Anda di halaman 1dari 5

FRAKSI KEADILAN SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BOGOR

Jl. Kapten Muslihat No. 21 Telp. (0251) 323472

PANDANGAN UMUM FRAKSI KEADILAN SEJAHTERA TERHADAP RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2005
Bismillahirrahmanirrahim Assalaamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Ykh. Saudara Ketua dan Para Wakil Ketua DPRD Kota Bogor ; Ykh. Saudara Walikota Kota Bogor ; Ykh. Saudara-saudara unsur pimpinan daerah di kota Bogor Ykh. Dan DenPom, Dan Dim 0606 (atau yang mewakili) ; Ykh. Kepala Kejaksaan Negeri, Kapolresta, Ketua Pengadilan Negeri Kota Bogor, Ketua KPUD (atau yang mewakili) ; Ykh. Saudara Sekretaris Daerah Kota Bogor, unsur-unsur pimpinan di lingkungan pemerintah Kota Bogor dan unsur pimpinan BUMD di lingkungan Pemerintah Kota Bogor Ykh. Saudara-saudara Pimpinan Partai Politik, Perguruan tinggi, Organisasi Kemasyarakatan yang tergabung dalam Organisasi Keagamaan, Pemuda, Wanita dan Profesi ; Ykh. Para Alim Ulama, Tokoh Masyarakat dan Media Massa ; Ykh. Para Camat dan Lurah Se-Kota Bogor ; Ykh. Para Anggota DPRD Kota Bogor dan hadirin sekalian yang berbahagia ;

Alhamdulillah, puji dan syukur Kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga Kita dapat bersilaturahim dalam Rapat Paripurna DPRD malam ini. Shalawat dan salam senantiasa kita limpahkan kepada junjungan Kita Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin Rapat Paripurna yang berbahagia, Pertama, Fraksi Keadilan Sejahtera mengucapkan apresiasi kepada Pemerintah Daerah yang sudah bisa menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah disampaikan Plh Walikota Bogor tanggal 2 Juni 2006, dengan format laporan keuangan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Laporan Keuangan tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan komitmen Pemerintah dalam meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan diharapkan terus ditingkatkan sehingga dapat segera menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Namun demikian Fraksi Keadilan Sejahtera memandang masih perlu usaha dan tekad yang kuat (Political Will) dalam melakukan pembenahan dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, dengan melakukan perubahan paradigma pengelolaan keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah harus sesegera mungkin mewujudkan hal ini, karena kunci keberhasilan pengelolaan Pemerintah adalah pada kualitas akuntabilitas, transparansi, efektifitas, dan efisiensi pengelolaan keuangannya. Berbagai momok pengelolaan keuangan daerah seperti mark-up proyek, tender yang tidak transparan atau penuh kolusi, politisasi birokrat, dan sebagainya yang menyebabkan pemborosan keuangan daerah harus dihilangkan. Karena hal tersebut hakekatnya merupakan kejahatan dalam bernegara yang harus diperangi oleh kita semua Fraksi Keadilan Sejahtera juga memandang laporan keuangan yang disampaikan harus terlebih dahulu diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Karena baik di dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Keuangan Daerah, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maupun Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ditegaskan keharusan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setelah laporan keuangan daerah diaudit oleh BPK. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 184 ayat 1 bahwa: Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa

oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Walaupun dalam pasal 102 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa bila melampaui 5 (lima) bulan setelah Tahun anggaran berakhir BPK belum bisa menyerahkan laporan hasil pemeriksaan, Raperda Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD diajukan kepada DPRD. Semestinya Pemerintah tidak perlu terburu-buru karena masih ada waktu sampai dengan akhir Juni. Mengapa audit BPK ini diperlukan? Hal ini dikarenakan penelaahan pertanggungjawaban pengelolaan APBD diawali dari hasil audit BPK. Penelaahan laporan keuangan akan lebih terarah dan obyektif bila didasarkan laporan hasil audit BPK beserta temuan-temuannya. Karena bagaimana mungkin DPRD menelaah laporan keuangan yang demikian besar dan komplek sebelum adanya hasil audit dari BPK sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan yang ada. Untuk itu Fraksi Keadilan Sejahtera mengusulkan pembahasan Raperda pertanggungjawaban pengelolaan APBD tahun 2005 dilakukan setelah adanya laporan hasil audit BPK, sampai batas waktu yang disebutkan dalam Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 yaitu enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Hadirin Rapat Paripurna yang berbahagia, Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dinyatakan tidak berlaku. Namun Fraksi Keadilan Sejahtera melihat belum terakomodasikannya Peraturan Pemerintah yang baru tersebut dalam penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD ini. Diantaranya masalah format laporan keuangan yang tidak sinkron dengan format APBD, sehingga akan terdapat kesulitan dalam mengkaji dan menganalisa realisasi anggaran per kegiatan di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah. Padahal dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara pasal 31 ayat 2 dalam penjelasannya dinyatakan bahwa Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja juga menjelaskan prestasi kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 100 ayat 5 ditegaskan bahwa Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun berdasarkan laporan keuangan SKPD. Oleh karena itu setiap SKPD harus membuat Laporan Keuangan yang kemudian dijadikan dasar pembuatan Laporan keuangan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, Fraksi Keadilan Sejahtera memandang laporan keuangan tahun 2005 perlu dilengkapi dengan laporan

