Anda di halaman 1dari 17

Bantuan Psikososial untuk Anakanak dan Dewasa

Sara Ruhghea Marina Ulfah Khatijatusshalihah Trianda Oktavia Cut Rizka Aliana Hasnani Hasballah Lailatul Muslimah Ressi Winanda Putry Wahyuni Iyulen Pebry Zuany Dini Anyelir Kurniawati

Bantuan Psikososial untuk Anakanak

Bentuk Asesmen Psikososial


Rasa aman Pemenuhan kebutuhan dasar; makanan; minuman; dan tempat tinggal Kondisi kesehatan mental diukur menggunakan angket stres pascatrauma Kearifan lokal memanfaatkan tradisi dan ritual suatu budaya sebagai intervensi.

MAKNA KEJADIAN PADA ANAK


Makna yg dirasakan anak thd kejadian tertentu akan menentukan dampaknya pada anak. Jika anak melihat ayahnya terbunuh dan bila ia menganggap itu sbg suatu kepahlawanan, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Tapi bila dia anggap sebagai ketidakadilan, dapat timbul keinginan balas dendam

REAKSI ANAK THD TRAUMA


Reaksi anak terhadap trauma akan berlainan, tergantung dari usia anak tsb, karena cara berpikir, kematangan emosional dan cara berhubungan sosial berbeda pada usia tertentu USIA DI BAWAH 2 TH Anak ini sepenuhnya membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk melindungi mereka. Mereka seringkali tidak menunjukkan reaksi yg nyata, namun bila ditanya, mereka dpt menceri-takannya secara rinci. Reaksi anak dpt dilihat dari cara ia bermain, misalnya menikam bonekanya, kemudian membawanya ke rumah sakit. Cara anak mengatasi stres adalah dg mengulangi kejadian tsb dlm permainan. 5

REAKSI ANAK THD TRAUMA


ANAK USIA 2 5 TH Anak menjadi sangat takut thd kejadian nyata di lingkungannya atau thd hal-hal yg dibayangkannya. Anak bereaksi berle-bihan thd segala hal yg mengingatkan-nya thd kejadian stres. Anak balita blm paham konsep kematian. Dia selalu mengharap orang yg sudah meninggal itu akan kembali lagi. Mereka juga sangat takut keluarga dekatnya akan terbunuh pula
6

REAKSI ANAK THD TRAUMA


Perilaku yg tampak (2 5 TH) a. Cemas perpisahan (tak mau pisah dr ortu, takut tidur, rewel, mengamuk bila ditinggal sendirian b. Perilaku regresi (kembali mengisap jempol, klinging dg bantal kesayangan), bicaranya mundur, kehilangan kemampuan (misalnya kembali ngompol) c. Mimpi buruk dan mengigau

REAKSI ANAK THD TRAUMA


USIA 6 12 TH Kemampuan berpikir, berperilaku dan memberi tanggapan lebih baik. Dapat mengingat kejadian dg benar dan dpt memahami arti dr peristiwa yg menimpa Mereka banyak berkhayal dalam bermain dan bersandiwara untuk mengatasi stres Mereka lebih mudah merasa bersalah karena tak dpt mencegah keadaan itu Anak akan merasa takut dan rapuh stl mengalami stres Konflik sosial memberi pengalaman yg salah ttg moral, hubungan sosial dan tingkah laku

Gejala- Gejala PTSD (Menurut Marie Albano. Ph.D dalam bukunya yang berjudul Mendampingi anak pasca trauma)
1. Saat seorang anak memainkan kembali peristiwa itu dibenaknya. Gangguan memori berulang-ulang mengenai peristiwa itu. 2. Mimpi buruk 3. Pembangkitan (hyperarousal) Perilaku tak terarah dan tak tenang Marah dan berang Nerves terhadap siapapun dan apapun yang berada disekitarnya (misalnya ketika orang-orang terlalu dekat dengannya. Kaget ketika mendengar suara keras. 4. Penghindaran (avoidence) Penghindaran pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan atau tempat yang mengingatkan anak atas apa yang terjadi. Kaku atau kekurangan emosi-emosi 5. Perilaku-Perilaku lain: Kemunduran ke perilaku terdahulu seperti tak mau berpisah, ngompol, mengisap jempol/jari Sulit tidur atau konsentrasi Menjauh dari orang lain, penarikan sosial Penggunaan secara berlebihan alkohol atau zat-zat lain untuk mengobati diri.

