Anda di halaman 1dari 7

Konseling Perkawinan (dalam percakapan)

Johan seorang design art, di sebuah perusahaan peretakan / majalah. Dia telah menikah dengan Marlina selama dua tahun. Marlina sendiri telah bekerja di stasiun televisi bidang periklanan. Sehingga karena kesibukannya masing-masing, mereka jarang memiliki waktu untuk berdua, meskipun itu untuk makan malam. Sehingga Johan memiliki keinginan agar setiap hari dapat berduaan setelah seharian tidak bertemu. Johan dan Marlina sepakat untuk membangun pernikahan model egalitarian ( modern), dimana dalam melakukan tugas-tugas rumah tangga mereka berdua akan saling membantu. Namun dengan seirin waktu keinginan itu bergeser. Johan menjadi semakin sibuk dengan pekerjaannya, sehingga dia lupa atau terlalu capek dengan pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya. Hal ini, membuat Marlina marah dan suka uring-uringan. Marlina bersikap dingin, dan selalu mengacuhkan keinginan Johan. Kemudian mereka bertengkar, dan akhirnya berujung pada penolakan Marlina untuk menemani Johan nonton di bioskop karena kecapekan seharian kerja di luar kota. Marlina juga sering tidur duluan dan tidak menunggu Johan untuk makan malam berdua. Karena Johan ingin sekali-kali Marlina menunggunya untuk makan malam berdua. Karena merasa akan adanya kejanggalan dalam hubungan suami-istri yang jauh dari ketentraman, kebahagiaan, dan kebersamaan. Akhirnya johan memutusakan untuk melakukan konseling dengan seorang konselor yang bernama Bu Laily rahmah, S.psi, M.si, psi agar memperoleh kejelasan berupa pangarahan yang diharapkan memberikan keselarasan hubungan suami-istri dengan marlina selaku istrinya. A. Tahap awal : Proses perkenalan : Seorang laki-laki bernama Johan menelepon Bu Laily untuk permintaan konseling : Johan : halooo..selamat siang? Konselor : halo, selamat siang. Johan : benar ini ibu Laily !? (dengan nada yang tegas dan buru-buru) Konselor: iya Pak, ada yang bisa saya bantu? Ini dengan bapak siapa ya? Johan : saya Johan.mmmm tapi bisa saya bertemu dengan ibu sekarang!? Apa ibu punya waktu?? Konselor: iya bisa, Pak. Kira-kira bapak akan datang jam berapa? Johan : sekarang juga saya akan datang ke tempat ibu!!! Konselor : oke Pak, saya akan menunggu. Johan : trima kasih, Bu! Konselor : sampai jumpa, hati-hati di jalan.

selang beberapa jam setelah permintaan konseling, akhirnya johan datang bersama dengan marlina yang merupakan istrinya. Johan : selamat siang bu?? ( sambil membuka pintu, disusul seorang perempuan yang terlihat begitu tegang ) Konselor : selamat siangsilahkan duduk pak, bu?? ( sambil tersenyum ) Johan : bu, ini istri saya. Kami menikah sudah dua tahun, hubungan kami baik-baik saja dari luar. Bahkan teman-teman bilang kami ini pasangan yang serasi. Namun, dalam hati saya tidak bisa memungkiri, bahwa pernikahan kami begitu hambar. Marlina : itu terjadi karna kamu kurang perhatian dan tidak pernah mau membantuku!!! ( dengan wajah yang begitu merah dan air mata yang mulai menetes ) kamu sibuk dengan kebiasaanmu, pekerjaanmu dan tidak pernah membantuku di rumah. Setiap kali ada peluncuran majalah kamu sering pulang larut! Dan aku tidak mungkin menunggumu untuk makan malam. Coba ibu bayangkan jika setiap hari ibu harus mengurus rumah sendiri dan memiliki pekerjaan diluar pasti kita akan lelah. Johan : saya tidak pernah meminta dia untuk bekerja diluar dengan keadaan seperti ini, saya merasa tidak memiliki seorang istri. Seperti istri-istri teman saya yang selalu setia menunggu suami pulang bekerja. Marlina : kita sudah sepakat untuk hal ini, kenapa sekarang kamu mempermasalahkannya? Johan : saya tidak suka ketika saya pulang kerja harus membersihkan rumah. Konselor : apa yang bapak harapkan? Johan : saya tidak tahu sebenarnnya saya tidak ingin istri saya selalu menyambut saya didepan pintu ketika pulang kerja, tapi saya hanya ingin dia memasakkan makan malam untuk saya sekali-kali sambil menemani saya Marlina : ibu, saya bener-bener tidak tahu apa yang dia inginkan dari saya, karena dia tidak pernah mengatakannya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dan saya tidak tahu pernikahan seperti apa yang dia inginkan. Johan : lalu apa yang harus saya lakukan? Konselor : saya akan mempelajari masalah anda berdua, untuk sementara waktu saya hanya bias

