udara terbuka supaya kdar airnya berkurang karena
penguapan.
5. Setelah kadar airnya diubah, mengaduk terus sampai homogen, lalu dipilin
kembali sehingga terjadi retakan tepat pada saat diameternya mencapai 1/8.
6. Menentukan kadar air pada prosedur 4, kadar air ini disebut batas plastis.

3.2.5.2.5 Hasil Pemeriksaan di Laboratorium
Pemeriksaan di lapangan dilakukan berdasarkan cara-cara yang tertera
pada modul. Berikut merupakan tabel pemeriksaan batas plastis untuk jalan.
Setelah dilakukan percobaan pada sampel tanah, didapatkan data-data
berat tanah basah, berat tanah kering. Data tersebut dimasukkan ke dalam tabel
data untuk mencari nilai kadar air.
Pemeriksaan batas plastis untuk jalan dapat dilihat pada Tabel 3.14, dan
pemeriksaan batas plastis untuk gedung dapat dilihat pada Tabel 2.6.







LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus H Jalan Akses UI Kelapa Dua Cimanggis Depok

Lampiran surat/surat no. : Dikerjakan :
Pekerjaan :

Diperiksa :
Tanggal Pemeriksaan :

Tabel 3.14 Pemeriksaan Batas Plastis (Jalan)
No. PLASTIC LIMIT (PL)
A Nomor Tin Box I II III
B Berat Tin Box (gr) 10,40 8,20 9,30
C Berat Tin Box + Tanah Basah (gr) 17,90 15,80 17,80
D Berat Tin Box + Tanah Kering (gr) 15,70 13,70 15,20
E Berat Air = C-D (gr) 2,20 2,10 2,60
F Berat Tanah Kering = D-B (gr) 5,30 5,50 5,90
G
Kadar Air (w) = 100%
F
E
(%) 41,51 38,18 44,07
Rata-Rata 41,25











3.2.5.3 Batas Susut (Shrinkage Limit)
3.2.5.3.1 Teori Dasar
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara
perlahan-lahan hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus menerus,
tanah akan mencapai suatu tingkat keseimbangan di mana penambahan
kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume. Kadar air yang
dinyatakan dalam persen, di mana perubahan volume suatu massa tanah berhenti
didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). (M. Das, 1988)

3.2.5.3.2 Tujuan Penyelidikan
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air sampel tanah
pada batas keadaan semi padat dan keadaan padat dalam perencanaan jalan.

3.2.5.3.3 Peralatan
1. Prong plate
2. Monel dish
3. Crystallizing dish
4. Mercury
5. Porcelain dish











(a) (b)
(c)
Gambar 3.11 Peralatan Percobaan Batas Susut

Keterangan Gambar 3.11
a. Porcelain dish
b. Crystallizing dish & prong plate
c. Mercury