Menurut Marie Albano. Ph.D. Orang tua, profesional dapat memberikan bantuan kepada anak-anak untuk mencegah terjadi PTSD dengan cara :
1. Memperlihatkan kehadiran fisik yang kuat 2. Meneladani dan mengelola ungkapan perasaan-perasaan dan penguasaan diri. 3. Menetapkan pekerjaan pekerjaan rutin dengan kelenturan. 4. Menerima kemunduran-kemunduran perilaku-perilaku anak sembari mendorong dan mendukung kembalinya ke aktivitas yang sesuai dengan usia. 5. Membantu anak-anak dalam menggunakan strategi penenangan yang dikenal 6. Membatu anak-anak bersama-sama dalam mempertahankan keamanannya. Hal lain adalah : 1. Mengijinkan anak mengemukakan ceritanya dalam kata-kata, permainan atau gambar-gambar untuk menyatakan dan menormalisasikan pengalamannya. 2. Membahas apa yang dilakukan atau apa yang telah dilakukan untuk mencegah agar peristiwa tersebut terulang lagi. 3. Mempertahankan suatu lingkungan yang stabil dan dikenal

Beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan pada anak adalah :


Berbicara dengan anak bagaimana perasaan hatinya saat ini maupun saat bencana, berikan informasi dan penggambaran sesuai dengan usia mereka sehingga dapat dimengerti. tentuhan fisik seperti pelukan dan rangkulan sangat penting untuk memberikan rasa aman dan perlindungan emosional. Bermain bersama anak-anak yang lain, bernyanyi bersama dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk menggantikan perasaan takut dengan sesuatu yang menyenangkan. Mengajarkan teknik-teknik rileksasi otot sederhana, dan pengaturan nafas. Memberi kesempatan mereka untuk menyalurkan emosi mereka dengan bercerita ataupun memberikan buku tulis dan kertas gambar sehingga mereka bisa menyalurkan kecemasan mereka dalam gambar-gambar atau tulisan yang mereka buat. Dalam melakukan hal-hal diatas tentunya relawan harus peka terhadap situasi dan keadaan dari anak-anak terseburt, tidak semua hal harus dilakukan ataupun tepat dalam semua kondisi anak-anak korban bencana.

Bantuan kesehatan mental pada dewasa pasca bencana

Kesehatan mental kebencanaan


Tujuan kesehatan mental kebencanaan adalah upaya untuk mencegah reaksi psikologis dan perilaku maladaptif dari para korban bencana dan untuk meminimalisir reaksi maladaptif yang mungkin terjadi pada respon bencana dan proses pemulihannya Berfokus pada kekuatan dan keterampilan koping yang positif sehingga menjadikan individu yang sehat Mengembalikan keberfungsian pada kondisi sebelum bencana

Bantuan
Menangani perilaku sedih : temani dan ajak mengobrol, dengarkan keluh kesahnya, ajak agar tetap makan dan minum, beri dorongan untuk bergaul Menangai perilaku marah : beri perhatian, mengajak berfikir untk menyelesaikan masalah, latihan relaksasi, berbaur dengan lingkungan Menangani perilaku panik : jawab pertanyaannya dengan singkat dan jelas, tidak menyalahkan, bersikap tenang

Menangani perilaku trauma : bangun rasa saling percaya, bimbing cara mengatasi gejolak perasaan yang muncul, berbagi pengalaman, hindari berbicara yang mengingatkannya pada peristiwa bencana. Menangani perilaku kacau : ajak berkomunikasi, beri kesempatan untuk mengungkapkan emosinya, ajak keluarga untuk mengawasi dan merawatnya, hindari pengucilan

Contoh program
PFA, diberikan segera setelah bencana CISM (critical insident stress management), yaitu intervensi krisis yang dapat diberikan pada individu, kelompok kecil, kelompok, besar keluarga dan komunitas.

Daftar pustaka
Harun, harnold. (2009). Masalah kesehatan mental setelah bencana. Banda aceh : majalah ilmiah ukhuwah. Retnowati, Sofia. Handout Psikologi Bencana. Yogyakarta: UGM PULIH. 2009. Mengenali Trauma Pasca Bencana. www. Pulih.or.id

Anda mungkin juga menyukai