keuangan masing-masing SKPD untuk memudahkan pembahasan serta penilaian terhadap laporan keuangan Pemerintah Daerah tahun 2005. Hadirin Rapat paripurna yang berbahagia Secara umum, laporan keuangan yang disampaikan menggambarkan

perkembangan yang menggembirakan. Dalam laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja terlihat pencapaian realisasi PAD yang melebihi target anggaran yang telah ditetapkan dan di sisi belanja terdapat pengeluaran yang masih berada di bawah pagu anggaran yang ditetapkan. Namun hal ini belum menggambarkan kondisi efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan yang sebenarnya, karena sekali lagi dalam laporan keuangan yang disampaikan tidak dijelaskan realisasi anggaran per kegiatan. Misalnya dalam penataan PKL terlihat dana yang dialokasikan untuk membiayai program tersebut cukup besar yaitu 3,6 milyar rupiah tetapi sampai hari ini tidak menampakan hasil yang menggembirakan. Seperti yang terjadi di jalan MA Salmun, Dewi Sartika, dan Nyi Raja Permas, di lokasi tersebut PKL masih banyak yang belum tertata bahkan tempat-tempat yang disediakan dirusak tanpa ada tindakan tegas dari Pemerintah Daerah sehingga hal ini menimbulkan kerugian keuangan daerah. Contoh lain misalnya masalah kebersihan. Anggaran yang telah dialokasikan untuk penanganan masalah kebersihan sebesar 10 milyar rupiah, sebuah nilai yang cukup besar, namun nilai tersebut tidak bisa menghindarkan kota Bogor dari anugerah predikat sebagai salah satu Kota Terkotor di Indonesia. Selain itu perlu dipertanyakan juga efektivitas program penanggulangan

kemiskinan yang merupakan salah satu program prioritas. Misalnya anggaran kegiatan pendataan keluarga miskin yang menghabiskan anggaran 455 juta rupiah. Sangat disayangkan ternyata kemudian data keluarga miskin yang dihasilkan tidak digunakan tetapi menggunakan data keluarga miskin hasil pendataan Biro Pusat Statistik (BPS). Data tersebut juga belum digunakan secara optimal dalam kegiatan di bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi serta bidang kesehatan. Sehingga terlihat ketidakterpaduan sasaran intervensi penangulangan kemiskinan di masing-masing SKPD. Terkait dengan SILPA (sisa lebih pembiayaan anggaran),dalam laporan realisasi anggaran tercatat jumlah SILPA sebesar Rp 53.260.889.567,00 (lima puluh tiga milyar dua ratus enam puluh juta delapan ratus delapan puluh enam ribu lima ratus enam puluh tujuh rupiah), yang terdiri dari surplus pendapatan dan belanja sebesar

Rp 32.830.224.991,20 serta sisa pembiayaan sebesar Rp 20.430.664.655,80. Fraksi Keadilan Sejahtera memandang saudara Walikota harus bisa menjelaskan mengapa ada kenaikan SILPA begitu besar karena nilai tersebut setara dengan lebih dari 2 kali lipat SILPA 2004 yaitu Rp 26.065.010.538,80. Kemudian dari sektor apa, SKPD serta kegiatan apa yang menyebabkan jumlah SILPA sebesar itu, serta mengapa hal tersebut bisa terjadi. Oleh karena itu dalam pembahasannya nanti akan sangat erat dan tidak bisa dipisahkan pembahasan Raperda ini dengan laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota. Laporan keuangan PDAM Tirta Pakuan yang dilampirkan Pemerintah Daerah secara umum menunjukkan kinerja yang baik, namun disayangkan belanja administrasi umum (22 milyar rupiah) masih lebih besar dibandingkan biaya langsung usaha. Untuk laporan keuangan Bank Pasar, Fraksi Keadilan Sejahtera melihat masih rendahnya kredit yang diberikan kepada pedagang dibandingkan kredit yang diberikan kepada karyawan. Dalam laporan terlihat hanya 21% alokasi kredit Bank Pasar kepada pedagang dan sisanya sebesar 79% kepada karyawan. Tentu hal ini menunjukkan manajemen Bank Pasar belum bisa mewujudkan eksistensi Bank Pasar sebagai mitra pedagang dan pengusaha UKM.

Hadirin rapat paripurna yang Fraksi Keadilan Sejahtera hormati Demikian Pandangan FKS agar dapat dijadikan bahan dalam pembahasan berikutnya. Terima kasih atas segala perhatiannya mohon maaf atas segala kekurangannya semoga Allah senantiasa meridhoi langkah kita amien,. Wabillaahitaufik wal hidayah wassalaamualaikum Wr, Wb.

Bogor, 9 Juni 2006 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BOGOR FRAKSI KEADILAN SEJAHTERA (FKS)

Ketua, TTD IMAN NUGRAHA, S.H

Sekretaris TTD ABUZAR USMAN, A.Md.Ak

Anda mungkin juga menyukai