3.2.5.3.4 Prosedur Percobaan
1. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Siapkan tanah yang lolos saringan no.40 kurang lebih 30 gram.
b. Letakkan tanah tersebut dalam porcelain dish, tambahkan air suling
secukupnya untuk mengisi pori-pori tanah. Banyaknya air yang
dibutuhkan agar tanah mudah diaduk kira-kira lebih sedikit daripada
kadar air batas cair.
c. Oleskan sedikit oli pada monel dish untuk mencegah lekatan tanah. Isi
sepertiga bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan
lalu pinggir monel dish diketuk ringan sehingga pasta tanah mengalir ke
samping dan memadat.
d. Lakukan hal yang sama untuk lapisan berikutnya, sehingga pasta tanah
mengisi monel dish dengan padat dan tidak ada gelembung-gelembung
udara yang terperangkap.
e. Tanah yang berlebihan dipotong dengan spatula.
f. Bersihkan bagian luar monel dish lalu ditimbang (A).
g. Diamkan monel dish yang berisi pasta tanah tersebut di udara terbuka
sehingga terjadi penguapan lalu masukkan ke dalam oven selama 24 jam
pada suhu 110
0
C
h. Setelah kering, masukkan dalam desikator dan setelah dingin kemudian
ditimbang (B).
i. Timbang monel dish yang telah dibersihkan (C).
j. Ukur volume monel dish dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Isi monel dish dengan mercury sampai meluap kemudian tekan
dengan plat kaca di atasnya dengan kuat sehingga kelebihan mercury
akan keluar.
2) Timbang monel dish berikut mercury (D).
3) Hitung volume monel dish yaitu berat mercury (D-C) gram dibagi
13,6 gram/cm
3
.
k. Ukur volume tanah kering dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Tempatkan crystallizing dish pada cawan petri besar.
2) Isi crystallizing dish dengan mercury sampai meluap.
3) Letakkan prong plate di atas crystallizing dish lalu ditekan sehingga
kelebihan mercury akan keluar dan ditampung dalam cawan petri
besar.
4) Angkat crystallizing dish dari dalam cawan petri besar kemudian
mercury dalam cawan petri besar dipindahkan dalam botol
penyimpan.
5) Bersihkan cawan petri dari mercury yang tersisa lalu ditimbang.
6) Letakkan kembali crystallizing dish tadi dalam cawan petri
kemudian sampel tanah yang sudah kering diletakkan di atasnya.
7) Tekan sampel tanah tersebut menggunakan prong plate sampai
tenggelam. Jangan sampai ada udara yang terperangkap di bawah
prong plate.
8) Timbang cawan petri yang berisi tumpahan mercury tersebut.
9) Hitung volume mercury yang tumpah. Volume ini sama dengan
volume tanah kering.

2. CATATAN
a. Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, lakukan percobaan ini
minimal 2 kali.
b. Pada waktu menekan prong plate, mercury kelebihan harus keluar.

3.2.5.3.5 Hasil Pemeriksaan di Laboratorium
Pemeriksaan di lapangan dilakukan berdasarkan cara-cara yang tertera
pada modul. Berikut merupakan tabel pemeriksaan batas plastis untuk jalan.
Setelah dilakukan percobaan pada sampel tanah, didapatkan data-data
berat tanah basah, berat tanah kering. Data tersebut dimasukkan ke dalam tabel
data untuk mencari nilai kadar air.
Pemeriksaan batas susut untuk jalan dapat dilihat pada Tabel 3.15, dan
pemeriksaan batas susut untuk gedung dapat dilihat pada Tabel 2.7









LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus H Jalan Akses UI Kelapa Dua Cimanggis Depok

Lampiran surat/surat no. : Dikerjakan :
Pekerjaan :

Diperiksa :
Tanggal Pemeriksaan :

Tabel 3.15 Pemeriksaan Batas Susut (Jalan)
No. SHRINKAGE LIMIT (SL)
A Nomor monel dish I
B Berat monel dish (gr) 10,30
C Berat monel dish + tanah basah (gr) 35,30
D Berat monel dish + tanah kering (gr) 25,80
E Berat tanah basah = (C) (B) (gr) 25,00
F Berat tanah kering = (D) (B) (gr) 15,50
G Berat air = (C) (D) (gr) 9,50
H Volume tanah basah (cm
3
) 15,52
I Volume tanah kering (cm
3
) 9,09
J Kadar air = 100%
H
G
(%) 61,21
K
SL = |
.
|

\
|

100%
F
I H
(J)
(%) 19,72








3.2.5.4 Perhitungan dan Analisis Hasil Batas-Batas Atterberg
3.2.5.4.1 Perhitungan dan Analisis Batas Cair
Contoh Perhitungan
Berat air = (Berat Tin box + Tanah basah) (Berat Tin box + Tanah kering)
= gr 19,80 gr 26,50
= gr 70 , 6
Berat tanah kering = (Berat Tin box + Tanah kering) (Berat Tin box)
= gr 50 , 8 gr 19,80
= gr 30 , 11
Kadar air = 100%
kering tanah Berat
air Berat

