Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH HUKUM SITA DAN EKSEKUSI

SITA EKSEKUSI TERHADAP ASET BANK PERMATA

OLEH : GAGAH DEWANTARA E1A009197

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM JURUSAN ILMU HUKUM PURWOKERTO 2011`

Mandiri Prima Ngotot Minta Sita Eksekusi Bank Permata


www.bisnis.com Rabu, 06 Juli 2011 | 11:03 WIB

JAKARTA: PT Mandira Prima Perkasa menyatakan akan tetap meminta sita eksekusi terhadap Bank Permata dilanjutkan, meskipun bank tersebut telah melakukan upaya hukum peninjauan kembali terkait kasasi Mahkamah Agung mengenai perkara utang USS7,09 juta. Putusan kasasi MA menyatakan PT Mandira terbukti tidak memiliki utang sebesar US$7,09 juta terhadap Bank Permata. Bank Permata dihukum mengembalikan uang PT Mandira sebesar Rp3,2 miliar dan US$3,5 juta. Adapun PN Cibinong juga sedang melakukan sita eksekusi terhadap beberapa aset Bank Permata yaitu mesin ATM di beberapa tempat dan juga gedung kantor pusat Bank Permata. Walaupun Bank Permata telah mengajukan PK, tetapi kasasi dari MA telah memiliki kekuatan hukum tetap, artinya sita eksekusi tetap bisa dijalankan walaupun Bank Permata membangkang, ujar Najab Khan, kuasa hukum Mandira, di sela-sela pertemuan dengan rekan media hari ini. Sebelumnya, Bank Permata telah mengajukan permohonan PK terhadap putusan Kasasi No.2705 K/Pdt/2009 pada tanggal 13 April 2011. Berkas tersebut telah diajukan kepada MA pada tanggal 16 Juni 2011. Perkara bermula dengan adanya adanya perjanjian fasilitas kredit antara PT Mandira dengan PT Bank Universal (sekarang PT Bank Permata) sejak 1993. Kemudian secara tiba-tiba pada 2004 Bank Permata mengklaim PT Mandira memiliki hutang sebesar US$7,09 juta dan melakukan sita jaminan terhadap asset PT Mandira. PT Mandira kemudian mengajukan bantahan di Pengadilan Negeri Cibinong pada 2007. Pada 2008, Pengadilan Cibinong menolak gugatan PT Mandira sehingga pembantah mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat pada 2009. Upaya banding mengalami kegagalan karena ditolak oleh Pengadilan Tinggi. Namun begitu, PT Mandira kembali mengajukan kasasi ke MA pada 2009. Pada 2010 MA mengabulkan kasasi yang diajukan oleh pembantah dan menetapkan Bank Permata sebagai pihak yang bersalah. MA memutuskan Bank Permata harus membayar ganti rugi sekaligus memerintahkan sita eksekusi aset Bank Permata.(faa)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan sita eksekusi sekarang ini seperti permasalahan laten yang tak kunjung selesai meskipun itu terdapat dalam bingkai atau ranah hukum. Dalam banyak kasus sering terjadi kerusuhan dalam pelaksanaan sita eksekusi. Oleh karenanya Putusan pengadilan merupakan sesuatu yang sangat dinantikan oleh pihak pihak yang berperkara untuk menyelesaikan sengketa mereka dengan sebaik baiknya. Dengan kata lain, para pihak yang bersengketa mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang sedang dihadapi. Agar dapat memberikan putusan pengadilan yang benar benar menciptakan Kepastian Hukum dan menciptakan rasa keadilan masyarakat. Hakim sebagai pemutus harus benar benar mengetahui duduk perkara dan dasar hukum yang digunakan. Disisi lain putusan tersebut harus tegas agar dapat dilaksanakan setelah dibacakan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud Sita Eksekusi dan Bagaimana proses pelaksanaanya ? 2. Bagaimana kasus posisi sengketa hutang piutang antara PT Mandira Prima Perkasa dengan PT Bank Permata sampai dengan pelaksanaan sita eksekusi terhadap aset-aset PT Bank Permata ?

PEMBAHASAN A. Sita Eksekusi Sita eksekusi (eksekutorial beslag) merupakan tahap lanjutan dari peringatan dalam proses eksekusi pembayaran sejumlah uang. Dimana apabila pihak yang kalah (tergugat) tidak menghadiri panggilan tanpa alas an yang pantas atau apabila dia tidak melakukan pembayaran sampai batas masa peringatan, maka sesuai pasal 197 Ayat 1 HIR atau Pasal 208 Ayat 1 RBG ketua pengadilan diberi kewenangan ex officio untuk :

