Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PENGENALAN BANGUNAN DAN SISTEM IRIGASI SAWAH

Oleh: Dinda Puspalita NIM A1H009047

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2011

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Dalam jaringan irigasi ada 4 unsur pokok dari bangunan irigasi yaitu: bangunan utama, jaringan pembawa dan kelengkapan bangunannya, saluran pembuang, dan petak tersier. Bangunan utama adalah suatu komplek bangunan yang direncanakan dibangun di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke saluran irigasi. Bangunan utama dapat mengatur debit dan mengurangi sedimen yang masuk ke saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari: bangunan pengelak dengan peredam energi, pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, kantong lumpur, dan tanggul banjir. Bendung (weir) berfungsi untuk mengatur atau meninggikan permukaan air hingga dapat disadap. Selain itu ada penyadapan bebas atau penyadapan pada waduk atau penyadapan dengan pompa apabila pengaliran secara gravitasi dengan meninggikan muka air tak mungkin. B. Tujuan 1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi. 2. Mengenal tatacara pemberian nama/kode pada bangunan irigasi. 3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian bangunan irigasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri atas saluran tersier serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier, bangunan bagi sadap dan bok-bok tersier. Bangunan sadap tersebut dapat pula berfungsi sebagai bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan bangunan pengatur muka dan pada saluran pembawa dengan aliran super kritis dilengkapi bangunan terjun, got miring. Pada saluran sub kritis dilengkapi dengan bangunan talang, sipon, jembatan sipon, bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang samping dan jalan jembatan (Anonim). Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung kelebihan air dari jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi. Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang primer atau sekunder. Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, nama sungai yang disadap atau nama waduk. Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani. Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder. Saluran antara dua bangunan dinamakan ruas disingkat R. Sedangkan pada petak tersier kode sesuai dengan nama bangunan sadap tersier pada saluran sekunder. Contoh S2K artinya petak tersier menyadap dari saluran sekunder sambak bangunan nomor 2 dan sebelah kanan saluran.

III. METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Peta jaringan 2. Roll meter 3. Selang plastik 4. Alat tulis B. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum yaitu mengamati dan mencatat proses-proses penting yang dijelaskan mengenai bendungan Pelus Arca.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tahu. http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu. diakses pada tanggal 26 April.2011. Anonim. 2011. Limbah tahu cair menjadi biogas. http://barangdaurulang.blogspot.com/2009/08/limbah-tahu-cair-menjadibiogas.html. diakses pada tanggal 26 April 2011. Achsin Utami. 1992. Evaluasi biodegrability dari air Limbah Untuk menentukan pengolahannya, sub dir pengendalian dan mitigasi bencana, BPPT,Jakarta. Nurhasan, Pramudyanto, 1991. Penanganan Air Limbah Tahu dalam Dewi S., Meilani, 1999. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Produksi Enzim Glukoamilase dari Saccharomycopsis fibuligera. Skripsi jurusan TPHP, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, Yogyakarta. Nurman. 2011. Karakteristik Limbah Tahu. http://nurman20.wordpress.com/2007/07/26/karakteristik-limbah-tahu/. Diakses pada tanggal 26 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai