Anda di halaman 1dari 3

AWAKE INTUBATION FOR NEWBORN WITH MENINGOENCEPHALOCELE A Case Report dr. Emilzon Taslim Sp.An.

Mkes Novia Rahmawati

Abstract.

Abstrak Dua bentuk utama kelainan dysraphism pada tulang tengkorak sehingga menyebabkab protusi jaringan melalui defek pada garis tengah tulang, yang disebut dengan cranium bifidum. yag terdiri dari cranial meningocele dimana cairan serebro spinal mengisi meningeal sac dan cranial encephalocele yang mengandung korteks serebri, serebelum atau dapat juga bagian dai batang otak. Infant di defenisikan saat 24 jam pertama kehidupan, pada kasus ini di fokuskan pada periode neonatus yang didefenisikan sebagai 30 hari pertama kehidupan ektra uterine. Masa transisi terpenting dari kehiduan fetus ke neonatus terjadi pada 24-72 jam pertama kehidupan. pada saar ini terjadi perbahan berbagai siten tubuh . tetapi yang terpenting bagi seorang anestesiologi adalah sirkulasi, pulmonal, hepar dan ginjal. Awake Intubation atau intubasi yang dilakukan secara sadar dipertimbangkan pada beberapa keadaan seperti : resiko tinggi untuk terjadinya aspirasi, sulit untuk mengendalikan ventilasi setelah induksi maupun general anestesia (neonatus).

Two major forms of dysraphism affect the skull, resulting in protrusion of tissue through a bony midline defect, called cranium bifidum. A cranial meningocele consists of a CSF-filled meningeal sac only, and a cranial encephalocele contains the sac plus cerebral cortex, cerebellum, or portions of the brainstem1 The newborn infant is an infant in the first 24 hours of life. This case focuses on the neonatal period, which is defined as the first 30 days of extrauterine life and includes the newborn period. The most significant part of transition occurs in the first 2472 hours after birth. All systems of the body change during transition, but the most important to the anesthesiologist are the circulatory, pulmonary, hepatic, and renal systems. Awake intubation should be considered when there is A difficult intubation anticipated in a patient at risk for aspiration, uncertainty about the ability to ventilate or intubate after induction of general anesthesia (e.g.,neonatus, morbidly obese patients). key word : awake intubation, newborn, meningoencephalocele.

PENDAHULUAN Spondilitis tuberkulosa dikenal juga sebagai Pott Disease, yang merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia, telah ditemukan pada spinal peninggalan dari zaman batu dan pada mummi kuno dari egypt dan peru pada tahun 17791. Pott disease merupakan bentuk tuberkulosis muskuloskeletal yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas, dan paraplegia1. Spondilitis tuberkulosa disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus). Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun spesies mikobakterium yang lainpun dapat juga bertanggung jawab sebagai penyebabnya, seperti Mycobacterium africanum (penyebab paling sering tuberkulosis di Afrika Barat), bovine tubercle baccilus, ataupun non-tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada penderita HIV)2,3. Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosis, keterlibatan tulang dan sendi terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosis tulang (kurang lebih 50% kasus), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya

T 10) dan lumbal bagian atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu dikuti dengan area servikal dan sakral4,5,6. Anestesi;;;; KASUS Seorang pasien ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK KESIMPULAN PENGELOLAAN ANESTESI Premedikasi Jenis Anestesi Anestesi Dengan Relaksasi Dengan Teknik Anestesi Respirasi Posisi Monitoring Selama Operasi 9.00 Nadi 102 Nafas 35 Saturasi 100 9.15 110 34 98 9.30 100 33 99 9.45 102 36 98 10.00 100 33 99 10.15 115 35 97 10.30 102 36 99

10.45 Nadi 102 Nafas 35 Saturasi 100

11.00 110 34 98

Anda mungkin juga menyukai