menyarankan agar anda menkomunikasikan segala sesuatu tanpa menggunakan emosi. Kira-kira kapan kita bisa bertemu lagi untuk menyelesaikan masalah ini? Johan : bagaimana kalau hari rabu? Bagaimana dengan pembayarannya? Konselor : menurut saya itu ide yang bagus. Dengan senang hati saya akan menunggu kedatangan anda. Masalah pembayaran, anda dapat membayarnya pada akhir proses konseling ini. B. Tahap pertengahan : Identifikasi kasus / Diagnosa : Sekretaris memberitahukan bahwa Pak Johan telah datang. Saya memintanya agar mempersilahkan Pak Johan untuk masuk. Johan : selamat sore Konselor : selamat sore, silahkan duduk Pak. Mmm kok Ibu Marlina tidak ikut? Johan : ow, Marlina sedang ada pekerjaan di luar kota jadi tidak bisa ikut. Apa proses konseling tidak bisa dilakukan jika tidak ada Marlina? Konselor : bukan begitu, proses konseling tetap dapat dilakukan. Hanya saja bila ada Ibu Marlina akan jauh lebih baik, karena kita bisa diskusi bersama. Kemudian dapat menetapkan prinsip atau keinginan yang menjadi harapan pernikahan anda. Johan : trus bagaimana bu? Konselor : bila anda siap, sekarang kita akan melakukan penetapan masalah yang sebenarnya. Menurut anda apa yang menyebabkan terjadinya komunikasi yang tidak baik di rumah? Johan : begini bu, saya sebenarnya tidak menuntut banyak pada Marlina. Bahkan saya memberikan kebebasan dan tidak pernah mengganggu privasinya. Agar sesuai dengan prisip kami berdua untuk menciptakan keluarga modern. Tapi pada kenyataannya, Marlina tidak pernah berusaha menjadi istri sesuai dengan kesepakatan kami. Dia selalu tidur di saat saya pulang kantor dan tidak pernah menyediakan makan malam buat saya. Sebenarnya yang saya inginkan dia ada disamping saya ketika kami sama-sama dirumah. Karena kami sudah seharian tidak ketemu.

Konselor : sebelumnya apa sudah dibicarakan? Johan : saya lelah membahas hal ini terus menerus dan membuat hubungan kami menjadi semakin memburuk. Untuk itu saya sering mengalah pada Marlina. Konselor : nah, sekarang berarti kita bisa menyimpulkan permasalahan yang telah anda hadapi. Menurut anda permasalahan yang sedang anda hadapi itu apa? Johan : masalahnya terletak pada Marlina yang tidak mau memperbaiki perilakunya, sikapnya yang suka memerintah dan keras kepala. Mungkin juga terjadi karena hubungan kami yang semakin jauh dari romantis. Karena hobi kami yang berbeda. Konselor : kalau begitu semua itu lebih tepat pada komunikasi dalam pernikahan anda yang kurang efektif, dan intens. Saya hanya dapat menganjurkan pada anda agar memkomunikasikan segala sesuatu dengan baik dan kepala dingin. Johan : okey bu. Trima kasih, saya akan berusaha. Sampai ketemu lagi. Konselor :sama-sama, saya akan menunggu kedatangan anda bersama ibu Marlina. Setelah ibu Laily selaku konselor melakukan tindakan untuk mempelajari dan memahami kasus yang terjadi pada keluarga Johan lebih dalam, bu Laily berpikir bahwa letak permasalahan yang terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi dalam rumah tangga. Mengingat mereka berdua memiliki kesibukan kerja. Sehingga mereka jarang meluangkan waktu untuk berkomunikasi di rumah. Mereka berdua cenderung melakukan hobinya masing-masing tanpa pasangannya, bahkan mereka jarang meluangkan waktu untuk berakhir pekan berdua. Apa lagi Marlina istri Johan sering melakukan perjalanan dinas luar kota untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya dibidang periklanan. Hal-hal semacam inilah yang semakin memperkeruh hubungan rumah tangga dan membuat jarak diantara mereka.

