Anda di halaman 1dari 7

Persaman Laju dan Orde Reaksi Laju dan orde reaksi merupakan parameter penting dalam menentukan kinetika

atau mekanisme reaksi suatu reaksi kimia yang merupakan himpunan dari rangkaian reaksi dasar. Laju reaksi dipahami agar kita dapat meramalkan atau mengontrol kelajuan suatu reaksi dengan cara mengontrol beberapa parameter fisis kondisi reaksi yang menentukan laju reaksi, misal konsentrasi reaktan, temperatur, tekanan dan keberadaan katalis. Parameter Penentu Laju Reaksi 1. Sifat alamiah reaktan Banyak reaksi di antara muatan yang berada dalam sistim pelarut air, yang tidak melibatkan roses pemutusan ikatan berlangsung secara cepat pada temperatur kamar. Missal reaksi di antara ion tersolvasi Ag+ dan Cl- terbentuk endapan AgCl dan reaksi di antara ion H+ dan ion OH- yang menghasilkan larutan air, seperti persamaan berikut ini: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) + H (aq) + OH (aq) H2O(l) Berbeda dengan reaksi yang melibatkan proses pemutusan dan pembentukan ikatan yang biasanya berlangsung dengan lambat, reaksi oksidasi besi (II) dengan permanganat dalam larutan asam adalah contoh reaksi yang sangat cepat. Dari fakta tersebut diatas perlunya aturan umum yang dapat digunakan untuk membahas pengaruh keadaan alamiah reaktan pada laju reaksi. Perhitungan teoritis dalam laju reaksi pada kinetika kimia tanpa melakukan kontrol terhadap parameter kondisi reaksi akan menghasilkan informasi yang terbatas. 2. Konsentrasi pereaksi Hampir semua reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, sedangkan untuk reaksi dapat balik reaksinya juga dipengaruhi oleh konsentrasi produk. Penggambaran matematis hubungan di antara laju reaksi dan konsentrasi spesies yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai persamaan laju reaksi, hukum kinetik, atau hukum laju reaksi. Untuk proses reaksi dengan persamaan reaksi dari unsurunsur yang terlibat seperti yang dinyatakan dalam persamaan: aA+bB xX+yY a, b, x dan y adalah koefisien reaksi, persamaan laju reaksinya adalah: r = k [A]na[B]nb

Dimana na dan nb adalah orde reaksi parsial dari pereaksi A dan B dan k adalah tetapan laju reaksi. Tetapan laju reaksi tidak bergantung pad konsentrasi pereaksi tetapi bergantung pada temperatur, tekanan dan media reaksi. 3. Temperatur Orang pertama yang menguraikan tentang pengaruh temperatur pada tetapan kesetimbangan reaksi adalah vant Hoff yang merumuskan hubungannya dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana adalah perubahan entalpi standar untuk reaksi. Arrhenius mempertimbangkan bahwa pengaruh temperatur pada laju reaksi adalah biasa dan lebih baik dijelaskan secara sederhana sebagai pengaruh temperatur pada energi translasi dari molekul. Dalam persamaan Arrhenius pengaruh temperatur dinyatakan secara eksponensial. Walaupun demikian, sebaiknya diperhatikan bahwa faktor eksponensial dapat juga lemah pengaruhnya, dan akan betul jika menganggap bahwa A sebanding dengan Tm,

k = A Tm

dimana A tidak bergantung pada temperatur. Persamaan di atas dapat digunakan untuk data kinetic dalam kisaran temperatur yang lebih besar. Satuan A dinyatakan sama seperti yang digunakan pada tetapan laju reaksi, sedangkan energi aktivasi diberikan dalam satuan energi, biasanya adlah kJ per mol. Persamaan arrhenium dalam bentuk logaritmanya adalah:

ln k = ln A dimana temperatur berpengaruh pada K, k, dan A yang merupakan angka numerik sederhana. 4. Sinar Pengaruh sinar dalam reaksi kimia dikenal dengan baik dalam reaksi photosintesis dan photografi. Secara umum dikenal sebagai photokimia. Awalnya photosintesis dikenal sebagai proses kimia yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan hijau dengan cara penyimpanan energi dengan cara merubah karbon dioksida dan air menjadi gula. Proses ini dikatalisis oleh zat hijau daun (khlorofil) dan sejumlah sinar. Adanya sinar pada reaksi kimia menyebabkan reaktan berubah menjadi produk dalam mekanisme yang tidak mungkin terjadi bila dilakukan dalam

mekanisme gelap. Dalam keadaan gelap, electron dalam molekul akan menduduki tingkat energi elektronik yang terendah, yang sering disebutsebagai keadaan elektronik dasar. Bila dikenakan sinar dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai dengan perbedaan energi di antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi, molekul akan menyerap photon dan akan berubah menjadi keadaan tereksitasi. 5. Katalis Katalis adalah suatu senyawa yang tidak terlihat dalam keseluruhan proses reaksi tetapi tampak dalam persamaan laju reaksi dengan orde reaksi parsial yang lebih besar dari nol. Kadang-kadang suatu reaksi dapat mengalami proses autokatalisis bilamana, dibawah kondisi reaksi, suatu produk reaksi terlibat dalam proses reaksi dengan tercantum dalam persamaan laju reaksinya. Katalis tidak merubah posisi kesetimbangan reaksi. Pengaruh katalis terlihat dai fakta bahwa keberadaan katalis dapat menurunkan energi aktivasi sehingga tersedia bagi reaktan untuk melakukan reaksi. 6. Media reaksi Beberapa abad yang lalu, Menschutkin mencatat bahwa reaksi dalam sistim larutan tidak dapat dipisahkan dari media dimana reaksi tersebut terjadi. Fakta menunjukkan bahwa pengaruh pelarut dapat terjadi secara luar biasa. Dalam reaksi yang dipelajati oleh Menschutkin, seperti reaksi berikut ini (CH3CH2)3N + CH3CH2I (CH3CH2)4N+ + :IDiketahui laju reaksi bertambah hingga 100.000 kali bila pelarut dirubah dari pelarut heksana (pelarut nonpolar tinggi) hingga pelarut dimetilsulphosida (pelarut aprotik dan sangat polar). Variasi laju reaksi ini mudah untuk diinterpretasikan secara kualitatif bahwa muatan yang terbentuk selama reaksi akan lebih distabilkan dalam pelarut polar. Reaksi Berurutan atau Seri (consecutive or Series Reactions) 1. Reaksi Berurutan Orde Satu Skema kinetik lain yang melibatkan reaksi seri orde satu, adalah reaksi dengan pembentukan madya B yang berlangsung secara berurutan untuk membentuk produk reaksi, seperti yang dinyatakan dalam persamaan reaksi A B C Persamaan difrensial yang menguraikan tahapan melalui tahapan unsure dapat dinyatakan sebagai berikut: =[A]

= =-

[A] [B]

[B]

Seperti yang terlihat bahwa integral dari persamaan di atas, pengurangan konsentrasi dapat dinyatakan: [A] = [A]o Bila disubtitusikan pada persamaan yang menggambarkan konsentrasi B, maka: = Atau [A]o + [B] = [B] [A]o diperoleh:

Bila persamaan di atas dikalikan dengan

[B]

Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai persamaan difrensial:


=

[A]o

Integralnya akan dihasilkan [B]

+I

Dimana tetapan I dapat dihitung, untuk [B] = 0 pada saat t = 0, maka I adalah: I= Substitusi harga I pada persamaan integral dan kemudian dibagi dengan dan hasil integralnya diperoleh sebagai berikut: [B] = Ini akan benar untuk ''' , dalam hal = diperoleh :

[B] = Dimana [B] pada saat t=0. Gambar di bawah menunjukkan perubahan konsentrasi reaktan, madya dan produk dalam hal = dan = 10 .

2. Reaksi Berurutan Orde satu dengan dua madya Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa telah dianalisa reaksi berurutan dengan satu jenis madya, dalam hal tertentu reaksi dapat juga menghasilkan roduk dengan melalui pembentukan dua jenis madya yang berbeda, seperti yang digambarkan dalam skema berikut ini. B A B' Dimana madyanya adalah B dan B', sehingga laju pengurangan konsentrasi A akan dipengaruhi oleh tetapan laju pembentukan madya B ( ) dan tetapan laju pembentukan madya B' ( ). Madya B terbentuk dengan laju reaksinya sebesar [A] dan terurai kembali menjadi produk dengan laju reaksi sebesar [B]. Sehingga laju pembentukan [B] sebagai fungsi waktu adalah: = [A] [B] C

Dengan cara yang sama laju pembentukan madya B' adalah:

[A]

[B]

Sedangkan laju pembentukan produk C adalah: = [B] [B']

Setelah konsentrasi A disubstitusi pada kedua persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: + + [B] [B'] [A]o [A]o =0 =0

Walaupun penyelesaian secara detail tidak tersajikan dalam uraian ini, terlihat bahwa persamaan tersebut adalah persamaan difrensial linear sehingga miudah untuk diselesaikan untuk menghasilkan persamaan berikut ini: [B] =

[B] =

Contoh reaksi lain dengan dua madya dapat dinyatakan dengan persamaa berikut ini: A B C

Dalam proses ini, madya terbentuk secara berurutan daripada secara bersamasamavseperti yang elah dijelaskan sebelumnya. Analisa kinetik dari sistim reaksi ini disusun berdasarkan persamaan berikut ini: = = == [A] [A] [B] [C] [B] [C]

Sesungguhnya, persamaan yang menyatakan hubungan konsentrasi A dan B dengan waktu pada prinsipnya adalah sama seperti model persamaan dalam madya tunggal. [A] = [A]o e [B] = [C]=k1 k2[A]o ( [D]=[A]o(
-kt

=0

) )

Anda mungkin juga menyukai