1. Memerintahkan sita eksekusi terhadap harta kekayaan tergugat 2. Perintah sita eksekusi berbentuk surat penetapan 3. Perintah ditujukan kepada panitera atau juru sita Kemudian makna sita eksekusi sendiri adalah tindakan hokum yang bertujuan sebagai pengganti dan jaminan jumlah uang yang mesti dibayar tergugat kepada penggugat. Pembayaran jumlah uang itu nanti dapat dipenuhi setelah barang yang disita dijual lelang. Dari hasil penjualan lelang barang yang disita tadi, pembayaran baru dapat dilakukan. Artinya, sita eksekusi dalam eksekusi pembayaran sejumlah uang tiada lain daripada perampasan harta kekayaan tergugat untuk disediakan sebagai pendanaan jumlah uang yang mesti dibayarkan kepada pihak penggugat dengan jalan menjual lelang harta yang telah dirampas tersebut. B. Kasus Posisi kasus bermula saat Bank Permata mengambil alih Bank Universal pada tahun 2002. Pada 2003, PT Mandiri Prima Perkasa (Mandira) melakukan perjanjian perpanjangan Fasilitas Kredit dengan Bank Permata. Perjanjian dibuat untuk meneruskan perjanjian Fasilitas Kredit yang dibuat antara MPP dengan Bank Universal sejak tahun 1993. Dalam perjalanan waktu, secara tiba-tiba Bank Permata tidak pernah meneliti dan menghitung berapa uang yang pernah diterima dan dibayar Mandira sejak berhubungan dengan Bank Universal hingga beralih ke Bank Permata. Secara sepihak Bank Permata menganggap bahwa Mandira berhutang sebesar US$ 7.094.207,85 padahal Mandira tidak pernah menerima uang dari Bank Permata maupun dari Bank Universal sebesar anggapan tersebut. Dan Bank Permata kemudian mengajukan eksekusi Hak Tanggungan atas utang-piutang sejak tahun 1993, sementara di dalam perjanjian fasilitas kredit yang memperpanjang Akte Hak Tanggungan sejak tahun 1993 secara tegas menyebutkan kalau hanya dana yang ditarik saja, yang dapat disebut hutang atau pinjaman. Kemudian setelah upaya banding gagal PT Mandira mengajukan kasasi. Ditingkat Mahkamah Agung, MA mengabulkan permohonan Mandira. Dalam putusannya, MA menyatakan,
perbuatan terbantah (Bank Permata) dengan mengajukan gugatan perhitungan tunggakan hutang Fasilitas TL-USD sebesar US$ 6.680.461,54 dan bunga sebesar US$ 1.021.516,92 dan biaya notaris sebesar 25

juta rupiah, serta merubah rubah perhitungan Fasilitas Kredit menjadi seolah-olah hutang real pembantah (Mandira) adalah tidak benar, tidak sah, serta melanggar hukum.

MA juga menyatakan bahwa rincian hutang US$ 6.680.461,54 dan bunga 1.021.516,92 adalah rincian jumlah hutang yang tidak benar dan tidak pasti jumlahnya. Tidak hanya itu, MA juga menyatakan hutang riil pembantah sebesar US$ 7.995.321,00 dan fasilitas kredit CCL sebesar US$1.250.000 adalah bukan hutang riil pembantah terhadap terbantah. MA juga menyatakan hutang riil pembantah terhadap terbantah adalah Rp 52.737.790.900,00 dan dalam dolar US$1.468.392,34. Pembantah sendiri telah membayar hutang-hutangnya hingga mencapai Rp

55.982.598.353,85 dan dalam dolar US$ 5.009.176,85. Karena itu, pembantah sudah tidak punya sisa hutang bahkan telah melakukan kelebihan bayar. Dalam putusannya, MA menghukum terbantah untuk mengembalikan kelebihan bayar terhadap terbantah sebesar Rp 3.244.807.453 dan US$ 3.540.784,51. C. Analisis kasus 1. bahwa putusan Kasasi No.2705 K/Pdt/2009 mempunyai sifat comdenatoir artinya menghukum tergugat. Dimana Mahkamah agung menghukum PT Bank Permata untuk membayar kelebihan bayar terhadap PT Mandira sebesar Rp 3.244.807.453 dan US$ 3.540.784,51. 2. namun setelah putusan dijatuhkan, PT Bank Permata tidak mengindahkan bahkan tidak melaksanakan secara sukarela putusan Kasasi No.2705 K/Pdt/2009. 3. Eksekusi atas perintah dan dibawah pimpinan ketua pengadilan yang dilaksanakan oleh panitera atau jutu sita pengadilan yang bersangkutan. Berdasarkan penetapan, aset dan gedung yang akan disita adalah gedung Bank Permata di Jalan Jenderal Sudirman, kantor dan gedung Bank Permata di Cengkareng, Cibinong, Depok, dan Bogor. Tidak hanya gedung, 25 mesin ATM di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi juga akan disita. Untuk melakukan penyitaan tersebut, PN Cibinong meminta bantuan penyitaan kepada juru sita di PN Depok, PN Bogor, PN Jakarta Selatan, PN Jakarta Barat, PN Tangerang, PN Jakarta Utara, PN Jakarta Timur, dan PN Jakarta Pusat. Aset dan gedung milik Bank Permata yang terbanyak akan disita ada di wilayah Jakarta Selatan. Di kawasan tersebut ada 12 gedung dan aset yang akan

disita, termasuk salah satunya adalah gedung pusat Bank Permata, di kawasan Jalan Jenderal Sudirman. 4. meskipun PT Bank Permata Mengajaukan Peninjauan Kembali terhadap putusan Kasasi No.2705 K/Pdt/2009 tetapi itu tidak menangguhkan eksekusi sesuai pasal 66 ayat 2 UU No. 14 Tahun 1985 jo UU No. 5 tahun 2004, kecuali : 1. sesuai dengan salah satu alas an dalam pasal 67 UU No. 14 Tahun 1985 jo UU No. 5 tahun 2004 2. didukung oleh fakta, bukti jelas dan sempurna 3. dapat diduga majelis hakim akan mengabulkannya 5. jadi permohonan dan pelaksanaan sita eksekusi sesuai dengan amar putusan Kasasi No.2705 K/Pdt/2009 dan dijalankan sesuai dengan hokum yang berlaku baik itu HIR, RBG, RV, dan KUH Perdata. DAFTAR PUSTAKA M. Yahya Harahap, Ruang lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995. R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Cetakan Pertama, 1997.

Anda mungkin juga menyukai