Alternatif penyelesaiannya / Prognosa : Bu laily menyiapkan beberapara hal yang perlu dilakukan agar pernikahan mereka dapat diselamatkan. Hal pertama yang perlu dilakukan mereka adalah menyamakan persepsi dan selalu mengkomunikasikan segala sesuatunya. Johan : selamat sore Bu.

Konselor : selamat soreoh ya silahkan duduk. Bagaimana kabarnya hari ini? Johan dan istri: cukup baik. Konselor : sukurlah kalau begitu, apakah sekarang kita bisa memulai proses penyelesaian masalah yang dialami? Johan : saya rasa kami sudah siap dan akan mengikuti prosesnya. Konselor : saya akan memberikan beberapa pertanyaan dan saya sangat berharap anda berdua memberikan jawaban dengan jujur. Pertanyaan pertama, hal-hal apa yang membuat anda berbeda dengan pasangan anda? Lalu apa persamaan anda? Johan : kami berbeda dalam hobi. Saya lebih suika menonton film dan pergi ke bioskop sementara Marlina lebih suka mebaca buku di rumah. Marlina : persamaan kami, kami ingin membangun pernikahan yang modern dan menyukai dunia intertainment. Kami juga mengahargai kebebasan masing-masing. Konselor : pertanyaan kedua, apakah anda menyerang, menghina, menuduh, atau menolak perbedaan pasangan anda? Johan : saya rasa tidak menuduh, tapi memang kenyataannya Marlina semakikn jauh dari saya. Setiap saya meminta waktu untuk bersama-sam membersihkan rumah, maka ia akan menjawab ia telah lelah bekerja seharian atau ingin istirahat karena capek. Marlina : itu salah kamu, kalau saja kamu pagi bisa membantu pekerjaan di rumah maka kamu akan aku bantu mengerjakan pekerjaan rumah setelah kamu pulang kerja. Jadi kita bias bekerja sama. Konselor : sepertinya itu solusi yang sangat bagus, agar anda lebih akrab dan dekat seperti awal dari pernikahan anda. Pertanyaan ketiga, apakah anda sakit hati karena apa yang anda anggap penting ternyata tidak berharga di mata pasangan anda?

Johan : saya merasa tersinggung jika hal itu terjadi, tapi hal itu tidak akan membuat hubungan kami terganggu.

Marlina : ya.saya rasa seperti itu, kami sangat menghormati kebebasan masing-masing. Walaupun kadang kami saling menuntut. Karena saya tidak suka jika dia tidak membersihkan rumah sesuai dengan kesepakatan kami. Konselor : pertanyaan keempat, apa perioritas anda dalam hidup?

Johan : pernikahan kami menjadi prioritas pertama dan utama dalam kehidupan saya.

Marlina : saya setuju.

Konselor : dari beberapa pertanyaan tersebut dapat membantu menumbuhkan komunikasi yang efektif dalam hubungan anda. Untuk itu bicarakan hal-hal yang berbeda dalam pandangan anda, untuk menyamakan persepsi. Saya memberikan tugas di rumah untuk memperbaiki konsep pernikahan dan peraturan-peraturan yang di sepakati.

C. Tahap akhir : Treatmen / Penyelesaiannya :

Dari wawancara yang telah dilakukan bu Laily merasa komunikasi sebagai inti dari permasalahan mereka. Untuk itu bu Laily menyarankan agar mereka sering melakukan komunikasi dalam setiap hal. Kemudian memperbaiki konsep pernikahan mereka. Hal ini harus dibicarakan terlebih dahulu.

Konselor : apakah anda telah membuat konsep pernikahan yang baru dan kesepakatannya?

Johan : kami telah membicarakannya, dan telah membuatnya dengan diskusi bersama. Jadi kesepakatan tersebut menjadi milik kami dan harus kami lakukan agar komunikasi dan hubungan pernikahan kami menjadi lebih baik.

Marlina : saya telah sepakat, Bu!?

Konselor :bila anda telah menyepakati hal tersebut maka proses konseling ini telah selesai. Saya sangat puas dengan hasil kerja sama kita.

Johan : saya juga sangat puas, terima kasih atas bantuan anda. ( sambil menyodorkan amplop yang berisi cek)

Konselor : bila anda mengalami suatu problem, jangan ragu-ragu untuk mengunjungi saya. Insya Allah saya akan dengan senang hati membantu anda.

Johan dan Marlina: iya bu...trima kasih..

Mereka berjabat tangan dan meninggalkan ruangan konselor dengan hati yang lebih tenang dan bahagia, di iringi oleh bu Laily selaku konselor. Mereka sangat puas dengan kerja sama yang telah mereka lakukan.

Anda mungkin juga menyukai