Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

A. Sejarah Pendidikan Kesehatan Di Indonesia, pendidikan kesehatan sudah ada (sederhana) pada zaman Hindia Belanda. Tanggal 1 April 1936, pusat pendidikan untuk petugas kesehatan masyarakat didirikan oleh Dr. Heidrich di Purwokerto yang kemudian dipindahkan ke Banyumas. Pusat pendidikan ini menghasilkan tenaga menteri hygiene. Tahun 1970, di seluruh Indonesia hanya terdapat empat ahli pendidikan kesehatan masyarakat dengan latar belakang pendidikanl luar negeri. Tahun 1974, unit-unit yang ada di tingkat provinsi mulai mengembangkan aktivitas, fasilitas, maupun tenaga pendidik kesehatan.

B. Definisi Pendidikan Kesehatan Menurut Nyswander (1947) dalam Triyoya (2000), pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis dan bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain serta bukan pula seperangkat prosedur. Proporsi dalam pendidikan kesehatan: 1. Proporsi nomor satu Tadak ada satupun input pendidikan yang dapt diharapkan untuk memberi akibat yang mantap terhadap perubahan apabila tidak disokong oleh input-input yang lain. 2. Proporsi nomor dua Kombinasi yang terbaik dari input pendidikan kesehatan untuk bebeerapa individu belum tentu terbaik pula untuk yang lain. 3. Proporsi nomor tiga Pendidikan kesehatan tidak boleh diharapkan untuk mencapai hal-hal yang lebih dari perubahan perilaku. C. Tujuan Pendidikan Kesehatan Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut: 1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. 2. Mendorong individu agar mampu mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. 3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan.

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan menurut Wang (1974), adalah: 1. Agar penderita memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesehatan dirinya, lingkungan, dan masyarakat. 2. Agar setiap orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit. 3. Agar setiap individu memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi, perubahan system, dan cara memanfaatkannya. 4. Agar setiap individu mempelajari apa yang dapat dilakukannya.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidiakn kesehatan dapat dilihat dari beberapa dimensi, anatara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan/aplikasinya, dan tingkat pelayanan kesehatan. Dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapt dilakukan berdasarkan tingkat pencegahan sebagai berikut: 1. Promosi kesehatan (health promotion) Misalnya promosi tenteng kabiasaan hidup sehat, perbaikan sanitasi lingkungan, hygiene perorangan, dan peningkatan gizi. 2. Perlindungan khusus (specific protection) Program imunisasi sebagai bentuk perlindungan khusus. 3. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnostic and promt treatment) Karena kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit masih rendah, sehingga masyarakat sulit/tidak mau diperiksa dan diobati. 4. Pembatasan cacat (disability limitation) Kurangnya pengertian dan kesadatran masyarakat tenteang kesehatan mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. 5. Rehabilitasi (rehabilitation) Rahabilitasi bertujuan untuk memulihkan cacat.

E. Prinsip Pendidika Kesehatan 1. Peranan pendidikan kesehatan Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi factor perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan adalah usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar perilakunya sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. 2. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilakunya) untuk mencapai derajat kesehatan secara optimal.

F. Hukum Dasar Pendidikan Hukum-hukum dasar pendidikan berdasarkan pada perkembangan manusia sehingga disebut teori perkembangan manusia (Soekidjo, 1989), antara lain: 1. Teori Empirisme Teori ini menyatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh peserta didik selama hidupnya. 2. Teori Nativisme Teori ini menyatakan bahwa perkembangan anak adalah suatu ketentuan sejak terlahir ke dunia, yang berupa pembawaan. Lingkungan tidak mempunyai pengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. 3. Teori Naturalisme Teori ini menyatakan bahwa semua manusia akan lahir dalam keadaan baik, tetapi akan menjadi buruk juga karena perbuatan manusia itu sendiri. 4. Teori Konvergensi Teori ini menyatakan bahwa prekembangan anak hanya semata-mata ditentukan oleh pembawaan atau lingkungan saja, tetapi kedua factor tersebut secara bersama menentukan perkembangan anak.

G. Sub-Bidang Ilmu Pendidikan Kesehatan 1. Kemunikasi Kesehatan Komunikasi diperlukan sebagai pemberian informasi kesehatan dan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi. 2. Dinamika Kelompok Dinamika kelompok diperlukan dalam mengkondisikan faktor-faktor predisposisi perilaku kesehatan yang harus dikuasai petugas kesehatan. 3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat

Masyarakat harus mampu mengorganisasikan komunitasnya untuk berperan dalam penyediaan fasilitas kesehatan. Untuk itu, petugas kesehatan harus dibekali ilmu pengetahuan dan pengorganisasian masyarakat (PPM). 4. Pemasaran Sosial Jasa Bidang Kesehatan Untuk memasyarakatkan produk kesehatan, baik berupa peralatan, fasilitas, maupun jasa-jasa pelayanan, perlu usaha pemasaran. 5. Pendidikan dan Pelatihan Sikap dan perilaku dari petugas kesehatan merupakan pendorong perilaku sehat masyarakat. Karenanya, petugas kesehatan harus memperoleh pelatihan khusus tentang kesehatan atau pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. 6. Teknologi Pengembangan Media Promosi Kesehatan Fungsi media dalam pendidikan kesehatan adalah sebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan. 7. Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan Tujuan program pendidikan kesehatan sebagai indikator keberhasilan dari program pendidikan kesehatan untuk suatu perubahan pengetahuan sikap dan perilaku sasaran yang memerlukan perlakuan khusus. 8. Antropologi Kesehatan Petugas kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi kesehatan, karena untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai latar belakang sosial-budaya masyarakat. 9. Sosiologi Kesehatan Petugas kesehatan perlu menguasai aspek-aspek sosial di masyarakat (sosiologi), karena latar belakang, struktur sosial, dan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. 10. Psikologi Kesehatan Untuk memahami perilaku individu maupun kelompok, petugas kesehatan harus menguasai psikologi, karena psikologi merupakan dasar dari ilmu perilaku.

Anda mungkin juga menyukai