= 100%
gr 11,30
gr 6,70

= gr 29 , 59

Analisis Batas Cair
Pada percobaan batas cair, praktikan membuat 3 sampel dengan kadar air
yang berbeda-beda dan dari masing-masing sampel diambil lagi 2 sampel untuk
dicari kadar airnya. Setelah dilakukan pengujian menggunakan ASTM grooving
tool, untuk sampel pertama didapat 18 ketukan, untuk sampel kedua didapat 27
ketukan dan untuk sampel ketiga didapat 39 ketukan. Jumlah ketukan ini
menunjukan kadar air suatu tanah. Semakin sedikit jumlah ketukannya maka
semakin besar kadar airnya dan tanah sedang mengalami perubahan dari keadaan
plastis ke keadaan cair. Setelah dilakukan perhitungan kadar air, untuk sampel
pertama didapat kadar air sebesar 60,16%, untuk sampel kedua didapat kadar air
sebesar 59,30% dan untuk sampel ketiga didapat kadar air sebesar 54,93%. Hal ini
membuktikan bahwa jumlah kadar air berbanding terbalik dengan jumlah ketukan.



3.2.5.4.2Perhitungan dan Analisis Batas Plastis
Contoh Perhitungan
Berat air = (Berat Tin box + Tanah basah) (Berat Tin box + Tanah kering)
= gr 15,70 gr 90 , 7 1
= gr 20 , 2
Berat tanah kering = (Berat Tin box + Tanah kering) (Berat Tin box)
= gr 10,40 gr 15,70
= gr 30 , 5
Kadar air (w) = 100%
kering tanah Berat
air Berat

= 100%
gr 5,30
gr 2,20

= gr 51 , 41


( )
3
3 w 2 w 1 w
w
+ +
=

( )
3
44,07% 38,18% 41,51% + +
=

41,25% =


PL LL PI =
% 25 , 41 % 90 , 58 =
% 65 , 17 =

Analisis Batas Plastis
Pada percobaan batas plastis, praktikan menggunakan 3 sampel dengan
kadar air yang berbeda-beda agar mendapat hasil yang lebih akurat. Setelah
dilakukan perhitungan didapat hasil kadar air rata-rata adalah 41,25%. Artinya
jumlah air minimal yang dapat ditampung oleh tanah tersebut adalah 41,25%.
Setelah didapat nilai batas plastis (PL) didapat nilai PI (indeks plastis) yaitu
selisih antara batas cair dan batas plastis sebesar 17,65%. Semakin tinggi nilai PI,
menandakan tanah semakin dalam keadaan cair.

3.2.5.4.3 Perhitungan dan Analisis Batas Susut
Contoh Perhitungan
Diketahui :
Berat tanah kering (F) = 15,50 gr
Berat air (G) = 9,50 gr
Volume tanah basah (H) = 15,52 gr
Volume tanah kering (I) = 9,09 gr
Kadar air (w) = 100%
gr 15,52
gr 9,50

= 61,21%
Shrinkage Limit (SL) = |
.
|

\
|
100%
15,50
9,09 - 15,52
21 , 61
= 19,72%

Analisis Batas Susut
Pada percobaan batas susut, diambil sampel dengan jumlah kadar tertentu
atau sebanyak 20 30 ketukan saat uji batas cair. Setelah dilakukan perhitungan
didapat hasil sebesar 19,72%. Hal ini berarti walaupun tanah mengalami
penambahan kehilangan air, tanah tidak akan mengalami perubahan volume lagi.

3.2.5.4.4Hasil Nilai Atterberg Limit
Dari seluruh perhitungan yang sudah dilakukan, maka didapatkan nilai
batas-batas Atterberg.




LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus H Jalan Akses UI Kelapa Dua Cimanggis Depok

Lampiran surat/surat no. : Dikerjakan :
Pekerjaan :

Diperiksa :
Tanggal Pemeriksaan :


Tabel 3.16 Nilai Atterberg Limit
ATTERBERG LIMIT
LL (%) PL (%) PI (%) SL (%)
58,9 41,25 17,65 19,72

Anda mungkin juga menyukai